Peran PFA dalam mengatasi Perasaan Traumatis Anak di Sekolah

- Editor

Selasa, 8 November 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Trauma yang terjadi pada anak dapat terjadi karena adanya krisis atau tekanan dalam hidupnya. Anak yang mengalami trauma bisa mengalami masalah-masalah seperti sulit makan, kesulitan untuk tidur, mimpi buruk, menjadi sangat bergantung dengan orang lain, agresif, frustasi, dan menjauh atau menarik diri dari orang lain.

Selain itu, masalah perilaku juga bisa muncul di sekolah seperti mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan mengikuti instruksi di kelas serta bekerja atau belajar dengan kelompoknya. Namun, masalah perilaku ini bisa membuat orang dewasa yang ada di sekitar anak menjadi salah paham. Mereka akan menganggap bahwa anak mengalami kesulitan belajar, kesulitan berkonsentrasi, dan mengalami gangguan kecemasan biasa. Akibatnya, guru kurang bisa memahami masalah anak dan kurang memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Trauma yang dialami oleh anak dapat berpengaruh pada proses belajarnya, perilakunya, dan interaksi anak dengan orang yang ada sekitarnya. Untuk itu, guru harus bisa memahami apa itu trauma dan bagaimana cara mendampingi anak yang mengalami trauma di sekolahnya. Guru juga harus memahami peran PFA dalam mengatasi perasaan traumatis anak di sekolah.

Guru juga harus bisa membekali diri untuk bisa membantu anak didiknya yang mengalami trauma agar bisa belajar walaupun dalam situasi yang krisis. Berikut ini penjelasan tentang trauma pada anak usia sekolah dan strategi yang bisa dilakukan guru di sekolah untuk mendampingi anak yang mengalami trauma.

Trauma Anak

Trauma merupakan pengalaman krisis yang tiba-tiba atau tidak diantisipasi yang bisa menyebabkan timbulnya perasaan takut yang luar biasa dan bisa berkaitan dengan ancaman hidup serta bahaya fisik pada seseorang (NCTSN, 2016).

Secara umum, respon anak terhadap trauma ditandai dengan munculnya perasaan cemas dengan keselamatan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Anak yang memiliki trauma melaporkan bahwa mereka sering mengingat peristiwa krisis secara berulang, munculnya perasaan bersalah atau malu tentang apa yang mereka lakukan atau tidak pada saat krisis tersebut. Biasanya mereka juga tidak bsa mengelola perasaan cemasnya, bahkan kewalahan dengan emosi kesedihan dan kecemasannya.

Persoalan trauma tidak hanya berhubungan dengan kekerasan seperti kekerasan fisik, pemerkosaan, psikis, dan seksual atau mengalami bullying di sekolah. Trauma bisa juga disebabkan oleh pengalaman meninggalnya orang yang mereka kasihi, pergantian pengasuh, pindah rumah atau sekolah, perceraian orang tua, atau terlalu banyak tugas sekolah dan les.

Efek Trauma pada Masak Kanak

NCTSN menjelaskan bahwa pengaruh trauma bisa terjadi secara khas pada setiap tahan perkembangan masa usia sekolah anak.

Usia Pra-Sekolah

Trauma bisa terjadi karena disebabkan kemunduran perkembangan psikologis anak. Misalnya setelah mengalami trauma anak menjadi suka mengompol, menghisap jempol, dan berbicara dengan kata-kata yang lebih sederhana dari yang sudah mereka capai sebelumnya.

Anak juga bisa terlihat lebih bergantung atau tidak mau lepas dari orang tuanya dan merasa cemas sekali jika berpisah dengan orang tuanya. Anak juga bisa mengalami ledakan emosi dan mudah menangis serta sulit untuk ditenangkan. Beberapa anak bisa menunjukkan gejala regresi, seperti menarik diri, pasif, bahkan mutis (sama sekali tidak mau berbicara). Selain itu, biasanya anak mengalami kesulitan untuk tidur dan mimpi buruk.

Peran PFA oleh guru bisa dilakukan dengan cara membantu anak dalam memproses kejadian traumatiknya dengan permainan pasca trauma (post-traumatic play).

Halaman Selanjutnya

Usia Sekolah Dasar

Berita Terkait

Kabar Gembira untuk Guru Sesuai Pengumuman Dirjen GTK Mulai Tanggal 17 April 2024
Pengumuman Penting dari Kemdikbud, Harap Bersiap Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi 28 Maret Besok, Jangan Terlewat!
Sudah Lama Dinantikan, Guru dan Kepala Sekolah Wajib Bersiap Hanya di Tanggal 14 Maret 2024
Cara Membuat Video Pembelajaran Animasi Menggunakan PowerPoint
Langkah-langkah yang Dilakukan untuk Mengembangkan Bahan Ajar Bagi Guru
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kelas
Membuat Materi Presentasi Otomatis dengan Slides AI
Strategi Penyusunan Bahan Ajar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Berita ini 141 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 17 April 2024 - 10:33 WIB

Kabar Gembira untuk Guru Sesuai Pengumuman Dirjen GTK Mulai Tanggal 17 April 2024

Rabu, 27 Maret 2024 - 20:52 WIB

Pengumuman Penting dari Kemdikbud, Harap Bersiap Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi 28 Maret Besok, Jangan Terlewat!

Kamis, 14 Maret 2024 - 11:34 WIB

Sudah Lama Dinantikan, Guru dan Kepala Sekolah Wajib Bersiap Hanya di Tanggal 14 Maret 2024

Senin, 22 Januari 2024 - 12:04 WIB

Cara Membuat Video Pembelajaran Animasi Menggunakan PowerPoint

Senin, 22 Januari 2024 - 11:37 WIB

Langkah-langkah yang Dilakukan untuk Mengembangkan Bahan Ajar Bagi Guru

Kamis, 11 Januari 2024 - 10:39 WIB

Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kelas

Sabtu, 6 Januari 2024 - 18:06 WIB

Membuat Materi Presentasi Otomatis dengan Slides AI

Jumat, 22 Desember 2023 - 10:50 WIB

Strategi Penyusunan Bahan Ajar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Berita Terbaru