Praktik dan Contoh Pengenalan Matematika dan Sains pada Anak Usia Dini

- Editor

Jumat, 11 Juni 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Belajar matematika dan sains dapat dikenalkan kepada anak usia dini melalui kegiatan sehari-hari. Tujuan pengembangan konsep matematika dan sains ini adalah agar anak dapat membangun kepekaan anak terhadap lingkungan sekitar dan mampu untuk memecahkan masalah yang terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, belajar matematika dan sains memberikan kesempatan untuk anak usia dini mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir logis.

Kegiatan belajar matematika pada anak usia dini dalam aktivitas keseharian dapat dilakukan misalnya; pada saat anak memilih pakaian yang akan dikenakan, ia mencoba untuk mencocokkan antara warna, jenis, dengan kegiatan yang akan dilakukannya. Dari hal sederhana ini anak belajar berlogika tentang keterkaitan antara pakaian dan situasi. Seragam sekolah digunakan hanya saat akan pergi sekolah; baju santai digunakan untuk bermain.

Berdasarkan contoh di atas, kita dapat pahami bahwa dalam melaksanakan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebaiknya diberikan kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan benda atau objek secara langsung seperti mendengarkan kata yang menunjukkan nama, proses atau kejadian. Selain itu anak juga bisa diberikan kesempatan untuk mengamati gambar, mengenal simbol (tulisan) dalam kegiatan bermainnya. Ajak anak untuk mendiskusikan proses yang akan dan sudah dilaluinya pada saat bermain.

Bagi anak usia dini, konsep matematika harus dijelaskan secara konkret dan adanya keterlibatan secara langsung. Konsep-konsep dasar yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi mencocokkan, mengelompokkan, mengurutkan.

Kegiatan mencocokkan dalam keseharian anak dapat berupa mencocokkan warna pakaian, memasangkan kaos kaki, memakai sepatu, menyusun puzzle, dan lain-lain. Kemudian untuk kegiatan mengelompokkan atau klasifikasi dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan benda berdasarkan warna dan ukuran, misalnya mengelompokkan aneka macam warna kancing, bola, dan lain-lain. Adapun kegiatan mengurutkan dapat dilakukan dengan mengurutkan benda berdasarkan ukuran  atau berat.

Setelah anak terampil dalam berpikir matematis, anak akan lebih siap untuk mempelajari konsep matematika lebih jauh.

Konsep matematika permulaan terdiri dari konsep bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, dan analisis data. Konsep bilangan berupa anak memahami dan dapat menghubungkan konsep, simbol bilangan dengan lambang bilangan.

Identifikasi pola dapat berkembang untuk pengenalan konsep aljabar. Misal pola ABC digabungkan dengan pola ABC merah-hijau–biru (meronce).

Kemudian pengenalan geometri pada anak dapat diawali dengan mengenalkan konsep ruang yang meliputi; arah dan posisi (atas–bawah, kiri-kanan, depan- belakang); bidang (datar, miring, dan tegak); jarak dan kecepatan (jauh-dekat, cepat-lambat).

Selanjutnya membangun pemahaman konsep geometri dapat dilakukan pengenalan dua dimensi (segitiga, segi empat, lingkaran, layang-layang), tiga dimensi (bola, kerucut, sillinder); melakukan pengukuran (menimbang berat badan, tinggi badan, lingkar kepala); analisis data (anak menyusun sepatu dan melakukan analisis).

Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

Kegiatan belajar sains juga dapat dilakukan dalam aktivitas keseharian anak. Misalnya saat anak berjalan di taman yang  ada banyak bunga, tanaman, hewan, anak pasti akan sering bertanya untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Pengetahuan yang diperoleh anak secara langsung akan lebih mudah diingat dan diceritakan kembali pada orang lain.

Penting bagi seorang pendidik atau orangtua mengetahui apa saja keterampilan proses berpikir yang terjadi pada saat anak membangun pengetahuan tersebut. Keterampilan berpikir ilmiah meliputi keterampilan dalam melakukan pengamatan, keterampilan dalam membandingkan, keterampilan dalam membuat pengelompokan, keterampilan mengukur, dan keterampilan dalam mengungkapkan hasil pemikiran.

Konsep sains dan teknologi pada anak usia dini di antaranya terkait  pengetahuan tentang makhluk hidup, kebendaan, lingkungan, dan teknologi.

Pengetahuan tentang makhluk hidup meliputi pengenalan terhadap manusia, tanaman, hewan. Kemudian pengetahuan tentang kebendaan meliputi berat, bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan suhu. Pengetahuan lingkungan dan alam semesta yakni mengenalkan anak pada alam sekitar seperti air, tanah, sungai, pantai, gunung, bulan, bintang, hujan, angin, dan lain-lain. Pengetahuan teknologi dapat terdiri dari teknologi sederhana seperti kancing baju, resleting, lonceng, roda, dan seterusnya. Adapun pengetahuan teknologi yang lebih kompleks dapat dikenalkan dengan sistem lampu, kipas angin, kompor, telepon,  dll.

Untuk menyelenggarakan kegiatan bermain matematika dan sains terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain keluasan atau lama waktu dan kedalaman materi dalam kegiatan bermain tersebut

Berikut ini adalah contoh rancangan kegiatan bermain matematika dan sains pada anak usia dini :

Tema/Subtema             : Kebutuhan/ Makanan dan Minuman

Nama kegiatan : Roti dan susu kesukaanku

Kelompok             : B (5-6 tahun )

Judul Kegiatan       : Membuat roti selai dan susu

Alat dan bahan         : Roti tawar,selai (stroberi, nanas, kacang, coklat), susu cair, cetakan segitiga, lingkaran, persegi, gelas, air, sendok.

Langkah-langkah kegiatan :

  •  Anak duduk dalam lingkaran dan mendengarkan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilakukan hari itu.
  • Anak memilih kegiatan”membuat roti”dan “membuat susu”
  • Anak membuat roti selai dengan pilihan selai yang disukai dan dicetak dalam bentuk segitiga, lingkaran, persegi. 
  • Anak menuangkan susu ke dalam gelas. 
  • Anak menghitung jumlah roti yang dibuat dan mengukur banyak atau sedikit susu yang dituangkan ke dalam gelas. 

Itulah gambaran tentang kegiatan matematika dan sains untuk anak usia dini.

Ditulis oleh Enik Rufiatin,S.Pd, Guru TK Melati Bulungan

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 1,629 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis