Teori Pembelajaran Kognitif merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang terkenal. Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa istilah pendekatan pembelajaran yang sering digunakan oleh pendidik dalam mendesain pembelajaran yakni teori belajar behavioristik, konstruktifistik, kognitifistik, sibernetik, dan humanistik.
Teori Pembelajaran Kognitif merupakan semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya.
Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah. Faktanya tidak semua guru dapat menjelaskan makna dari beberapa teori tersebut meski secara praktik mungkin saja sering dilakukan.
Siapa saja para ahli yang menganut teori belajar kognitif? Yuk kita simak informasi lengkapnya berikut ini.
Tiga tokoh penting dalam perkembangan pembelajaran menurut aliran kognitif adalah Piaget, Brunner dan Ausubel. Maka dalam sajian ini akan dikemukakan secara garis besar prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh 3 tokoh tersebut.
Dean Piaget tentang pembelajaran kognitif
Piaget mengemukakan pembelajaran yang belajar lewat interaksi sosial dan belajar lewat pengalaman sendiri.
1. Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif karena pengetahuan terbentuk dari dalam subjek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak kepadanya perlu diciptakan. Suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
2. Belajar lewat interaksi sosial
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama baik di antara sesama anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka.
Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.
3. Belajar lewat pengalaman sendiri perkembangan
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata daripada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Bahasa memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif, namun bila menggunakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tanpa pernah mengalaminya sendiri maka pembelajaran kognitif akan cenderung mengarah ke verbalisme.
Perkembangan di sekolah hendaknya dimulai dengan memberikan pengalaman-pengalaman nyata daripada dengan pemberitahuan pemberitahuan atau pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya harus persis seperti yang dimau oleh guru.
Brunner tentang perkembangan kognitif
Dalam upaya memperbaiki pendidikan di sekolah dasar, sekolah menengah di Amerika. Brunner mengemukakan 4 (empat) pokok utama dalam belajar yang perlu diintegrasikan dalam kurikulum sekolah dan pembelajarannya yaitu sebagai berikut :
1. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar
Pembelajaran dari segi peserta didik adalah membantu peserta didik dalam hal mencari alternatif pemecahan masalah. Dalam mencari masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya, dibutuhkan adanya aktivitas pemeliharaan dan pengarahan.
Artinya bahwa penyelidikan alternatif-alternatif dan cara pemecahannya membutuhkan pengalaman melakukan sesuatu dan kemudian pengalaman yang positif perlu dipelihara dan dipertahankan. Maka hendaknya pendidik memberi kesempatan sebaik-baiknya agar peserta didik memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemampuan kemauan belajar.
2. Struktur pengetahuan untuk pemahaman optimal
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak. Struktur pengetahuan mempengaruhi siswa untuk menguasai pembelajaran secara optimal, ciri tersebut yaitu penyajian atau (mode of representation).
3. Urutan penyajian materi pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan peserta. Dibimbing melalui urutan masalah, kumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah dan apa yang telah dipelajari.
Urutan materi pelajaran dalam suatu ranah pengetahuan mempengaruhi kesulitan peserta didik dalam mencapai penguasaan tertentu.
4. Cara pemberian penguatan
Cara pemberian penguatan dalam teorinya Brunner mengemukakan bentuk hadiah atau pujian, hukuman perlu dipikirkan secara penggunaannya dalam proses belajar mengajar. Sebab siswa mengakui bahwa suatu hadiah ekstrinsik bisa menjadi sebuah dorongan motivasi siswa bersifat intrinsik.
Dan pujian dari pendidik dapat menjadi dorongan bersifat intrinsik dan keberhasilan pemecahan masalah menjadi pendorong yang bersifat intrinsik. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan peserta didik merasa puas akan dapat tercapai dengan sendirinya.
David Ausubel tentang pembelajaran kognitif
Sebagai pelopor aliran kognitif, David Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna atau meaningful learning. Belajar bermakna adalah proses mengingatkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran dapat menimbulkan belajar bermakna jika memenuhi persyaratan yaitu satu materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial, dua anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.
Berdasarkan pandangan tentang belajar bermakna maka David Ausubel mengajukan 4 (empat) prinsip pembelajaran dalam pembelajaran kognitif yaitu sebagai berikut ini :
1. Kerangka cantolan atau Advance organizer
Pengaturan awal atau bahan pengawet dapat digunakan peneliti dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengaturan awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi pelajaran terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur
Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi suatu pokok bahasan sebaiknya kerangka dan tulang itu digunakan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan dahulu kemudian, baru yang lebih mendetail. Berarti proses pembelajaran yang dimaksudkan yaitu pembelajaran dari umum ke khusus.
3. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi. Ini terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses tersebut akan berlangsung hingga pada suatu saat dan ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
4. Penyesuaian integratif
Pada suatu saat peserta didik kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu Ausubel mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif. Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga pendidik dapat menggunakan hierarki- hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
Demikian di atas merupakan teori – teori pembelajaran kognitif dari para ahli. Semoga dapat bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kognitif dari siswa, sehingga dengan mengetahui teori pembelajaran kognitif guru dapat memberikan penyajian pembelajaran yang maksimal kepada siswanya.
e-Guru.id menyediakan program membership dengan satu kali membayar gratis pelatihan bersertifikat 32 JP setiap bulannya. Mari bergabung dengan 9000++ di seluruh wilayan Indonesia. DAFTAR SEKARANG
Ingin pelatihan bersertifikat 32 JP? KLIK LINK INI
Ingin dibantu mendaftar ? Hubungi 087719662338 (Rahma)
Penulis : Rahma Ta’nisa