Praktik Baik Indah Wulandari: Tak Lelah Belajar Membaca

- Editor

Sabtu, 13 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indah Wulandari, S.Pd., M.Pd. 

Guru SMPN 1 Leuwisadeng

 

 

Jika ada peserta didik yang mengalami kesulitan membaca, ini harus menjadi perhatian seorang guru. Memang tidak semua siswa memiliki kemampuan membaca dengan baik. Hal tersebut banyak penyebabnya. Salah satunya siswa tidak sering latihan membaca di rumah dengan bimbingan orang tua setelah di sekolah sudah diberikan pembelajaran membaca.

Jika siswa mengalami kesulitan membaca pasti akan menjadi bahan tertawaan dan bahan ejekan oleh teman-temannya. Bagi siswa yang tidak kuat mental mungkin akan menyerah menghadapi kondisi seperti itu. 

Sebagai guru, saya pernah mendampingi siswa seperti itu, tidak lancar membaca. Untungnya, ia memiliki mental yang cukup kuat. Sehingga ketika ia mendapatkan ejekan, ia justru  tertantang dan ingin memberikan pembuktian. Sehingga ia mau untuk mengasah kemampuan membaca dan berakhir bisa.

Perjuangan hingga akhirnya bisa membaca dengan baik itu memang tidak mudah. Namun dengan perjuangan keras, berakhir bahagia karena siswa tersebut memiliki kemauan yang tinggi untuk bisa membaca.

Saban hari, siswa tersebut saya ajak untuk berlatih membaca tanpa kenal lelah sekalipun jam belajar sekolah sudah berakhir. Kadang siswa itu terlihat lemas karena menahan lapar. Namun ia tampak begitu semangat untuk  belajar membaca.

Di tengah belajar membaca, kadang kami selingi dengan bercanda dan makan bersama agar tidak terasa menjadi beban dan membuat stres siswa tersebut. Hal ini kini menjadi kenangan yang indah bagi saya pribadi dan siswa yang memiliki masalah kesulitan membaca tersebut. 

Selain saya dampingi belajar membaca di luar jam sekolah secara rutin, siswa tersebut juga saya libatkan dalam kegiatan pentas seni. Awalnya ia tidak mau karena merasa tidak percaya diri. Tapi kemudian saya beri dorongan dan semangat hingga akhirnya berbuah manis. 

Ya, siswa tersebut akhirnya bangga atas kerja kerasnya dalam penampilan pentas seni. Ia membuktikan diri bahwa ia mampu melakukan hal yang membanggakan. Akhirnya siswa yang sering merendahkannya pun mengakui kemampuannya. 

Dalam pelaksanaan pentas seni berikutnya, siswa itu kembali tampil dengan menampilkan  sebuah tarian Jawa “Gatotkaca”. Ia bergerak dengan sangat lincah. Terlihat dari pancaran raut wajahnya sebuah kebanggaan karena bisa membuktikan dan mengusir keterpurukan yang pernah membelenggunya. 

Dulu dia memang tidak bisa membaca sehingga menjadi siswa pendiam bahkan sering mengisolasi diri dari kumpulan teman-temanya. Namun sekarang ia mampu membuktikan pada dunia bahwa ia mampu melakukan sesuatu, bukan hanya membaca tapi juga memantaskan sebuah karya seni.

Pada saat acara pelepasan siswa kelas akhir, saya pun kaget dibuatnya. Momen itu merupakan momen yang menggembirakan sekaligus mengharukan. Sebab para siswa kelas akhir akan meninggalkan sekolah dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 

Di luar dugaan, tiba-tiba ada siswa  yang dulu mengalami kesulitan membaca membawa sekuntum bunga yang dipetik di taman sekolah dan memberikan bunga itu pada guru yang disayanginya. Tanpa terasa, air mata saya menetes karena haru. 

Apa yang dilakukan gurunya mungkin hal sangat kecil dan sederhana. Namun bagi siswa tersebut adalah hal yang besar dan bermakna. 

Kasus siswa tidak bisa membaca mungkin juga terjadi di sekolah-sekolah. Hal tersebut menjadi tanggung jawab guru untuk memulihkan keadaan mental peserta didik agar bisa bangkit dan termotivasi dan melakukan pembuktian diri. 

Guru, selain memiliki tugas mendidik juga berkewajiban mengajar. Dalam proses pelaksanaan mengajar dan transfer ilmu pada siswa, seorang guru diharapkan bisa mendidik dan mengubah perilaku siswa dari yang tidak baik menjadi baik. Begitu juga siswa yang tidak bisa harus menjadi bisa di tangan seorang guru.

Menjadi seorang guru harus memiliki kepekaan yang tinggi untuk bisa menjiwai dan memahami karakter seluruh siswa yang menjadi binaannya. Ada kalanya situasi ini membuat pekerjaan tambahan bagi guru, misalnya menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan. (*)

 

NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 22 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis