Pendidikan di Indonesia menjadi salah satu bidang yang paling terdampak akibat adanya pandemi Covid-19. Dengan adanya pembatasan interaksi sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan yaitu meliburkan kegiatan di sekolah dan mengganti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan sistem dalam jaringan (daring).
Oleh karena itu, di era pandemi seperti ini guru dituntut agar lebih kreatif. Misalnya, mampu membuat dan mendesain pembelajaran yang variatif, menarik, dan diminati peserta didik. Selain itu, guru juga harus membuat konten video yang kreatif sebagai bahan pengajaran. Harapannya, guru bisa lebih persuasif karena membuat peserta didik semakin tertarik dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru melalui video tersebut.
Peserta didik tentu akan dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru melalui video yang dibuat oleh guru tersebut. Sehingga meskipun pembelajaran dilakukan rumah tidak akan membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran secara online.
Pada masa pandemi ini, model pembelajaran pun harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan oleh guru untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar ketika mengajar. Dalam penerapan model pembelajaran ini harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Beberapa pilihan model atau metode pembelajaran yang bisa dipilih oleh guru agar proses pembelajaran dan transfer knowledge dapat berjalan dengan baik kepada peserta didik dapat menggunakan beberapa aplikasi pembelajaran online seperti Google Classroom, WhatsApp, Telegram, Instagram, Zoom, Microsoft 365, dan media-media lainnya.
Pemilihan media pembelajaran tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran menggunakan Whatsapp, misalnya, akan memudahkan pembelajaran online bagi seluruh siswa. Pasalnya, hampir setiap peserta didik bisa dipastikan sudah memiliki aplikasi ini dalam handphone mereka. Sehingga WhatsApp ini bisa menjadi salah satu media pembelajaran yang cocok digunakan di masa pandemi. WhatsApp sendiri memiliki sejumlah fitur seperti melampirkan dokumen, merekam video atau audio. Sehingga aplikasi ini dapat digunakan media pembelajaran yang interaktif dan efektif.
Bahkan aplikasi TikTok pun sebenarnya bisa menjadi media pembelajaran yang menarik. Sebagian orang mungkin menganggap Tiktok hanya sebagai media hiburan semata. Namun tidak demikian bagi pendidik yang kreatif dan inovatif, aplikasi tersebut pun bisa digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran menggunakan HT (Handy Talkie) di masa pandemi juga bisa menjadi pilihan. Metode pembelajaran seperti ini terbilang unik karena memang sangat langka. Penggunaan HT ini bisa menjadi alternatif untuk pembelajaran jarak jauh di daerah yang belum terjangkau oleh jaringan internet. Pembelajaran seperti ini pernah dilakukan oleh pendidik di desa Punik, salah satu desa di dataran tinggi di Kabupaten Sumbawa.
Jika media pembelajaran jarak jauh di atas tidak dapat dilakukan, dapat menggunakan metode kunjungan yaitu pendidik mengunjungi siswa untuk memberikan pembelajaran. Cara seperti ini mungkin perlu dilakukan untuk peserta didik yang tidak memiliki perangkat digital sama sekali. Pendidik dapat mendatangi siswa dengan kostum unik agar peserta didik tertarik mengikuti proses pembelajaran meskipun di masa yang penuh dengan keterbatasan.
Apapun model pembelajaran yang digunakan, pendidikan di masa pandemi harus tetap berlangsung karena pendidikan adalah proses menuju perubahan. Guru atau pendidik adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya. Untuk itu, guru harus selalu meningkatkan kreativitasnya dan tidak banyak mengeluh.
Proses pendidikan di masa pandemi yang perlu diperhatikan bukan hanya pada seberapa banyak siswa dapat menyerap materi pelajaran, akan tetapi juga seberapa kreatif guru dalam memberikan materi pelajaran.
Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan oleh guru dalam rangka untuk meningkatkan kreativitas mengajar di masa pandemi:
Memperluas Wawasan
Di masa pandemi seperti ini, guru dapat memperluas wawasannya dengan mengikuti berbagai webinar atau pelatihan online yang berkaitan dengan pendidikan. Selain itu, guru juga dapat mempelajari hal-hal baru sesuai perkembangan zaman yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
Berbagi Pengalaman dengan Guru Lain
Ketika guru berinteraksi dengan rekan guru yang lain, diharapkan dapat saling berdiskusi dan berbagi pengalaman. Dengan begitu, seorang guru dapat menemukan ilmu baru atau inspirasi dari pengalaman yang dialami oleh sesama guru. Selain itu, guru juga dapat saling membantu dan saling memberikan masukan. Dari komunikasi seperti itu, dapat tercipta ide kreatif yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Mengumpulkan dan Mencatat Ide Kreatif
Sebagai seorang guru sebaiknya mengumpulkan dan mencatat ide-ide yang telah diperoleh dari berbagai sumber, baik yang berasal dari buku, webinar, pelatihan-pelatihan online maupun dari pengalaman guru lain. Catatan ini dapat dibuat dengan selengkap-lengkapnya dan sedetail mungkin. Catatan ini akan sangat berguna sebagai pedoman bagi guru ketika merealisasikan ide-ide yang sudah tercatat.
Melatih Kreativitas Diri
Melatih kreativitas dapat dilakukan dengan cara memainkan beberapa permainan yang membutuhkan konsentrasi dan kreativitas berpikir, seperti permainan puzzle, membuat suatu karya seperti puisi, lukisan, dan lain-lain. Dengan melatih kreativitas, guru akan terbiasa berpikir kritis dan menemukan solusi yang efektif setiap kali menemukan permasalahan.
Bereksperimen
Menerapkan metode belajar mengajar yang sama secara terus menerus tidak hanya membuat siswa bosan, namun guru juga bisa ikut bosan. Oleh sebab itu, jika sudah merasa bosan dengan satu metode, guru dapat melakukan eksperimen dengan mengeksekusi metode atau ide kreatif lain yang telah dipelajari dan dicatat sebelumnya.
Tak perlu takut gagal, karena kegagalan bukan akhir dari segalanya. Dari kegagalan, seorang guru justru dapat melakukan evaluasi untuk perbaikan ke depan.
Ditulis oleh Henny Suci Herawati, S.Pd.