Open-ended Learning: Jalan Menuju Keberhasilan AKM

- Editor

Jumat, 4 Juni 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Merdeka Belajar. Itu adalah sebuah frasa yang menunjukkan bahwa sudah saatnya para siswa belajar dengan rasa merdeka. Bukan berarti selama ini kita belajar dengan rasa keterjajahan, tanpa rasa merdeka.

Kebijakan Merdeka Belajar mempunyai cita-cita untuk menghadirkan pendidikan bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, yang dicirikan dengan angka partisipasi yang tinggi di seluruh jenjang pendidikan, hasil pembelajaran yang berkualitas, dan mutu pendidikan yang merata, baik secara geografis maupun status sosial ekonomi.

Misi Merdeka Belajar terbagi menjadi beberapa episode yang salah satunya adalah Ujian Nasional (UN) yang akan digantikan oleh Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter yang merupakan bagian dari Asesmen Nasional (AN). Nantinya, hasil Asesmen Nasional ini tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian proses belajar siswa. Namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa.

Di awal pencanangan AN, tidak sedikit pendidik yang merasa risau. Apalagi mendengar kata AKM, seolah-olah di situ akan menjadi ujian berat bagi guru. Para pendidik merasa khawatir akan hasil yang nanti diterima.

Lalu ketika risau mendera, apakah guru hanya diam saja tanpa perlu usaha, tanpa mengubah cara pembelajaran di kelas? Tentu tidak. Pendidik tidak bisa lagi melakukan pembelajaran seperti biasa. Harus ada inovasi dan kreativitas agar siswa mampu menghadapi AKM di kemudian hari.

AKM terbagi menjadi dua bagian, yaitu literasi dan numerasi. Ketika berbicara numerasi, orang sering hanya teringat pada Matematika. Padahal sebenarnya semua mata pelajaran harus mengintegrasikan numerasi dalam pembelajaran.

Di luar keharusan tuntutan yang seperti itu, mata pelajaran Matematika sendiri merupakan mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Siswa masih berpikir bahwa menyelesaikan soal Matematika harus menggunakan satu cara dan menemukan jawaban akhir yang pasti sama. Parahnya lagi, tidak sedikit guru yang masih mempunyai pemikiran yang seperti itu.

Dampaknya adalah, siswa dan guru terjebak dalam ketidakkreatifan dan lebih lanjut akan menyebabkan pemikiran pada siswa bahwa Matematika adalah pelajaran yang menjenuhkan.

Pembelajaran Open-Ended

Untuk mengatasi masalah seperti itu yang masih marak terjadi dalam lingkungan pendidikan, kita semua perlu mengenal open-ended learning. Dalam pembelajaran dengan pendekatan tersebut, guru memberikan permasalahan kepada siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan saja. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir matematis logis yang telah diperoleh sebelumnya.

Yang menjadi pokok pikiran pendekatan ini adalah adanya kegiatan interaktif antara Matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Aspek yang perlu diperhatikan adalah kegiatan ini siswa harus terbuka, yaitu kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas dan benar sesuai kehendak mereka.

Khusus dalam pelajaran Matematika, aspek lain dari open-ended adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstrakan dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia Matematika, atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan yang melibatkan Matematika akan mengundang proses manipulasi (pemodelan). Di situlah ragam berpikir akan muncul.

Yang jadi perhatian juga adalah kegiatan siswa dan kegiatan Matematika merupakan satu kesatuan karena pada dasarnya pendekatan open-ended bertujuan untuk mengangkat kegiatan kreatif siswa dan berpikir matematis secara simultan. Oleh karena itu, kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat peningkatan pemecahan sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya menjadi perhatian sehingga pada akhirnya akan membentuk intelegensi matematika siswa.

Secara konseptual, masalah terbuka dalam pembelajaran Matematika adalah masalah atau soal Matematika yang dirumuskan sedemikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi itu. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapat pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru. Tentu saja jenis masalah yang digunakan dalam pendekatan ini merupakan masalah yang tidak rutin yang disajikan secara terbuka. Di sinilah peran guru dalam menyiapkannya sebelum pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan Open-Ended Learning

Proses pembelajaran bernumerasi melalui pendekatan open-ended ini mungkin bukan sesuatu yang mudah. Tetapi dengan konsisten melaksanakannya, guru akan mahir dan diawali dengan pemahaman mengenai dasar keterbukaan yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu masalah yang disiapkan dapat diselesaikan melalui proses yang terbuka, hasil yang terbuka, dan cara mengembangkannya yang terbuka.

Melalui penelitian yang panjang di Jepang ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkreasi sebuah masalah Matematika. Misalnya, menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata sehingga konsep Matematika dapat diamati dan dikaji siswa; menyajikan bentuk-bentuk atau bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur; menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan Matematika; memberikan contoh konkret dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum; dan memberikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi pekerjaannya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah guru dapat menuliskan respon siswa yang diharapkan dan masalah Matematika. Sebaiknya disajikan dengan cara dan bentuk yang menarik serta dilengkapi dengan informasi yang lengkap sehingga siswa mudah memahami maksud dari masalah yang disampaikan. Guru pun harus pandai mengatur waktu pembelajaran, artinya kecukupan waktu bagi siswa untuk mengeksplorasi masalah sangatlah penting.

Plus Minus Pembelajaran Open-ended

Beberapa keunggulan dari pendekatan ini adalah siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengemukakan setiap pendapatnya berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dan siswa dari kelompok lemah, tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan mengekspresikan penyelesaian masalah melalui cara mereka sendiri. Selain itu, bermunculannya ide-ide kreatif dari siswa yang kadang-kadang tidak terduga, siswa terdorong memberikan alasan dan bukti atas jawaban yang diberikan, siswa pun mendapatkan banyak pengalaman melalui temuannya sendiri maupun temuan dari temannya dalam menyelesaikan masalah.

Kelemahan pendekatan ini adalah tidak mudahnya pekerjaan guru dalam merumuskan masalah atau situasi matematis yang bermakna bagi siswa dan relevan dengan tujuan pembelajaran. Dari sisi siswa, mereka sering kebingungan merespon jawaban dari masalah yang diberikan. Karena jawaban dari soal open-ended bersifat bebas, maka siswa kelompok atas seringkali merasa cemas bahwa jawabannya akan tidak memuaskan. Selain itu, ada kecenderungan beberapa siswa merasa tidak mendapatkan kesimpulan atas apa yang dipelajari.

Dengan segala keunggulan dan kelemahan pendekatan open-ended, tepatlah kiranya apabila pendekatan tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu alternatif jalan menuju sukses AKM numerasi.

Ditulis oleh Ni Putu Candrawati, M.Pd, SMP Negeri 46 Bandung

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 39 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis