Oleh Nuning Mardiah
Guru di SDN 05 Simatalu
Menjadi guru yang ditempatkan di daerah pelosok hendaknya memiliki mental yang kuat dan sikap yang tidak mudah menyerah. Sesuai dengan UU 5/2010 tentang ASN dan PP 11/2017 tentang manajemen ASN, tertulis bahwa setiap ASN harus bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai guru ASN harus bersedia ditempatkan di manapun, bahkan di daerah terisolasi.
Mendapat tugas di Simatalu, misalnya. Daerah tersebut merupakan sebuah desa terpencil di Pulau Siberut Barat,Kabupaten Kepulauan Mentawai. Untuk menuju ke daerah ini hanya ada dua alternatif transportasi.
Alternatif pertama, menggunakan jasa transportasi kapal antar pulau yang hanya berlayar pada hari Selasa. Pelayaran tersebut dimulai dari Tuapejat-Pokai-Betaet. Rute ini menghabiskan waktu tempuh kurang lebih 24 jam. Tentu saja rute perjalanan tersebut akan sangat melelahkan bagi para guru ASN yang mendapat tugas di Simatalu.
Terkadang para guru harus transit beberapa hari, bahkan berminggu-minggu di Pokai. Hal itu dapat terjadi karena terkadang terdapat ancaman badai sehingga kapal tidak dapat melanjutkan perjalanan. Namun jika cuaca bagus, biasanya kapal hanya berlabuh satu malam saja. Kemudian esok harinya melanjutkan perjalanan menuju Betaet. Setelah tiba di Betaet, para guru ASN harus naik ojek kurang lebih 2 jam untuk sampai di desa Simatalu.
Alternatif yang kedua yaitu menggunakan Speed Boat bermesin 40 Paardekracht (Pk). Rute yang ditempuh, dari Tuapejat langsung menuju Muara Simatalu. Meskipun relatif lebih cepat, namun Muara Simatalu cukup berisiko karena terkenal dengan keganasan ombaknya. Dalam kondisi normal, tinggi ombak bisa mencapai sekitar 1 meter. Sedangkan saat badai, ketinggian ombak mencapai lebih dari 1 meter. Perjalanan yang tergolong ekstrem ini yang membuat para guru ASN yang mendapat tugas di sana sering mengeluh. Tak jarang Speed Boat yang melangsir barang dari kapal di tengah laut untuk dibawa ke tepi terbalik karena dihantam ombak.
Kondisi daerah tugas yang masih jauh tertinggal juga dapat membuat para guru kurang nyaman atau bisa dikatakan tidak betah. Hal ini dikarenakan tidak ada jaringan internet, tidak ada listrik, dan tidak adanya akses jalan darat yang layak. Fasilitas kesehatan pun banyak yang kurang memadai. Sulitnya bahan-bahan makanan pokok seperti beras, telur, minyak goreng membuat para guru menderita.
Makanan pokok penduduk asli Simatalu adalah sagu. Bahan-bahan pangan pokok yang dijual di kedai-kedai adalah barang yang didatangkan dari Padang menggunakan kapal dagang. Kapal dagang tersebut datang sekali dalam satu bulan. Oleh karena itu, guru yang tidak bisa menyesuaikan dengan jenis makanan penduduk lokal maka akan mengalami banyak kendala.
Belum lagi tuntutan untuk menguasai bahasa daerah setempat. Tentu saja hal itu akan membuat guru pendatang kesulitan. Sementara itu apabila guru yang mengajar di sekolah tidak terampil menggunakan bahasa daerah, maka para siswa akan sulit untuk mengerti penjelasan guru. Murid di Simatalu sendiri tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian guru harus mampu menjelaskan pelajaran dengan bahasa Indonesia sekaligus dengan ‘bahasa ibu’ mereka.
Nah, bagi Anda yang kebetulan sedang bertugas di daerah pedalaman atau daerah terisolasi terdapat sejumlah tips bagaimana caranya agar betah di tempat tugas tersebut:
Berbaur dengan masyarakat
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon yang artinya manusia adalah makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan orang lain. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kita sebagai manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri. Kita perlu berbaur dengan masyarakat.
Jika kita sulit komunikasi karena terkendala perbedaan bahasa, kita bisa saling belajar berbahasa. Kita bisa belajar bahasa daerah melalui penduduk lokal dan mereka pun bisa belajar bahasa Indonesia dari kita.
Menghargai budaya masyarakat
Menghargai budaya masyarakat dapat meningkatkan kerukunan. Kita tidak perlu merasa risih dengan budaya masyarakat yang mungkin berbeda dengan budaya kita. Cara menghargainya yaitu dengan menunjukkan sikap menghargai dan tidak mencemooh adat yang ada pada masyarakat di mana kita bertugas.
Menjalin relasi sesama guru lokal
Antara guru yang berasal dari luar daerah dan guru pribumi hendaknya memiliki hubungan yang harmonis. Sehingga tidak ada jurang pemisah antara sesama guru, tidak saling menghina dan saling menjatuhkan. Meskipun dilatarbelakangi perbedaan bahasa, agama dan budaya, berusahalah untuk selalu menjalin komunikasi yang baik dengan sesama guru.
Melakukan aktivitas positif
Di daerah pelosok yang identik dengan kesunyian, mungkin akan membuat kita merasa cepat bosan. Kebosanan tersebut mungkin disebabkan karena tidak adanya listrik atau jaringan internet. Ponsel secanggih apapun di daerah pelosok seperti di daerah Simatalu tidak akan banyak berguna.
Guru ASN yang tangguh harus harus bisa menghadapi situasi seperti itu dengan cerdas. Bagi yang hobi olahraga alangkah baiknya bergabung dengan masyarakat untuk olahraga bersama; yang memiliki hobi berkebun, aktivitas tersebut bisa menjadi salah satu solusi menghilangkan rasa bosan; dan bagi yang berjiwa petualang mungkin bisa memanfaatkan waktu luang untuk berjalan-jalan menyusuri sudut-sudut daerah untuk menghilangkan penat.
Baik mendapat tugas di daerah pelosok atau daerah perkotaan kita guru ASN harus siap menjalankan tugas dengan baik. Bukti kesiapan itu harus ditunjukan dengan cara berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi guru yang berhasil mendidik para peserta didik. Seperti kata Gilbert Highet, “Guru yang baik adalah guru yang gigih.”
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!