Urgensi Kurikulum Merdeka untuk Menciptakan Iklim Merdeka Belajar 

- Editor

Rabu, 24 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Ratna Puspitasari

Guru di SMK Negeri 4 Semarang

 

Kurikulum Merdeka saat ini tengah ramai diperbincangkan karena pada tahun pelajaran 2022-2023 banyak sekolah yang mulai menerapkan kurikulum tersebut secara mandiri. Tak sedikit sekolah yang menganggap bahwa Kurikulum Merdeka merupakan salah satu alternatif kurikulum yang dapat memerdekakan peserta didik dan memulihkan kondisi pendidikan secara cepat pasca pandemi Covid-19.

Tak dapat dipungkiri bahwa tren kenaikan angka putus sekolah akibat pandemi telah mengubah pola kehidupan masyarakat yang kini cenderung lebih fokus pada berbagai kecakapan hidup sebagai bagian dari upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya atau istilahnya disebut dengan resiliensi. 

Menurut Wiwin Hendriani (2022:33), resiliensi diartikan sebagai proses dinamis yang melibatkan berbagai faktor yang mencerminkan ketangguhan seseorang untuk bangkit dalam menghadapi situasi sulit yang begitu signifikan dan menekan hidupnya. Senada dengan pendapat tersebut, Rutter dalam Vallahatullah (2019:434) menegaskan pula bahwa resiliensi merujuk pada kemampuan individu untuk bangkit kembali setelah mengalami berbagai kesulitan, untuk melanjutkan kehidupan dengan harapan akan menjadi lebih baik lagi dibanding sebelumnya. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vallahatullah (2019:438) disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat resiliensi setiap individu, yakni faktor internal berupa spiritualitas, optimisme, self efficacy (persepsi diri) dan self esteem (harga diri); serta faktor eksternal yang berupa dukungan sosial. Adanya seluruh faktor tersebut dapat membentuk resiliensi atau tingkatan individu untuk bangkit dari kesulitan menjadi cenderung lebih tinggi. Sebaliknya, jika faktor yang mempengaruhi resiliensi tersebut tidak dapat ditemukan, maka individu cenderung memiliki resiliensi yang lemah. 

Resiliensi ini sangat penting untuk setiap individu. Seseorang yang resiliensinya lemah bisa menjadi lebih mudah stres dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang ditemuinya sehingga terbiasa bergantung pada orang lain ataupun mencari jalan pintas untuk menyelesaikan permasalahannya.

Melalui Kurikulum Merdeka ini diharapkan dapat mewujudkan iklim belajar yang kondusif dan memprioritaskan setiap individu dengan segala keunikannya masing-masing tanpa bermaksud untuk menyeragamkannya. Kurikulum merdeka sendiri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan beberapa kurikulum sebelumnya. 

Sebagaimana dikutip dari laman guru.kemdikbud.go.id bahwa terdapat 3  keunggulan dalam Kurikulum Merdeka yakni:

1.Lebih sederhana dan mendalam

Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka difokuskan pada materi esensial yang sesuai dengan pengembangan kompetensi peserta didik pada setiap fasenya, bukan berdasar pada jenjang tingkatan sekolahnya saja. Sehingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan perkembangan psikologis peserta didik.

2. Lebih merdeka

Berdasarkan adanya ketentuan Capaian Pembelajaran (CP) yang ditetapkan garis besarnya oleh Pemerintah Pusat, maka masing-masing sekolah dinilai memiliki kemerdekaan dalam mengembangkan topik dari setiap materinya disesuaikan dengan kebutuhan setiap lingkungan sekitar peserta didik.

3. Lebih relevan dan interaktif

Bukan hanya guru yang wajib untuk menentukan topik berdasarkan Kompetensi Inti (KI) maupun Kompetensi Dasar (KD) seperti pada kurikulum sebelumnya, melalui Kurikulum Merdeka guru dapat mengembangkan CP dengan memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai isu-isu aktual yang terjadi di lingkungan sekitar peserta didik agar dapat mengaitkan antara materi pelajaran yang diperolehnya di kelas dengan kebutuhan di dalam kehidupan nyata. Selain itu, hal tersebut diharapkan juga dapat berguna untuk mendukung pengembangan karakter peserta didik seperti yang ingin diwujudkan melalui Profil Pelajar Pancasila.

Berdasarkan keunggulan dari Kurikulum Merdeka tersebut, maka penerapannya di kelas perlu untuk selalu dimonitoring agar sesuai dengan konsep Kurikulum Merdeka yang mampu meningkatkan resiliensi setiap individu dan mewujudkan iklim kelas yang kondusif dalam pelaksanaan pendidikan. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 139 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru