Meniti Jalan Menjadi  Guru: Mochamat Yarul Fatoni

- Editor

Jumat, 11 Maret 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Mochamat Yarul Fatoni, S.Pd.I

Guru di MIN Kota Blitar

Saya lahir tahun 1971 di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Dusun Sawahan, Desa Pojok, Kecamatan Garum. Di daerah Blitar itulah saya dibesarkan dan menamatkan sekolah mulai SD sampai kuliah S1. 

MIN Kota Blitar adalah nama madrasah tempat saya mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Lokasi MIN Kota Blitar tidak jauh dari rumah saya yaitu hanya sekitar 400 meter. 

Di sekolah ini, awalnya saya bukanlah seorang yang berprofesi sebagai guru. Sebab, saya bukan lulusan PGSD, IKIP atau sekolah keguruan yang lainnya. Awal mula mengajar di madrasah hanya berbekal ijazah SMA.  

Pada tahun 1992, saya mulai mengabdikan diri di madrasah Nurul Huda, sebuah madrasah swasta yang dikelola oleh pengurus Yayasan Nurul Huda. Jumlah siswa mulai kelas 1 sampai kelas 6 pada saat itu hanya 82 anak. Jumlah kelasnya hanya ada 6. Rata-rata jumlah siswanya tiap kelas saat itu sekitar 13 sampai 14. Itulah kondisi madrasah tempat saya mengabdi pada saat itu.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6 waktu itu dipegang oleh 4 guru PNS dan  2 guru swasta atau honorer. Karena kekurangan guru, maka kepala madrasah tersebut mencari guru tambahan. 

Saat itu, kebetulan paman saya merupakan guru di madrasah tersebut dan diminta membantu untuk mencarikan guru honorer. Maka paman  datang ke rumah saya dan menawarkan pada saya untuk menjadi guru. 

Waktu itu saya baru tamat sekolah SMA. Tawaran paman tidak langsung saya terima. Tamatan SMA kok langsung disuruh jadi guru, pikir saya. Paman bilang tidak masalah tamatan SMA mengajar di madrasah. Akhirnya saya bersedia untuk jadi guru honorer untuk mengajar di madrasah.

Walaupun berbekal ilmu tamatan SMA, saya berusaha mengajar anak-anak dengan baik. Modal saya mengajar hanya  karena dulu pernah menjadi murid dan tahu bagaimana guru mengajar murid-muridnya. Pengalaman mengajar memang tidak punya sama sekali karena bukan tamatan dari sekolah pendidikan guru. 

Untuk penguasaan materi yang diajarkan pada siswa sebenarnya saya sendiri kurang menguasai. Sehingga pembelajaran yang saya terapkan di kelas sebatas sejauh kemampuan yang saya miliki. 

Dulu, madrasah swasta sulit berkembang. Dari tahun ke tahun jumlah murid madrasah tetap sedikit. Kalah bersaing dengan Sekolah Dasar Negeri. Maka, usaha yang dilakukan oleh pengurus Yayasan Nurul Huda supaya madrasah dapat berkembang adalah mengubah status yang semula swasta menjadi negeri. 

Usaha yang dilakukan tersebut terealisasi pada tahun 1994. Maka nama madrasah MI Nurul Huda berubah menjadi MIN Gedog. Seiring berjalannya waktu, nama MIN Gedog berubah menjadi MIN Kota Blitar.

Perubahan status menjadi madrasah negeri yang dilakukan oleh Kemenag Provinsi Jawa Timur membawa perubahan cukup signifikan. Sejak itu terjadi pergantian Kepala Sekolah dan MIN Kota Blitar berada di bawah naungan Kemenag Kota Blitar. 

Upaya Kemenag Kota Blitar dalam rangka mengembangkan dan memajukan MIN Kota Blitar adalah dengan menambah guru-guru PNS. Ada tiga guru negeri yang ditugaskan di MIN Kota Blitar. Dengan upaya tersebut maka MIN Kota Blitar sedikit demi sedikit membawa perubahan kemajuan.

Kepala Madrasah yang baru terus melakukan inovasi untuk mengembangkan dan memajukan MIN Kota Blitar. Untuk mendapatkan siswa baru yang lebih banyak, misalnya, upaya yang dilakukan adalah melakukan pemasangan spanduk dan penyebaran brosur pada saat musim penerimaan siswa baru. 

Saya juga termasuk dalam tim penerimaan siswa baru waktu itu. Dalam tim tersebut, saya bertugas menyebarkan brosur ke sejumlah Taman Kanak-kanak (TK). Tidak hanya TK yang ada di dalam Kota Blitar, tapi juga yang ada di wilayah Kabupaten. Alhamdulillah, tidak sia-sia usaha yang dilakukan oleh tim penerimaan siswa baru. Siswa MIN Kota Blitar dari tahun ke tahun terus bertambah.

Semakin berkembangnya MIN kota Blitar maka makin banyak pula yang melamar menjadi guru honorer. Profesi guru pada waktu itu memang menjadi pilihan banyak orang. Terbukti guru honorer di MIN Kota Blitar silih berganti. Bagi mereka yang merasa honornya tidak sesuai, maka akan segera mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain. 

Bagi saya sendiri profesi guru adalah ladang amal karena ilmu yang kita berikan pada siswa akan terus mengalir pahalanya. Alasan lainnya adalah menjalani profesi guru akan membuat awet muda karena sering bergaul dengan orang yang lebih muda atau anak-anak yang masih lucu. Selain itu guru itu akan dikenang oleh banyak orang, baik oleh siswa maupun oleh orang tua siswa.

Menjadi Guru Pembelajar

Tahun 1998, guru-guru baik yang sudah PNS maupun yang honorer yang masih berpendidikan setingkat SLTA harus mengikuti program pendidikan D2 di IAIN Sunan Ampel. Program pendidikan ini dibiayai oleh Kemenag dengan sistem perkuliahan jarak jauh. Maka semua guru MIN Kota Blitar termasuk saya tidak mau ketinggalan mengikuti program tersebut. 

Perkuliahan diselenggarakan di Kemenag Kota Blitar tiap hari Sabtu dan Minggu agar tidak mengganggu kegiatan mengajar di madrasah. Program D2 ini berakhir tahun 2000 dan semua guru-guru MIN Kota Blitar lulus dan mendapatkan ijazah D2 dari IAIN Sunan Ampel.

Setelah tamat program pendidikan D2, saya masih ingin terus belajar. Yang menjadi motivasi saya menjadi guru pembelajar adalah kata-kata, “Yang berani mengajar, jangan pernah berhenti belajar.” 

Untuk menambah ilmu dan terus belajar saya melanjutkan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Muslihuun di Tlogo, Kanigoro, Blitar. Perkuliahan yang saya ambil non reguler yang dilaksanakan tiap hari Sabtu dan Minggu. Dengan kuliah di STIT  Al Muslihuun ini saya dapat menambah wawasan tentang dunia pendidikan. Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diadakan di daerah Binangun juga menambah pengetahuan dan pengalaman saya sebagai guru. 

Selesai KKN, saya kembali ke madrasah untuk melaksanakan tugas sebagai guru. Banyak aktivitas yang harus saya kerjakan di sekolah tersebut seperti menyiapkan administrasi pembelajaran, pengetikan naskah ujian, dan tugas-tugas lainnya. Waktu itu tenaga administrasi masih dikerjakan oleh guru. Jadi tugas saya selain sebagai guru, juga mendapat tugas tambahan membantu administrasi dan juga membantu kegiatan ekstra pramuka. Sehingga jika ada kegiatan kemah atau Persami saya selalu ikut membantu.

Untuk peningkatan karier, saya juga pernah mengikuti tes CPNS untuk mengisi formasi guru. Namun gagal. Selain itu, saya juga ikut ujian guru kontrak. Juga tidak lolos. Beruntungnya, meskipun sebagai guru honorer,  waktu itu dari Kemenag terdapat bantuan insentif bagi guru dalam program BKG (Bantuan Khusus Guru) untuk peningkatan kesejahteraan guru. Sementara honor dari sekolah hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sendiri. 

17 tahun lamanya pengabdian saya menjadi guru honorer di MIN Kota Blitar, mulai dari tahun 1992. Alhamdulillah, pada tahun 2009 mendapat kesempatan pengangkatan sebagai guru PNS. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru