Ditulis oleh Sabar, S.Pd.SD
Guru SDN 2 Tengger, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang
Discovery learning adalah model pembelajaran untuk penguatan dalam memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.
Pembelajaran dengan model discovery learning dapat dikatakan berhasil bila siswa terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery learning ini dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi.
Nah, pembelajaran dengan discovery learning ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran Matematika, khususnya dalam materi pembagian bilangan bulat.
Selama ini, praktik pembelajaran Matematika yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Tengger masih terdapat kendala seperti materi dan tugas yang tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Guru masih fokus pada penguasaan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi sehingga terjadi Low Order Thinking Skill (LOTS). Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), C2 (memahami), dan C3 (aplikasi).
Kami sebagai guru di sekolah tersebut hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Juga kurang menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran di kelas kaku dan siswa tampak tidak ceria. Siswa bosan dengan tugas-tugas yang bersifat teoritis dan hasilnya tidak memuaskan.
Untuk mengatasinya, saya mencoba untuk menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pembagian bilangan bulat dengan langkah kerja sebagai berikut: pemberian rangsangan, pernyataan atau identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, menarik kesimpulan.
Untuk lebih detailnya, pertama, guru memberi pemahaman hal-hal dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dianggap negatif, misalnya mundur, turun, rugi, di bawah, berhutang, dan lain-lain. Guru memberi ilustrasi tentang seorang penjual yang mengalami kerugian yang akan ditanggung oleh pedagang dan pemasok. Siswa diminta menentukan kerugian yang ditanggung masing-masing pihak tersebut.
Langkah kedua, siswa menyelesaikannya dengan membagi dua kerugian. Guru menyiapkan alat peraga garis bilangan dan model yang dibutuhkan. Guru menjelaskan aturan main yaitu model berada di titik nol menghadap sesuai pembagi. Jika pembagi positif, model menghadap ke kanan dan sebaliknya. Nilai positif pembagi menunjukkan banyak langkah dalam loncatan. Hasil pembagian ditentukan dari jumlah loncatan yang dilakukan. Jenis bilangan hasil pembagian ditentukan arah atau maju mundurnya model. Jika maju maka positif, jika mundur maka negatif.
Langkah ketiga, guru mengelompokkan siswa, membagi lembar kerja dan alat peraga. Tiap kelompok berdiskusi menyelesaikan lembar kerja. Kemudian guru membimbing siswa mengolah data dengan memantau kegiatan yang dilakukan siswa. Setelah itu guru meminta siswa untuk verifikasi dan mengevaluasi penyelesaian soal.
Pada kegiatan terakhir, guru meminta siswa mengamati hasil diskusi dan menuntun siswa pada kesimpulan pembagian dari bilangan positif dengan positif, bilangan positif dengan negatif, bilangan negatif dengan negatif. Kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi.
Penerapan discovery learning tersebut membuat siswa antusias menyimpulkan pengerjaan pembagian bilangan bulat. Siswa memahami konsep bilangan bulat (pengetahuan konseptual) dan dapat menentukan hasil pembagian bilangan bulat (pengetahuan prosedural). Pemahaman itu membantu siswa menganalisis hasil pembagian bilangan bulat yang melibatkan bilangan bulat negatif. Jika diukur dengan KKM mapel sebesar 60, ketuntasan kelas meningkat dari 61,4 % menjadi 79,6 %.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga memperoleh hasil yang lebih maksimal.
Di era globalisasi ini, guru sebagai tombak pelaksana pembelajaran, harus memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skills (HOTS). Menurut Taksonomi Bloom, HOTS adalah hasil dari pengembangan konsep dan metode sebelumnya yang meliputi pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen dan kemampuan mengambil keputusan dalam situasi kompleks.
Dan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model discovery learning yang telah dijelaskan di atas. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.