Oleh Ainur Ridlo, S.Pd.
Guru di SMP Negeri 2 Waru, Sidoarjo
Selama kurang lebih 9 hari saya menunaikan ibadah Umroh di tanah suci. Begitu banyak peristiwa dan pelajaran yang penuh hikmah. Perjalanan ibadah Umroh itu sangat menyenangkan dan tak mungkin akan terlupakan sepanjang masa. Suatu saat nanti, saya ingin kembali menginjakkan kaki di Tanah Haram lagi.
Momen Umroh ini sudah saya nantikan selama bertahun-tahun dan akhirnya bisa terwujud. Begitu mendengar akan segera berangkat ke tanah suci, tak kuasa saya membendung air mata dan mengucapkan syukur atas semua nikmat yang diberikan.
Hati ini merinding ketika pertama kali menginjakkan kaki di masjid Nabawi; begitu megah rumah Allah SWT ini di mana orang yang beribadah di sana akan mendapat pahala 1000 kali lipat dibanding di masjid lainnya. Di sana juga terdapat makam Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.
Ada daya tarik tersendiri ketika malam hari, para jamaah berbondong-bondong untuk menunaikan qiyamul lail dilanjut tilawah dan sholat Subuh. Ketika adzan dikumandangkan, hati ini semakin bergetar. Apalagi ketika sholat Subuh diimami oleh imam yang suaranya sangat merdu sehingga mengantarkan kekhusyukan dalam sholat.
Setelah selesai sholat Ashar, lautan manusia berkerumun di pelataran pintu 41 antre masuk ke Raudhah, untuk berziarah ke makam Rasulullah, sahabat Abu Bakar, dan Umar Bin Khattab. Sungguh dahsyat daya tarik Raudloh bagi saya pribadi dan untuk umat muslim pada umumnya. Kami semua sampai rela dan sabar menunggu panggilan agar bisa masuk ke kawasan Raudlah— harus menggunakan aplikasi dan mengantre lama.
Tetapi semua itu tidak menjadi masalah karena itu bagian dari bukti cinta kami kepada makhluk yang mulia, yang dinantikan syafaatnya kelak di hari akhir. Cinta membutuhkan keikhlasan, perjuangan, dan pengorbanan. Maka segala daya upaya harus kami lakukan untuk bisa beribadah di Raudhah. Alhamdulillah, akhirnya Allah memberikan kemudahan.
Setelah 4 hari berada di kota Madinah, kami pindah menuju Makkah Al Mukarromah. Sejuta kenangan indah tidak akan pernah terlupakan, terutama ketika sholat di masjid Nabawi dan beribadah di Raudhah.
Dan ternyata kota Makkah tak kalah mengesankan. Setelah tiba di lokasi, air mata tidak terasa mengalir begitu saja karena melihat bangunan yang diselimuti kain hitam: itulah bangunan Ka’bah yang berdiri kokoh di tengah-tengah Masjidil Haram. Ini adalah salah satu keajaiban di dunia. Semua orang tampak melakukan Thawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali.
Di sini saya jadi teringat bagaimana pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja Abraha ingin menghancurkan Ka’bah kala itu. Tapi dengan pertolongan Allah, mereka bisa terkalahkan oleh burung Ababil yang diutus oleh Allah untuk menghancurkannya. Inilah dahsyatnya Ka’bah. Allah yang akan selalu menjaganya.
Pada saat menunaikan Sa’i, hati pun terasa terenyuh teringat bagaimana perjuangan dan pengorbanan Siti Hajar yang ditinggal Nabi Ibrahim sendirian bersama putranya Ismail di tengah gurun yang sangat tandus. Beliau berusaha melindungi putranya untuk mencari sumber mata air agar tidak kehausan. Secara akal, tidak mungkin air itu ditemukan, tetapi dengan kegigihan beliau, tanpa mengenal lelah berjalan dari Bukit Shofa ke Marwa, akhirnya Allah memberikan pertolongan dengan memberikan sumber air zam-zam yang sampai sekarang tidak pernah habis dan bermanfaat bagi penduduk seluruh dunia.
Salah satu tempat yang sangat mustajabah untuk berdoa adalah di Hijir Ismail, yang berada di sebelah utara Ka’bah yang berada di dalam Masjidil Haram. Untuk masuk ke dalamnya tidaklah mudah, butuh ikhtiar dan tawakkal yang luar biasa. Dan ada satu lagi benda yang menjadi idola dan diperebutkan para jamaah haji dan umroh, yaitu Hajar Aswad. Banyak orang yang berebut untuk memegang bahkan ingin menciumnya walaupun harus berdesak-desakan dengan yang lain.
Maksud hati ini ingin berusaha memegang dan mencium Hajar Aswad, tetapi teringat pesan salah satu ustaz yang berpesan, “Hilangkan egomu di manapun kamu berada khususnya di depan Ka’bah, InsyaAllah akan mendapat balasan yang tidak disangka-sangka”.
Benar, Allah memberikan kemudahan untuk saya masuk di Hijir Ismail dan bisa shalat 2 rakaat serta bermunajat.Ketika keluar pun, Allah memberikan kemudahan.
Saya juga ingin menjadi makmum Sheikh Bandar Baleela sebelum dipanggil Allah ziarah ke kota Makkah. Dan Allah mengijabah doa saya sehingga ketika sholat Subuh beliau menjadi imamnya. Bacaannya luar biasa, menggetarkan hati, dan tak terasa berlinang air mata.
Walaupun bacaannya panjang, tetapi tidak mengurangi kekhusyukan dan menikmatinya. Bagaikan perbincangan pasangan yang saling mencinta, tidak terasa walaupun berjam-jam bersenda gurau dan berdiskusi denganberbagai macam topik yang dibicarakan.