Oleh Juli Sugianingsih, S.Pd.
Guru di SDN Oro Oro Ombo, Kota Madiun
Bagaimana cara meningkatkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran? Itulah pertanyaan yang umum dilontarkan oleh guru. Sebab, guru adalah sebagai sosok pelaku pembelajaran yang langsung bersinggungan dengan siswa secara riil di lapangan.
Sebelum kita membahasnya lebih lanjut, guru peru menggarisbawahi bahwa untuk mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan telah benar-benar menyenangkan, maka perlu memperhatikan hal- hal antara lain:
- Menciptakan lingkungan belajar tanpa stres (rileks)
- Materi yang diberikan relevan dengan tingkat perkembangan anak
- Belajar secara emosional, seperti adanya humor dan dukungan semangat
- Melibatkan semua indera dan otak kiri (analitis) maupun kanan (sosial)
- Menantang peserta didik dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari
Untuk menyajikan sebuah pembelajaran yang berkesan dan menyenangkan bagi siswa, memiliki kunci pokok yaitu bahwa seorang guru terlebih dahulu harus mampu mendesain pembelajaran semenarik mungkin dan melaksanakan pembelajaran seefektif mungkin berdasarkan desain pembelajaran yang telah dirancang .
Ada kata pepatah, “Tak kenal maka tak sayang”. Dan untuk menyukai sesuatu hal, termasuk juga menyukai pembelajaran, maka siswa harus terlebih dahulu memiliki ketertarikan. Demikian yang saya dapatkan berdasar pengalaman selama 21 tahun menjadi seorang guru. Dengan ketertarikan yang kuat, maka akan timbul motivasi yang luar biasa dalam diri siswa untuk mempelajari hal-hal baru termasuk dalam pembelajaran .
Nah, sekarang bagaimana cara membangun ketertarikan siswa dalam pembelajaran? Sebenarnya banyak cara jitu yang bisa kita lakukan untuk membangun ketertarikan siswa dalam pembelajaran.
Di dalam tulisan ini saya akan uraikan beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadi:
Pertama, menjaga performa. Sebagai guru, penampilan kita menjadi sorotan siswa yang bisa menimbulkan aura positif dan bisa juga sebaliknya. Untuk itu, bangunlah komunikasi yang hangat dengan siswa: sapa mereka dengan ramah, bangun komitmen dengan kesepakatan dengan membiarkan mereka memberikan usulan aturan, beri mereka kepercayaan dan tanggung jawab. Jangan jaim (jaga image) untuk menghadirkan kesan angker di hadapan siswa. Jelaskan kepada mereka apa tujuan kita mempelajari materi dan apa keuntungannya, serta apa sajakah kegiatan yang akan dilakukan nantinya.
Kedua, menjadi guru yang kreatif dan memiliki kemampuan manajemen kelas. Pembelajaran yang monoton dan menjenuhkan membuat siswa tidak tertarik mengikutinya. Alhasil berdampak pada menurunnya prestasi. Untuk itu, guru haruslah menjadi sosok yang kreatif.
Selain itu, guru harus menguasai dan memiliki kemampuan manajemen pengelolaan kelas yang baik, di antaranya bagaimana seorang guru harus mengondisikan kelas, melayani siswa-siswi yang memiliki perbedaan kemampuan. Guru bukan sekedar aktor yang memindahkan ilmunya akan tetapi ia juga harus membimbing dan mendidik.
Dalam menyampaikan materi, guru juga harus bisa membuatnya menarik. Ajaklah siswa – siswi terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan pembelajaran, manfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, beri pertanyaan pemantik untuk mengetahui konsep dasar pemahaman siswa dengan mengaitkan materi dengan hal-hal yang terkait langsung dengan kehidupan nyata.
Dalam menyampaikan materi, seorang guru yang kreatif biasanya juga inovatif. Lakukan terobosan semisal buat media pembelajaran interaktif dengan memanfaatkan teknologi atau benda-benda apapun yang mendukung konsep materi pembelajaran yang disajikan.
Berikut ini adalah contoh media pembelajaran yang menarik yang pernah saya gunakan:
Tangga Hitung Pengurangan dan Penjumlahan 1-10
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat media tersebut sangat sederhana antara lain styrofoam, spidol, gambar yang bisa didapat di internet, kalender bekas, lem, gunting dan juga kertas origami .
Adapun tujuan penggunaan media belajar ini adalah agar siswa mampu mengoperasikan pengurangan dan penjumlahan secara langsung dengan mempergunakan media buatan guru tersebut.
Mengenal Simbol-simbol Pancasila dengan Quick App Ninja
Dunia anak adalah dunia permainan, maka tak salah bila guru memanfaatkan aplikasi berbasis teknologi sebagai sebuah media pembelajaran. Anak-anak yang terlahir sebagai generasi Z cenderung tidak asing dengan game semacam ini. Oleh sebab itu, guru dapat meningkatkan ketertarikan siswa terhadap materi yang disajikan dengan mengkolaborasikan kebiasaan dan gaya hidup anak sekarang. Sehingga tanpa disadari dengan aktivitas bermain, mereka juga sedang belajar.
Aplikasi yang dapat dipasang di ponsel Android ini gratis dan bisa dijadikan alternatif guru dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif sesuai materi.
Media Interaktif Game dengan Smart Aplikasi Creator (SAC)
Aplikasi ini berbayar. Namun guru juga bisa memanfaatkan yang versi gratis untuk membuat media pembelajaran.
Selain menggunakan media-media yang telah disebutkan di atas, saya sebagai guru dalam meningkatkan ketertarikan siswa sering juga membuat games kuis lewat aplikasi Kahoot atau Quizizz sehingga siswa akan merasa tertantang dan terpacu. Mereka bermain, namun sambil bermain ia juga belajar .
Pada dasarnya media pembelajaran yang interaktif bukan berarti media itu sulit dijangkau dan selalu harus berbasis teknologi. Guru bisa saja membuat media interaktif pembelajaran dengan menjadikan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar. Sesekali saya mengajak siswa-siswi belajar di luar kelas. Memanfaatkan alam sebagai laboratorium belajar, alam sebagai sumber ilmu. Dari kegiatan tersebut ternyata mampu memacu siswa-siswi untuk bernalar kritis dan percaya diri berpendapat dan mengeksplor segala potensi dirinya.
Sesekali guru juga perlu memberikan sebuah projek atau problem kepada siswa namun dikemas dalam bentuk cerita untuk mengasah kemampuan literasi baca tulisnya dengan mempergunakan media interaktif yang ada.
Dengan melaksanakan pembelajaran semacam ini pastilah suasana kelas akan terasa nampak hidup, siswa tertarik dan aktif. Guru pun akan bersemangat dalam memberikan dan menyajikan pembelajaran dan pastinya berdampak pada prestasi siswa itu sendiri.
Mengubah mindset (pola pikir) guru dengan meninggalkan cara-cara konvensional yaitu guru-sentris maka jauh akan lebih bermanfaat. Guru harus berani melakukan dan berani berubah demi kemajuan anak didiknya. Kuncinya, pembelajaran akan mencapai tujuan bila dinahkodai seorang guru hebat yang mampu memberikan sajian menu pembelajaran yang menarik dan membekas serta berkesan bagi siswanya. (*)
NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.