Oleh Purwaizati, S.Pd
Guru SMPN 3 Talang
Aku hidup di tengah–tengah keluarga guru. Ayahku adalah seorang guru SD. Demikian juga dengan dua adik Ayah, juga seorang guru. Sepupuku juga guru. Jadi profesi guru sejak kecil sudah tidak asing lagi bagiku.
Aku hidup di desa. Seorang guru di masyarakat desa menjadi panutan dan cukup disegani. Hampir sebagian besar para pemuda di desaku merupakan murid Ayahku. Jadi hampir seluruh masyarakat di desaku kenal dengan Ayah karena profesi gurunya. Kondisi itulah yang menyebabkan sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang guru.
Semasa kecil aku senang bermain peran selayaknya kegiatan pembelajaran di kelas. Teman-teman berperan sebagai murid dan aku berperan sebagai seorang guru. Sungguh mengasyikkan waktu itu. Sampai di bangku SMP pun aku masih bercita-cita menjadi guru.
Selepas SMP aku mendaftar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG)—waktu itu merupakan dua angkatan terakhir. Di samping itu aku juga mendaftar di SMA di kotaku. Berdasar hasil tes, aku diterima di SPG dan juga diterima di SMA I Kota Tegal.
Aku bingung mau memilih masuk SPG atau SMA. Keluarga mendorong untuk memilih SMA saja dengan pertimbangan SMA I Kota Tegal termasuk sekolah favorit dan selanjutnya bisa memilih penjurusan yang lebih luas. Akhirnya dengan pertimbangan itu aku memilih masuk SMA I Kota Tegal.
Seiring berjalannya waktu, setelah aku masuk SMA I Kota Tegal cita-citaku mulai berubah. Saya ingin menjadi Akuntan. Maka setamat SMA, aku mencoba mengikuti tes masuk sekolah ikatan dinas jurusan Akuntansi yaitu di STAN.
Namun takdir berkata lain, aku tidak lolos masuk di STAN. Waktu itu aku sempat putus asa dan tidak punya keinginan lagi masuk kuliah.
Tahun berikutnya, dengan motivasi dari keluarga, akhirnya aku ikut SIPENMARU memilih IKIP Semarang (UNNES) program D-3 jurusan Bahasa Indonesia pada tahun 1989. Aku bersyukur sekali bisa diterima di IKIP Semarang. Tahun 1992, aku lulus.
Setelah lulus dari IKIP Semarang, aku tidak langsung mengajar di sekolah. Selama dua tahun, aku sempat bekerja di sebuah perusahaan. Namun hati nurani berkata ingin sekali mengabdi di sekolah.
Akhirnya pada tahun 1995, aku diterima untuk mengajar di SMP Muhammadiyah I Kota Tegal. Walau dengan honor yang tidak seberapa dibanding gaji ketika bekerja di perusahaan, aku merasa lebih bahagia karena bisa memberikan ilmu pada murid-muridku. Hatiku merasa lebih nyaman.
Aku mengabdi sebagai guru honorer di SMP Muhammadiyah I Kota Tegal selama 8 tahun. Banyak pengalaman yang mengisi perjalanan hidup sebagai guru di yayasan tersebut. Ikut merasakan bahagia jika ada murid yang sukses dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai cita-citanya.
Pada tahun 2003, ada perekrutan Guru Bantu. Waktu itu yang mendaftar menjadi Guru Bantu cukup banyak dengan formasi yang terbatas. Dan di saat itu sudah tidak ada lagi formasi dalam perekrutan CPNS untuk lulusan D-3. Maka kesempatan menjadi Guru Bantu itu merupakan peluang yang sangat berharga bagiku dalam meniti karier sebagai guru. Alhamdulillah, aku bisa lulus menjadi Guru Bantu di SMPN 3 Talang. Walaupun belum menjadi PNS tapi sudah mendapat SK dari Mendikbud.
Menjadi Guru Bantu dengan honor Rp480.000 waktu itu sudah membuatku bersyukur. Di samping itu juga ada harapan menjadi guru PNS. Pernah juga merasakan mendapat honor Rp750.000.
Pada tahun 2008, pemerintah mengadakan pengangkatan Guru Bantu menjadi Guru PNS. Setelah mengabdi selama 13 tahun sebagai guru, penantianku diangkat menjadi Guru PNS akhirnya terwujud.
Sejak saat itu, aku semakin bersemangat dalam mengabdikan diri sebagai pendidik di SMP N 3 Talang. Untungnya, SK penempatan tetap di sekolah tersebut sejak menjadi Guru Bantu.
Sebagai guru yang telah mengabdi cukup lama, aku selalu berusaha menjalankan Tupoksi semaksimal mungkin. Aku ingin menjadi guru yang profesional. Pada tahun 2013, aku mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di Tegal. Alhamdulillah, lulus. Maka sejak itu, aku mendapatkan tunjangan fungsional sertifikasi. Hal ini juga menambah semangat untuk mengabdikan diri agar bisa menjadikan anak didikku cerdas berkualitas sehingga mampu bersaing untuk menghadapi masa depannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Dan kalau kita mengingat kembali semboyan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara terdapat tiga asas pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Handayani.
Implementasinya dalam pendidikan dapat dipahami bahwa guru sebagai pendidik harus dapat memberikan contoh atau teladan yang baik bagi kepada siswa-siswinya. Maka aku selalu berusaha memberikan contoh yang baik di depan para siswa agar nasihat yang aku berikan bisa didengar oleh siswa. Itulah makna Ing Ngarso Sung Tuladha.
Ing Madya Mangun Karsa berarti guru harus bisa berada di tengah para siswa untuk memberikan dorongan atau semangat untuk berkarya. Jika ingin siswa bisa berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik maka guru sebagai pembimbing harus bisa memberikan motivasi pada para siswa sehingga menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa sehingga mereka mampu berkarya sesuai bakat dan minatnya.
Beberapa kali aku membimbing siswa untuk mengikuti beberapa lomba. Misalnya mengikuti FLS2N dan “Lomba Jurnalistik”. Beberapa kali berhasil meraih juara.
Tut Wuri Handayani. Guru harus mampu mengarahkan atau menopang siswa-siswinya pada jalan yang benar.
Dari beberapa penjelasan di atas jelas sekali bahwa guru profesional adalah sosok yang terlibat dalam pendidikan yang tugasnya tidak hanya sekedar mentransfer ilmu kepada peserta didik. Akan tetapi lebih dari itu, guru berperan sebagai pengganti orang tua di sekolah yang tugasnya mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan dan menjadikan mereka menjadi manusia seutuhnya melalui teladan yang bisa dicontoh, semangat atau dorongan untuk menjadi lebih baik dan bimbingan atau arahan agar selalu pada jalur kebenaran dalam mengembangkan potensi yang ada.
Guru mempunyai beban atau tugas untuk menumbuhkan kemampuan peserta didik agar dapat meningkatkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Inilah yang menjadi tantangan guru.
Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru mempunyai peran yang sangat penting. Peran guru dalam proses pembelajaran tersebut meliputi sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola pembelajaran, demonstrator, pembimbing, motivator dan penilai.
Guru sebagai sumber belajar maka gurulah yang menjadi tempat peserta didik menggali atau mengambil pelajaran. Untuk itu, hendaknya guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Dan guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran.
Guru sebagai fasilitator berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan setiap pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Sebagai fasilitator, diharapkan dapat membuat siswa selalu aktif dan kreatif di mana tidak hanya menjadikan guru sebagai sumber belajar dari guru.
Guru sebagai pengelola pembelajaran artinya guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman melalui pengelolaan kelas. Sebagai pengelola pembelajaran guru memiliki empat fungsi umum yaitu merencanakan tujuan belajar, mengorganisir berbagai sumber belajar, memimpin, dan mengawasi.
Guru sebagai demonstrator yaitu berperan untuk mempertunjukkan kepada siswa tentang segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan paham terhadap pesan atau informasi belajar yang disampaikan. Guru juga berperan sebagai model atau teladan bagi siswa.
Guru sebagai pembimbing yaitu membimbing siswa agar dapat menentukan berbagai potensi yang dimiliki, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian tersebut mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan potensi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Itulah guru sebagai motivator.
Guru sebagai penilai berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan melakukan penilaian, maka guru akan mengetahui atau menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kita semua yang berprofesi sebagai guru wajib mampu melaksanakan semua peran guru di atas. Dan itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”