Menjadi pendidik tidak harus menjadi seorang guru di sekolah formal. Sebab kegiatan mendidik bisa dilakukan melalui beragam cara, mulai dari menulis buku hingga menjadi tutor di lembaga pendidikan non-formal. Inilah yang dilakukan Sarmina Tampubolon hingga saat ini.
Perempuan kelahiran 1971 tersebut setidaknya telah menulis 25 buku mulai dari buku puisi, cerita pendek, parenting, hingga cerita anak. Selain menulis, ia juga aktif mengajar di lembaga pendidikan non-formal yang ia dirikan sendiri yang diberi nama Rumah Pintar Bunda.
Di sisi lain, jebolan Sarjana Teknik di Universitas Gadjah Mada ini juga sering menjuarai ajang lomba menulis. Dan pengalamannya dalam menulis tersebut yang sering ia bawakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh e-Guru.id. Di antara judul pelatihan yang ia pandu adalah: Praktek Menulis bagi Guru dan Menulis Buku Inspiratif.
Pilihan Sarmina Tampubolon atau yang biasa dipanggil Bunda Sarmina dalam kegiatan pendidikan non-formal bukan tanpa alasan. Lahir dan besar di tengah keluarga eks militer yang akhirnya bertani di Tapanuli, membuatnya sangat dekat dengan alam. Kedekatan dengan alam dan kepedulian pada pendidikan anak, membuatnya bertekad memilih mendirikan sekolah non formal bagi anak-anak. Selain itu juga sebagai konsultan parenting hingga saat ini.
Berbagai pengalaman dalam mendampingi anak-anak dan pertemuan dengan orang-orang baru yang kemudian memunculkan ide-ide dalam menulis. Kemudian itu semua dituangkan dalam buku, menjadi tulisan berisi berbagai pesan. Isi bukunya dapat berupa karya fiksi dan non-fiksi.
Hingga saat ini, ia masih terus menekuni bidang menulis, belajar bersama guru, orang tua siswa, dan anak didik. Untuk itu, ia bergabung di beberapa komunitas menulis untuk menghasilkan karya, untuk belajar, berbagi, dan terus bergerak serta menggerakkan melalui tulisan.
Sebagai aktivis literasi, Bunda Sarmina sangat berharap agar para guru memiliki kemampuan untuk menulis. Sebab dengan menulis, seorang guru dapat menyebarkan pengetahuan secara lebih luas, bukan hanya kepada siswa di dalam kelas tapi juga untuk masyarakat umum. Selain itu manfaat yang lain jika guru mau menulis tentu sangat banyak sekali.
Tapi sayangnya, masih banyak guru yang takut mencoba untuk menulis. Sehingga tidak sedikit guru yang tidak meninggalkan karya apapun selama hidupnya. Ada juga guru yang sudah mulai tertarik memulai menulis namun tak lama setelah itu merasa dirinya gagal bahkan sebelum pernah mencoba menuliskan sesuatu.
Bagi Bunda Sarmina sendiri, tidak sepatutnya seorang guru– meskipun sudah mengajar– berhenti belajar.
“Guru mengajar, teruslah belajar. Jangan berhenti sebelum mencoba,” demikian pesan Bunda Sarmina untuk rekan-rekan guru di manapun berada.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud