Ditulis oleh Hana Putri Multiandari, S.Pd (Guru di SD Negeri Pamriyan, Kec. Pituruh)
Pendidikan yang pertama dan utama adalah lingkungan keluarga. Orang tua memiliki peran besar dalam mengajarkan anak berbahasa, berkomunikasi, hingga menghitung sederhana, dan membekali ilmu-ilmu yang lainnya untuk menyiapkan masa depan anak.
Ketika anak masih usia dini, proses pendidikan masih sepenuhnya berada di dalam kendali orang tua atau lingkungan keluarga. Bersamaan dengan waktu, orang tua akan menitipkan anaknya kepada instansi pendidikan tertentu.
Meskipun sudah menitipkan anak pada instansi pendidikan, peran dan keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak masih sangat penting. Pasalnya, keterlibatan orang tua tersebut bisa menjadi kunci kesuksesan untuk anak. Oleh sebab itu, salah satu yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah meyakinkan anak bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting dan menyenangkan.
Sayangnya, saat ini banyak orang tua yang sudah melupakan peran tersebut. Ketika sudah menyekolahkan anaknya, banyak orang orang tua seolah lupa bahwa mereka tetap memiliki peran penting dalam proses pendidikan anak. Mereka terlalu menyerahkan pendidikan anaknya pada instansi atau kepada gurunya dan merasa tidak perlu melakukan pendampingan dan pembimbingan lagi.
Akibat dari sikap tidak acuh terhadap proses pendidikan anak tersebut dapat menurunkan motivasi belajar. Sehingga hasil belajar yang dicapai oleh anak tidak akan maksimal. Jika sudah demikian, siapa yang perlu disalahkan?
Perlu ditegaskan kembali bahwa peran orang dalam pendidikan anak sangat penting, meskipun sudah menitipkan anak dalam sebuah instansi pendidikan. Orang tua harus tetap memberikan pengawasan, bimbingan, dan dorongan agar motivasi belajar siswa tetap terjaga.
Di masa pandemi Covid-19 ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk melakukan evaluasi. Saat ini, orang tua pastinya memiliki waktu lebih banyak dengan anak karena pembelajaran dilakukan dari rumah secara daring karena kegiatan di sekolah sedang diliburkan. Dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menanamkan pada pola pikir anak bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.
Apalagi di masa pandemi ini, motivasi belajar anak banyak yang menurun karena harus melakukan pembelajaran daring yang biasanya mudah membuat bosan. Pasalnya, mereka tidak bisa bertatap muka secara langsung dengan teman-teman atau guru-guru di sekolah.
Melihat masalah tersebut, orang tua harus mampu memberikan dan meningkatkan motivasi belajar kepada siswa. Dalam kondisi apapun, anak-anak perlu dibekali sebuah pemikiran bahwa belajar dalam kondisi apapun merupakan hal yang penting dan menyenangkan.
Oleh sebab itu, hal pertama yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah memahami minat anak. Fatanya, masih banyak sekali orang tua yang tidak peduli dengan minat anak ini. Bahkan ada orang tua yang memaksa anak untuk memenuhi hasrat orang tua sendiri. Misalnya, orang tua memaksa anak untuk rajin belajar pelajaran Matematika agar mendapat nilai bagus di bidang tersebut atau mungkin agar menjadi juara di sebuah kompetisi Matematika. Padahal sebenarnya anak tersebut memiliki minat di bidang yang lainnya.
Masalah seperti itu perlu dihindari. Orang tua harus bisa berdiskusi dan melakukan penilaian terhadap minat anak. Dengan begitu, maka potensi anak diharapkan akan dapat berkembang secara maksimal.
Misalnya saja anak memiliki kebiasaan suka menggambar, maka hal tersebut perlu dikembangkan dan membutuhkan dukungan dari orang tua. Alih-alih memaksa anak seperti kemauan orang tua.
Anak yang belajar sesuai minat dan bakatnya, pasti akan merasa senang ketika menjalani proses pembelajaran. Tanpa merasakan beban apapun dalam melakukannya.
Saat ini seringkali sekali siswa mudah bosan dalam belajar sehingga suka bermalas-malasan. Hal tersebut bisa disebabkan karena anak merasa sedang mempelajari sesuatu yang tidak ia senangi.
Yang kedua, orang tua perlu mengenali gaya belajar yang disukai oleh anak. Ini sangat penting agar dapat memberikan bimbingan yang tepat kepada anak ketika sedang belajar di rumah.
Perlu disadari bahwa setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Setidaknya terdapat empat gaya belajar yang perlu diketahui oleh orang tua yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori, gaya belajar verbal, dan gaya belajar kinestetik.
Anak dengan gaya belajar visual akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan ketika menggunakan media visual seperti gambar, video, foto, dan lain sebagainya. Sementara itu anak dengan gaya belajar auditori akan lebih suka belajar dengan media berbasis suara seperti lagu, irama, audio, dan sejenisnya.
Adapun anak dengan gaya belajar verbal adalah anak yang suka belajar dengan membaca buku, belajar melalui kegiatan menulis, dan sejenisnya. Dan yang terakhir, gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang melibatkan gerakan. Anak dengan gaya belajar ini biasanya akan lebih mudah menghafal pelajaran ketika melakukannya sambil menggerakkan salah satu anggota tubuhnya.
Nah, gaya belajar seperti yang telah disebutkan di atas perlu dipahami oleh orang tua agar proses pembelajaran yang dialami oleh anak terasa menyenangkan dan tidak membosankan.
Selain itu, orang tua perlu memberikan kesempatan pada anak dalam mengambil keputusan dalam hal belajar. Di sekolah, anak sudah banyak dipandu oleh gurunya dengan peraturan-peraturan tertentu. Oleh karena itu, hindari memberikan peraturan-peraturan yang kaku pada anak ketika mereka sedang belajar di rumah.
Sebaliknya, orang tua bisa memberikan kebebasan pada anak ketika belajar di rumah. Misalnya, orang tua tak perlu mewajibkan anak belajar di jam-jam tertentu. Berilah anak kebebasan melakukannya berdasarkan pilihan sendiri. Sementara orang tua hanya perlu melakukan pengawasan dan bimbingan.
Itulah beberapa hal yang perlu diingat oleh orang tua agar anak tidak terbebani dalam belajar. Orang tua juga harus selalu ingat bahwa mereka memiliki tanggung jawab besar dalam proses pendidikan anak, meskipun sudah memasukkan anak di sekolah formal.
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S