Model pembelajaran interaksi social menjadi salah satu solusi dalam menumbuhkan pendidikan karakter melalui proses pembelajaran di sekolah. Model pembelajaran interaksi social menekankan pada adanya hubungan antara siswa dengan lingkungan kehidupan.
Model pembelajaran interaksi sosial dapat memberikan wawasan berfikir kepada peserta didik tentang sikap atau prilaku yang harus dilakukan ketika berinteraksi dengan orang lain. Dengan model ini juga dapat, mengajarkan siswa tentang bagaimana bersikap dan menghadapi kondisi masyarakat social yang ada.
Sebagamana kita tau, pada kenyataannya masih banyak siswa yang masih kurang menaruh perhatian terhadap nilai-nilai karakter.
Seperti, sikap kurang sopan santun, kurang berbagi dengan sesama, kurang memilki rasa hormat, egois dalam bersikap, masa bodoh dengan lingkungannya dan tidak berempati dengan sesamanya.
Hal ini harus menjadi perhatian bersama untuk segera dibenahi, diantaranya melalui proses pembelajaran yang efektif. Salah satu hal yang dapat ditempuh dalam pendidikan karakter yaitu dengan menggunakan model pembelajaran interaksi social.
Lalu, bagaimana model pembelajaran interaksi sosial dapat diterapkan?
Jika merujuk dari jurnal pendidikan dengan judul ” Implementasi Model Pembelajaran Interaksi Sosial Untuk Meningkatkan Karakter Peserta Didik” oleh Winata dan Hasanah(2021).
Beberapa strategi dan pendekatan pembelajaranyang dapat diterapkan dengan model pembelajaran interaksi sosial adalah sebagai berikut,
1. Model Pembelajaran Interaksi Sosial dengan Investigasi kelompok (Group Investigation)
Model interaksi social dengan pendekatan pembelajaran investigasi kelompok bertujuan untuk mengembangkan dan mendorong keterampilan siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam pendekatan investigasi kelompok diwujudkan dari komunikasi yang terbuka dan kebersamaan dalam menginvestigasi permasalahan yang ada.
Proses pembelajaran investigasi kelompok mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
Pembelajaran investigasi kelompok dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berinteraksi social secara lebih baik melalui kerja kelompok (collaborative learning) (Aunurrahman, 2018).
Sikap sosial atau karakter yang dapat diraih siswa dari model pendekatan investigasi kelompok yakni
a) sikap kebersamaan dimana siswa melakukan kegiatan bersama dengan saling bekerjasama satu sama lain didalam kelompok,
b) sikap dialogis, siswa secara tidak langsung dapat belajar memahami dan meresolusi terjadinya perbedaan diantara dirinya dengan teman sekelompoknya yang lain,
c) sikap menghargai pendapat, secara tidak langsung dapat menumbuhkan sikap saling menghargai pendapat diantara satu siswa dengan siswa lainnya selama proses investigasi kelompok,
d) percaya diri, siswa makin percaya diri karena memiliki beberapa teman yang membantunya dalam kelompok, karena terkadang beberapa siswa merasa takut melakukan hal sendirian.
Sehingga dengan investigasi kelompok ini, siswa tidak merasa takut dan pesimis dalam menjalani proses belajar yang dirasa susah dikerjakan olehnya.
2. Pemecahan masalah sosial (Social Inquiry)
Model pembelajaran interaksi social dengan pendekatan social inquiry adalah model pembelajaran yang dapat membangun kepribadian siswa agar mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan masalah di lingkungannya dengan menggunakan pemikiran secara berfikir logis.
Model pembelajaran interaksi social dengan pendekatan social inquiry ini berusaha mengarahkan siswa untuk menyadari dan merefleksikan secara kritis apa yang telah didapatkan selama proses belajar.
Tujuan pembelajaran Inquiry yaitu penguasaan pengetahuan, siswa mampu melakukan penelitian, serta mampu menemukan solusi dari permasalahan sosial.
Salah satu keunggulan didapatkan adalah menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang (Sri Wahyuni, dkk, 2016: 36).
Nilai-nilai karakter yang dapat terbentuk melaui model pembelajaran interaksi social dengan pendekatan sosial inquiri adalah
a) Berfikir Kritis dan kreatif
Model pembelajaran social inqury akan menumbuhkan karakter kritis dan kreatif siswa dalam menghadapi relitas social. Dimana siswa mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sekaligus mencari solusi terbaik (Agustinus Indradi, tth: 645).
b) Kemandirian.
Diantara nilai karakter lain yang didapatkan adalah kemandirian. Kemandirian berarti tidak adanya keraguraguan dalam menetapkan tujuan dan menyelesaikan masalah sampai tuntas (Toni Nasution, 2018:3).
Sikap mandiri siswa dapat terlihat dari cara siswa mampu untuk menghadapi berbagai permasalahan baik selama proses pembelajaran secara mandiri serta mampu melakukan tanggung jawab dan perannya masing-masing.
c) Kerja Keras
Melalui pendekatan pembelajaran pemecahan masalah social, peserta didik diajarkan untuk memiliki sikap kerja keras mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Adanya pola pembiasaan di sekolah agar peserta didik memahami isu-isu social dapat menumbuhkan sikap kerja keras untuk mencari solusi masalah tersebut.
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya (Mustari, 2014:43).
Kriteria siswa yang memiliki sikap bekerja keras adalah selalu giat dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas, tidak mudah menyerah, mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya dan berani mengerjakan sesuatu yang baru dengan terukur.
3. Model Pembelajaran Interaksi Sosial dengan Bermain peran (Role Playing)
Model pembelajaran interaksi social dengan metode bermain peran dirancang agar siswa mempelajari nilai-nilai social dan moral serta penerapannya dalam sebuah sikap atau perilaku. Hal tersebut bertujuan agar memberikan kesempatan siswa menemukan nilai-nilai sosial dan moral yang diperankan pribadi siswa melalui situasi tiruan.
Model pembelajaran Role playing atau bermain peran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Diharapkan dengan model pembelajaran Role Playing dapat mengembangkan siswa agar lebih memahami masalah-masalah social yang dimaknai secara pribadi dan dipresentasikan melalui media peran yang akan membentuk karakter baik.
Kesadaran untuk membantu dan peduli terhadap sesama dapat tumbuh seiring dengan peran yang dimainkan peserta didik tentang kondisi orang yang berkekurangan.
4. Model Pembelajaran Interaksi Sosial dengan Model Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry)
Model pembelajaran interaksi social melalui metode yurisprudensi adalah metode studi kasus yang biasanya terjadi dalam proses peradilan yang kemudian diterapkan dalam suasana kegiatan belajar mengajar.
Hal tersebut bertujuan membantu siswa untuk memahami berbagai kenyataan sosial yang dituntut harus adanya sebuah kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam hal ini, siswa diminta untuk mengkaji dan mengeksplorasi fenomena mutakhir berkenaan dengan masalah social yang terjadi.
Siswa memulai dari mendefinisikan masalah social, mendiskusikan dan merumuskan keputusan untuk menyelesaikan konflik.
Pendekatan model yurisprudensi ini dapat menumbuhkan karakter peserta didik berupa seperti
a. Kejujuran
Model pembelajaran yurisprudensi mendorong siswa untuk bersikap jujur. Dengan melakukan studi kasus dalam proses peradilan seperti fenomena kasus korupsi berjamaah diharapkan akan memberi kesadaran terhadap siswa tentang makna kejujuran.
Penanaman sifat kejujuran di sekolah harus ditekankan sebab tujuan pendidikan tidak hanya berujung pada peningkatan kecerdasan intelegensi semata. Namun juga harus diiringi dengan peningkatan kualitas budi pekerti.
Kejujuran merupakan investasi yang sangat berharga. Karena dengan kejujuran akan sangat memberikan manfaat bagi diri kita baik sekarang maupun di waktu yang akan datang (Messi dan Edi Harapan, 2017: 279).
b. Tanggung Jawab
Model pembelajaran interaksi social melalui pendekatan yurisprudensi juga dapat menumbuhkann sikap tanggung jawab para siswa.
Model ini memberikan pemahaman terhadap siswa tentang akibat pemimpin yang koruptif dan tidak bertanggung jawab dengan jabatannya.
Dengan memahami akibat yang ditimbulkan diharapkan dapat mendorong dan menumbuhkan peserta didik untuk memiliki karakter tanggung jawab di sekolah dan di masyarakat.
“Ingin mengetahui lebih lanjut?
“Bagaimana cara penguatan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran?”
Bapak dan Ibu Guru bisa ikuti pelatihan “Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran” yang diselenggarakan oleh e-guru.id.