Strategi Penerapan Disiplin Protokol Kesehatan pada Anak Usia Dini tanpa Tekanan di Masa Pandemi Covid-19

- Editor

Minggu, 30 Januari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh I Made Ardika Yasa, M.Pd.H

(IAHN Gde Pudja Mataram)

Pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengancam nyawa orang dewasa saja, anak usia dini pun juga  dapat dikatakan rentan terinfeksi virus tersebut. Hal ini akan secara tidak langsung menambah tugas, peran, dan tanggungjawab orang tua maupun guru pendidikan anak usia dini  dalam memberikan sosialisasi dan edukasi terkait pentingnya mematuhi protokol kesehatan yang dikenal dengan istilah 5 M yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas.

Seperti yang kita ketahui bahwa anak pada usia di bawah 6 (enam) tahun sangat sulit untuk diarahkan pada sesuatu yang bersifat baru, terlebih hal tersebut akan membuat dirinya merasa terkekang. Maka di sinilah peran orang tua dan guru dalam membangkitkan inisiatif anak agar mau secara sadar tanpa ada paksaan ataupun sesuatu yang membuat anak merasa tertekan dan terintimidasi. 

Anak usia dini merupakan “golden age period” di mana pada masa ini merupakan masa yang tepat untuk menanamkan hal-hal yang bersifat kebaikan karena pada masa ini anak tidak boleh mendapatkan suatu pengalaman  yang tidak menyenangkan. Terlebih pengalaman itu membuatnya merasa tertekan. Sebab jika hal itu terjadi maka akan terekam di dalam alam bawah sadar anak. Sehingga hal itu akan memberi dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak dan akan melekat hingga ia memasuki fase dewasa.

Anak perlu diberikan pemahaman positif terkait protokol kesehatan dari sejak usia dini. Sebab jika anak diberikan pemahaman terkait hal tersebut maka akan melekat hingga dewasa. 

Pemahaman pentingnya protokol kesehatan  sesuai yang dianjurkan oleh pemerintah tidak hanya dapat mencegah anak terinfeksi virus Covid-19 tetapi juga terhadap penyakit menular lainnya.  Sebab seperti yang kita ketahui bahwa anak pada usia di bawah 6 (enam) tahun merupakan masa aktif-aktifnya sehingga tanpa disadari mereka terancam berbagai virus penyakit menular.  

Anak usia dini cenderung dengan mudah memasukkan benda asing pada mulut, hidungnya. Sementara itu anak yang begitu aktif sangat berpotensi  bersentuhan dengan benda atau kontak secara langsung dengan temannya. Sehingga dapat menularkan ataupun ditulari penyakit yang disebabkan oleh bakteri maupun virus.

Menerapkan protokol kesehatan pada anak usia dini tidaklah semudah menerapkan protokol kesehatan pada anak remaja maupun orang dewasa. Seperti kata pepatah “Seorang gembala sapi dapat dengan mudah mengarahkan sapinya ke sungai, namun tidak akan dapat dengan mudah memaksa sapinya untuk meminum air sungai.” 

Dapat dipahami bahwa  hal ini akan menjadi satu tantangan bagi guru maupun orang tua agar mampu menciptakan suatu teknis, strategi atau cara untuk  mengarahkan ataupun mensosialisasikan protokol kesehatan pada anak usia dini. Sehingga anak tidak merasa terintimidasi atau tertekan. 

Dengan demikian maka sebelum memberikan pemahaman terhadap pentingnya protokol kesehatan pada anak usia dini, orang tua dan guru hendaknya memahami terlebih dahulu esensi dari penerapan protokol kesehatan dan bagaimana cara yang tepat dalam menyampaikan masing-masing prosedur protokol kesehatan yang harus diterapkan oleh anak usia dini.   Sehingga mudah menginsersi program pemerintah terkait protokol kesehatan pada mata pelajaran yang diberikan di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 

Adapun langkah dan strategi untuk menerapkan disiplin protokol kesehatan pada anak usia dini ialah sebagai berikut: 

A. Sosialisasi Protokol Kesehatan pada Anak

Pengenalan pada suatu hal yang bersifat baru untuk ditiru oleh anak usia dini merupakan suatu hal yang cukup sulit. Sebab  perlu adanya sosialisasi dari orang terdekat dari anak tersebut yaitu orang tuanya yang dilakukan di lingkungan keluarga. Dengan demikian anak tidak akan merasa ragu untuk meniru sesuatu hal yang dipraktikkan atau diperagakan oleh orang tuanya, terlebih hal itu bersifat menarik. Maka diperlukannya media sosialisasi yang tepat untuk menarik minat anak menerapkan protokol kesehatan. 

Di dalam menyampaikan suatu materi atau pemahaman kepada anak usia dini tidaklah efektif jika hanya dalam bentuk ceramah.  Pada zaman sekarang ini teknologi sudah canggih, sehingga guru atau orang tua dapat memberikan edukasi kepada anak terkait protokol kesehatan dalam bentuk media belajar berbasis audio-visual yaitu media yang dapat menampilkan suara dan gambar seperti video karikatur atau cartoon.

B.  Memberikan Pemahaman Pentingnya Protokol Kesehatan pada Anak

Memberikan pemahaman arti penting dari disiplin menerapkan protokol kesehatan bagi anak usia dini adalah hal yang sangat penting agar anak memahami manfaat dan dampak yang terjadi jika menerapkan protokol kesehatan. Sehingga anak akan berinisiatif untuk melakukan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah tanpa ada rasa tekanan atau paksaan. 

Adapun pemahaman yang perlu disampaikan kepada anak usia dini ialah sebagai berikut:

1.   Apa Itu Protokol Kesehatan?

Sebelum menerapkan sesuatu kepada anak, orang tua harus menjelaskan terlebih dahulu deskripsi sesuatu yang akan diterapkan kepada anak agar anak mendapat gambaran awal atas sesuatu yang akan diterapkan. Demikian halnya dengan penerapan protokol kesehatan ini, orang tua atau guru harus menjelaskan terlebih dahulu  apa itu protokol kesehatan kepada anak agar mengerti apa saja hal-hal yang termasuk di dalam penerapan protokol kesehatan.

2.   Mengapa Perlu Mematuhi Protokol Kesehatan?

Setelah anak memahami apa itu protokol kesehatan beserta penjabaran hal-hal yang harus dipatuhi oleh anak dalam menerapkan protokol kesehatan, maka dilanjutkan dengan memberikan penjelasan manfaat, fungsi, dan mengapa perlu untuk mematuhi protokol kesehatan. Sebab dengan mengetahui manfaat atau fungsinya, maka anak akan dapat berpikir bahwa menerapkan protokol kesehatan ialah suatu hal yang baik untuk dirinya sehingga anak dapat berinisiatif dan merasa yakin dalam melatih diri untuk terbiasa melakukan hal tersebut.

3.   Contoh Menerapkan Protokol Kesehatan

Setelah anak mengetahui apa itu protokol kesehatan, dan mengapa harus mematuhi protokol kesehatan, maka selanjutnya anak perlu diberikan pengenalan tentang tata cara  menerapkan protokol kesehatan. 

Di lingkungan keluarga, orang tua tidak hanya dapat memberikan contoh atas penerapan protokol kesehatan tetapi dapat menjadi contoh dalam penerapan protokol kesehatan agar dapat ditiru oleh anak.

Di dalam memberikan contoh penerapan protokol kesehatan, orang tua tidak boleh sembarangan atau asal-asalan. Tapi harus sesuai prosedur dan anjuran dari pemerintah dengan sistem penyampaian yang lugas dan menarik tanpa ada unsur intimidasi atau paksaan. 

Oleh sebab itu, orang tua ataupun guru harus benar-benar memahami dan menguasai materi yang akan disampaikan kepada anak dan metode penyampaiannya pun harus tepat. Karena menyampaikan sesuatu yang bersifat edukasi kepada anak usia dini tidaklah sama dengan penyampaian kepada anak pada tingkat SD, SMP, SMA atau terlebih kepada orang dewasa. Butuh kesabaran dan ketelatenan lebih.

Jika orang tua tidak bisa menyampaikan atau memberikan contoh penerapan disiplin protokol kesehatan secara langsung kepada anak, maka alternatif lain ialah dengan cara menggunakan media audio-visual dalam bentuk video sosialisasi yang menarik yang dapat diunduh dari mesin pencari di internet.

C.     Membangkitkan Rasa Inisiatif pada Diri Anak

Setelah anak mendapatkan penjelasan terkait apa itu protokol kesehatan, mengapa perlu diterapkan dan contoh penerapan protokol kesehatan, maka selanjutnya yang tidak kalah penting ialah membangkitkan rasa inisiatif pada diri anak. Dalam membangkitkan sikap inisiatif pada anak, ada beberapa teknik atau strategi yang harus diterapkan oleh seorang guru ataupun orang tua. 

Adapun strategi tersebut ialah sebagai berikut: 

1.   Memberikan Contoh Sikap Inisiatif yang Menarik

Anak usia dini cenderung meniru sesuatu yang dianggap menarik. Orang tua merupakan faktor utama dalam menumbuhkan rasa inisiatif pada anak. Sebab orang tua berada di lingkungan terdekat anak yaitu berada di lingkungan keluarga. Sehingga sikap dan perilaku orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi perilaku anak saat berinteraksi dan bersosialisasi. 

Dengan demikian maka pada aktivitas sehari-hari, orang tua hendaknya bisa memberikan contoh pada buah hatinya semisal dengan menunjukkan inisiatif agar peduli akan hal yang terjadi pada lingkungan sekitar. Dengan meningkatkan rasa peduli, maka anak secara perlahan akan menunjukkan sikap yang perhatian pada orang lain maupun lingkungan sekitarnya. 

Misalnya, ketika ia sedang sakit batuk, maka ia cenderung akan menjaga jarak pada temannya dan tetap menggunakan masker. Maka dengan demikian, anak akan secara inisiatif berpartisipasi memutuskan mata rantai penyebaran penyakit Covid-19.

2.   Memberikan Peluang pada Anak

Ketika anak dirundung pada suatu masalah, maka hendaknya orang tua mampu dengan hati yang lapang dada memberikan kesempatan pada anak untuk mencari solusi dan menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi. Namun ketika sang anak menyampaikan permasalahan yang sedang dihadapi, maka orang tua harus dengan sabar memberikan pemahaman agar anak tetap semangat dan tidak mudah menyerah—tanpa memberikan secara langsung kepada anak solusi atas masalah yang sedang dihadapi tetapi sebaliknya memberikan kesempatan kepada anak secara mandiri mencari solusi permasalahan tersebut. 

Orang tua hendaknya menjadi seorang pendengar yang baik ketimbang menjadi  seorang pembicara yang baik. Artinya, memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan sesuatu dan mencurahkan ekspresinya. 

Dengan memberikan kesempatan pada anak, maka akan timbul rasa percaya diri pada anak dan secara tidak langsung akan menanamkan  sikap dan sifat yang bertanggungjawab dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. 

Walaupun terkadang cara yang ditempuh anak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi belum masuk kategori sempurna dan bahkan memilih cara atau jalan yang salah tetapi orang tua tetap perlu memberikan kesempatan pada anak untuk belajar menghadapi masalah sendiri. 

Tugas orang tua hanya memberi motivasi agar anak semangat tidak mudah menyerah dan lari dari kenyataan. Sebab anak perlu mendapatkan pengalaman menerima hasil dari solusi yang dipilih.

3.   Menanamkan Pemikiran Kritis pada Anak

Setelah memberikan anak kesempatan memilih solusi untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri, selanjutnya orang tua hendaknya memanajemen alur berpikir anak agar lebih kritis dalam berpikir dengan pemahaman yang logis.

Setelah anak memilih solusi atas masalah yang dihadapi maka orang tua meminta kepada anak untuk menentukan alternatif dan cara lain yang lebih efektif dan efisien untuk menghadapi masalah tersebut. Hal ini akan melatih anak untuk menyikapi sesuatu atau permasalahan dari berbagai sudut pandang dengan nalar logika berpikir secara kritis.

4.   Memberikan Prestise atas Pencapaian Anak

Setelah rasa inisiatif mulai tertanam pada diri anak maka itu merupakan suatu prestasi yang dimiliki oleh anak. Jadi orang tua jangan terburu-buru untuk memperlihatkan ekspresi marah atau emosi dalam bentuk respon negatif atas sikap atau langkah yang dipilih oleh anak meskipun dengan hasil yang belum sempurna.

Orang tua hendaknya tetap memberikan respon positif terhadap anak dan menghindari kata-kata yang bersifat menyakiti agar anak tetap merasa usahanya dihargai. Sesekali orang tua perlu untuk memberikan prestise dalam bentuk pujian kepada anak atas segala pencapaiannya tanpa melihat hasil tetapi berorientasi pada proses atas daya upaya usaha yang dilakukan anak. Sebab hal ini akan dapat memberikan dampak positif atas tumbuh kembang anak dalam belajar berproses. 

5.   Memberikan Contoh Konsisten dalam Bersikap

Untuk dapat menumbuhkan sikap inisiatif pada anak, orang tua jangan setengah hati dalam menerapkan dan melatih anak untuk memiliki inisiatif. Sebab  hal itu dapat membawa dampak negatif pada keperibadian anak. Sehingga secara tidak langsung mengajarkan anak untuk bersifat tidak konsisten. 

Orang tua harus konsisten bersikap tegas dan disiplin dalam mendidik anak untuk membentuk pribadi yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Jadi kesimpulannya, sosialisasi yang pertama untuk penerapan protokol kesehatan tanpa tekanan pada anak ada pada lingkungan keluarga. Jadi  orang tua harus dapat dan mampu memberikan contoh yang baik kepada anak dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebab  semua kegiatan edukasi kembali kepada contoh perilaku yang diberikan oleh orang tua kepada anak.

Sekali lagi, anak usia dini tidak mudah untuk diarahkan hanya dengan memberikan teori atau arahan berupa contoh tetapi harus ada yang dijadikan contoh menarik untuk ditiru sehingga anak akan melakukan duplikasi secara partisipatif tanpa ada rasa tekanan ataupun intimidasi dari orang lain.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru