Oleh Sumini
Guru di SDN 009 Nongsa Batam
Lebaran tahun ini kusambut dengan rasa syukur yang tak terhingga, dengan segala kesederhanaan, tanpa baju baru dan kue lebaran yang banyak, tanpa pulang kampung dan jalan-jalan.
Sebenarnya dalam hati kecil ini ingin sekali kali pulang ke kampung halaman untuk berziarah ke makam orang tua, tapi tiket mahal sekali dan aku tak ada uang sebanyak itu. Sementara itu, aku juga akan mengantarkan kedua anakku yang sebentar lagi lulus SLTA dan katanya ingin melanjutkan kuliah. Tabungan juga sedang menipis, sebagai modal untuk memasukkan kuliah dua orang secara bebarengan.
Seperti biasanya, menjelang lebaran pasti aku berangkat belanja di pasar untuk mencari semua kebutuhan dapur. Setelah sekian lama, terasa capek dan kegerahan, muter-muter di pasar berdesakan dan kadang saling senggol.
Di depan pasar dekat parkiran aku duduk sebentar melepaskan lelah sambil menunggu hujan reda. Hujan yang turun kala itu tidak terlalu deras tapi cukup untuk membuat basah kuyup. Akhirnya kuputuskan untuk berteduh sambil melamun membiarkan alam pikiranku melayang ke mana saja.
Dalam diam tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dari samping tempat aku duduk. Ada tiga orang yang sedang berbincang soal Idul Fitri, aku pun turut mendengarkan tanpa sengaja.
”Wah, repot ya sama-sama agama Islam tapi pendapatnya berbeda-beda. Muhammadiyah bilang lebaran tanggal 21 April sementaara pemerintah sampai hari ini belum membuat keputusan, buat bingung rakyat kecil saja.”
”Sudah lah, yang pasti sore nanti sudah ada pemberitahuan. Repot mikirin lebaran, emang sudah banyak siapin THR…ha… ha…” saut yang lainnya.
Begitulah obrolan mereka. Dan hujan pun mulai reda sambil merunduk aku permisi lewat menuju motorku dan aku pun pulang.
Sampai di rumah, aku pun menata belanjaan dan meracik bumbu-bumbu persiapan sehingga besok waktu lebaran tak repot lagi.
Kulihat ponselku bunyi, ”Tang..ting….tang….ting.”
Ternyata lebaran tahun ini dirayakan berbeda penetapan harinya, ada yang 21 dan 22 April 2023. Organisasi Muhammadiyah lebaran lebih dulu dan pemerintah menetapkan 22 April sebagai 1 Syawal 1444 Hijriyah setelah melakukan sidang isbat.
Perbedaan ini tidak perlu menjadi persoalan, sebab perbedaan yang didasari dengan ilmu akan menimbulkan kesepahaman, bukan pertentangan dan permusuhan. Karenanya beragama itu perlu ilmu agar dapat menjaga keseimbangan harmoni dan kebersamaan.
Kapanpun perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini yang terpenting adalah bagaimana kita dapat memaknainya. Kita tak perlu gengsi jika karena rumah kita tak berganti cat atau gorden baru. Sebab Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan berlebihan dalam merayakan Idul Fitri, namun tetap dalam kesederhanaan yang menentramkan.
Menyadari semua itu, tak terasa menetes lah air mataku. Sungguh aku merasa sangat berdosa dengan kesedihan yang sebelumnya aku rasakan hanya karena tidak bisa pulang kampung.
Padahal jika aku mau mengingat nikmat yang telah diberikan kepadaku, Allah telah memberiku banyak kelebihan; di antaranya adalah nikmat kesehatan, makanan, tempat tinggal, suami dan anak-anak yang baik yang tak pernah menuntut harus beli baju baru saat lebaran.
Idul Fitri tahun ini memberi hikmah yang luar biasa terutama pada diriku: pemahaman tentang perbedaan, hidup rukun saling menghormati, ikhlas menerima kondisi apapun.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud