Oleh Medi Aminah, S.Pd.
Guru SMP Negeri 2 Andong
Setelah 2 tahun berjalan pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19, akhirnya ada kelonggaran dari pemerintah mengizinkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka walaupun masih terbatas. Dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTM) ada dua anak kelas 8D yang membuat hampir semua guru mengeluh ketika mengajar di kelasnya. Ada saja ulahnya yang membuat guru tidak senang. Saya harus berpikir bagaimana cara mengatasinya.
Akhirnya pada saat jadwal saya masuk kelas 8D, saya mulai melakukan pendekatan terhadap dua anak tersebut, nama panggilannya Ardan dan Halil. Saya melihat dengan jelas bagaimana kenakalannya, tidak bisa duduk dengan baik, baju dikeluarkan, mengganggu temannya, tidak bawa alat tulis, suka berbicara sendiri. Kalau tidak punya rasa sabar yang tinggi memang bisa membuat emosi karena melihat tingkah polah dua anak tersebut.
Setelah beberapa kali pertemuan, kunikmati mengamati tingkah polahnya. Pada suatu saat setelah jam pelajaran berakhir, kebetulan sekali pas istirahat, keduanya saya dekati dan ngobrol selayaknya ibu dan anak. Obrolan itu berlangsung sampai jam istirahat berakhir. Alhamdulillah, respon keduanya sangat menyenangkan, mereka terbuka dan menjawab semua pertanyaan saya dengan baik tanpa rasa jengkel walaupun waktu istirahatnya habis karena saya.
Ketika pamitan meninggalkannya, saya sempatkan untuk titip salam untuk kedua orang tuanya. Terlihat sekali ada rasa bangga ketika teman-temannya mengejek, kemudian saya menjawab bahwa Ardan dan Halil anak kesayangan saya.
Kebetulan waktu itu saya mengajar di kelas 8D dalam seminggu hanya 2 jam. Di pertemuan selanjutnya, saya melihat ada perubahan. Ada pancaran bahagia di wajah kedua anak tersebut ketika saya masuk kelas, sikapnya menjadi lebih anteng dan berpakaian rapi. Kedua anak tersebut tampak bersaing untuk menarik perhatian saya. Keduanya berusaha bertanya supaya saya bisa mendekati tempat duduknya.
Awal yang bagus, kata batin saya. Sampai anak-anak yang lain kalau pas saya lewat kelas itu, mereka bilang dicari Ardan dan Halil. Saya menjawab dengan santai dan titip salam untuk mereka berdua.
Memasuki 2 bulan saya mengajar di kelas 8D, sudah tidak melihat kenakalan mereka. Guru yang lain juga menilai bahwa kedua anak tersebut tidak nakal lagi seperti sebelumnya. Justru rajin masuk kelas yang membuat wali kelasnya bertanya-tanya pada saya. Sebab kata anak-anak kelas 8D, Ardan dan Halil insaf karena saya.
Akhirnya Ardan dan Halil menjadi anak yang taat tata tertib seperti murid lainnya, walaupun tetap ada guru lain yang masih memandang mereka negatif karena keduanya memang kurang pandai dalam pelajaran. Tapi bagi saya sebagai guru PPKn sangat bahagia bisa memberikan nasihat kepada keduanya bahwa sikap baik itu sangat penting untuk menjadi murid yang disukai guru. Masalah kecerdasan otak bisa dipupuk dengan belajar yang tekun dan perlu dukungan guru, teman, dan orang tua.
Setelah setahun berlalu, Ardan dan Halil naik kelas 9. Ada rasa yang mengganjal dalam hati saya karena khawatir. Saya takut ketika saya tidak mengajar di kelasnya mereka menjadi kecewa. Dan itu ternyata itu terbukti. Tak berselang lama, keduanya mencari saya minta agar kelasnya tetap saya yang mengajar PPKn. Akhirnya dengan penjelasan yang panjang lebar mereka mengerti alasan mengapa saya tidak mengajar di kelasnya. Tentunya saya tetap berpesan bahwa sikap baik tetap perlu dijaga kepada guru pengganti saya.
Saya mengajar di kelas 7 dan 8, walaupun tidak bertemu di kelas tapi keduanya sering menyempatkan bertemu walaupun hanya sekedar sambil lalu saat keduanya sedang menuju ke kantin. Alhamdulillah, dengan pendekatan rasa sayang seorang ibu kepada anaknya ternyata mereka selalu ingat pesan saya. Dengan atau tanpa saya di kelasnya, mereka masih bisa menjaga sikap baiknya kepada para guru yang lain.
“Selamat ya, Nak, Ibu hanya bisa mendoakan semoga kalian berdua setelah lulus dari SMP tetap bersikap baik untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. (*)
NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.