Oleh : Tumiati , S.Pd.SD
Guru SDN Glagah Yogyakarta
Awalnya saya tidak pernah menyangka sama sekali jika pandemi ini akan memakan waktu sangat lama. Di awal tahun 2019, virus Covid-19 mulai menyebar ke seluruh dunia. Tidak ketinggalan negara kita Indonesia juga menjadi korban keganasan dari virus tersebut.
Saya sudah mengabdikan diri sebagai guru hampir 35 tahun lamanya. Sepanjang waktu 35 tahun tersebut, saya tidak pernah mengalami peristiwa yang lebih memilukan daripada yang terjadi saat ini. Adanya virus tersebut, kita dipaksa untuk banyak berdiam diri di dalam rumah.
Saking ganasnya virus tersebut, berjuta manusia di dunia meregang nyawa. Sementara vaksin dan obat penangkalnya baru diteliti ketika pandemi berlangsung. Sungguh pemandangan yang mengerikan ketika melihat banyaknya pemakaman khusus ‘jenazah Covid-19’.
Setiap orang yang meninggal karena Covid-19 memerlukan penanganan khusus sehingga ketika kita kehilangan saudara atau bahkan keluarga sendiri, kita tidak bisa ikut mengantarkan jenazah tersebut.
Saya sendiri merasakan betapa pahitnya kehilangan orang dekat akibat virus tersebut. Momen itu membuat saya sangat sedih dan pilu karena harus kehilangan saudara, sahabat, dan teman kerja.
Namun begitu, kita perlu sadar bahwa jiwa dan raga ini milik Tuhan dan tentu akan kembali kepada Tuhan. Itu sepenggal kata yang perlu kita ingat untuk menguatkan hati ketika mendengar orang dekat yang meninggal dunia.
Kondisi yang mencekam ini mau tidak mau harus kita hadapi dengan ikhlas, pasrah, namun juga waspada. Sebagai pendidik, salah satu bentuk kewaspadaan di tengah pandemi adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran secara daring. Itulah sebabnya, gadget atau ponsel menjadi barang yang sangat dibutuhkan oleh guru, siswa, dan orang tua untuk menunjang pembelajaran tersebut.
Tentu saja pembelajaran secara daring ini menyisakan berbagai macam kelemahan. Pasalnya, guru ketika mengajar daring harus menguasai IT dengan baik. Proses belajar mengajar dilakukan oleh guru melalui berbagai macam metode dan sarana. Sehingga semua itu tampak seperti mustahil bagi pendidik yang lahir era 70-an atau 80-an yang mayoritas masih gagap digital. Ya, karena pendidik yang lahir di era tersebut tidak banyak bersentuhan dengan teknologi.
Hal itu juga saya alami sendiri. Betapa gagapnya saya terhadap dunia IT. Dan itu menjadi suatu kendala tersendiri ketika melaksanakan pembelajaran online. Namun ibarat dalang, kita tidak boleh kehilangan ide atau pantang berusaha untuk mengatasi kekurangan tersebut.
Selama hampir 2 tahun pembelajaran di tengah pandemi lebih banyak dilakukan secara daring. Kalaupun ada yang pembelajaran tatap muka itu hanya dilakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Karena risiko tertular virus ini sangat besar.
Kurang lebih 2 tahun itu pula para peserta didik hanya bertemu teman, sahabat, guru mereka melalui aplikasi Zoom, panggilan di grup WhatsApp dan seterusnya.
Pembelajaran daring di masa pandemi juga membuat orang tua kewalahan. Orang tua dituntut harus mendampingi siswa belajar di rumah. Di sisi lain, orang tua tersebut harus bekerja. Sehingga ketika orang tua sibuk bekerja maka orang tua tersebut tidak bisa untuk mendampingi siswa dengan maksimal.
Maka harapan satu-satunya adalah seluruh proses pembelajaran diserahkan kepada guru. Artinya proses belajar mengajar lebih menitik beratkan pada peran siswa dan guru. Sehingga orang tua bisa fokus pada mencari nafkah rumah tangga.
Agar pembelajaran daring dapat berjalan lancar dan sukses, seorang pendidik harus menguasai IT dan mengerti dunia teknologi digital. Karena untuk memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dibutuhkan media yang beragam. Alhasil, pendidik yang tidak mau belajar IT atau teknologi digital tidak akan mampu melaksanakan pembelajaran daring secara maksimal.
Inilah yang membuat pendidikan menjadi terpaksa belajar teknologi digital. Beruntungnya banyak lembaga yang menyediakan berbagai macam training, seminar, diklat secara online. Dalam pelatihan online tersebut biasanya akan diulas berbagai trik dan tips dalam melaksanakan pembelajaran online, diajari bagaimana cara membuat berbagai macam persiapan kegiatan belajar mengajar daring.
e-Guru.id sangat tanggap memenuhi kebutuhan para pendidik di tengah pandemi dengan menyediakan berbagai macam diklat atau pelatihan agar pendidik memiliki ilmu sebagai bekal mengajar berbasis digital. Karena semua itu sangat dibutuhkan di masa yang akan datang, khususnya di masa pandemi.
Di pelatihan yang diselenggarakan e-Guru.id, kita diajari cara membuat RPP digital, membuat konten belajar menggunakan berbagai aplikasi seperti Google Meet, Zoom, dan lain-lain.
Untuk menjadi guru yang kompeten mengajar di berbagai situasi memang diperlukan sebuah proses. Meskipun sudah mengajar, guru tetap perlu berproses untuk belajar, terutama belajar ilmu digital.
Saya sendiri awalnya merasa terpaksa untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut, namun akhirnya menjadi kecanduan. Karena selama pelatihan saya merasa selalu diajarkan cara–cara efektif agar pendidik dapat menguasai berbagai macam cara mengajar daring.
Karena pelatihan dilakukan secara daring sehingga materi yang disampaikan dapat dipelajari kapan saja. Jika sudah pernah merasakan mengikuti pelatihan online, saya yakin semua guru pasti akan tertarik dengan program seperti ini.
Dari sini kita dapat mengambil suatu pelajaran bahwa pandemi meskipun menimbulkan banyak hal tragis, namun juga membawa hikmah. Salah satunya adalah hikmah untuk guru agar mau belajar lagi. Nah, sebagai guru kita memang harus tetap belajar walaupun sudah mengajar.
Dapatkan info terbaru dan ikuti seminar atau diklat untuk guru secara gratis yang dapat menunjang profesionalitas serta kompetensi dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!