Meniti Jalan Menjadi Guru: Siwi Astuti

- Editor

Rabu, 9 Maret 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Siwi Astuti, S.Pd.,M.Pd.

Guru Biologi di SMA Negeri 3 Pandeglang, Banten

Hymne Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa berkumandang dengan sangat merdu, dinyanyikan oleh Grup Paduan Suara IKIP Yogyakarta di Gedung Auditorium dalam acara wisuda  pada tanggal 25 Juni 1994; didengarkan oleh para wisudawan dan seluruh tamu undangan yang hadir dengan sangat hikmat. Di antara para wisudawan itu adalah diriku. Mendengar lagu tersebut, rasa haru, sedih, bangga dan bersyukur campur aduk dalam hatiku.

Aku haru karena guru diakui sebagai profesi yang terpuji, pengabdiannya akan selalu dikenang bagai prasasti, dianggap sebagai pelita dalam kegelapan, laksana embun penyejuk dalam kehausan, sebagai patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa. Aku sedih sekali hingga air mataku mengalir sampai pipiku. Karena dalam acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa itu, tidak ada kehadiran Bapakku.

Bapak lah yang menjadi inspirasiku untuk mengikuti jejaknya sebagai guru.  Beliau telah berpulang ke Rahmat-Nya semenjak aku masih kuliah semester lima. Aku membayangkan bila Bapak hadir di antara para undangan, pastilah beliau tersenyum bangga menyaksikan putri kesayangannya diwisuda sebagai Sarjana Pendidikan yang digadang-gadang dapat melanjutkan pengabdian sebagai guru.

Dalam keharuan dan kesedihan, aku juga merasa bangga karena aku bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu. Bahkan aku satu-satunya mahasiswa yang pertama lulus dan diwisuda di antara mahasiswa seangkatan dari FPMIPA Jurusan Pendidikan Biologi. Aku sangat bersyukur akan kemudahan yang Allah berikan sehingga aku dapat menyelesaikan kuliah, juga kemampuan yang diberikan kepada ibuku sehingga beliau mampu menjadikanku seorang sarjana.  

Menjadi guru merupakan cita-citaku. Walaupun pada waktu itu guru sering dikiaskan seperti “Oemar Bakrie”—judul lagu yang dipopulerkan oleh Iwan Fals. Oemar Bakrie digambarkan sebagai orang yang penuh dengan kesederhanaan mengendarai sepeda kumbang, yang gajinya selalu dikebiri, dan diakhiri “Bakrie…Bakrie…Kasihan amat loe jadi orang”. 

Gambaran menjadi seorang guru pada masa itu memang seperti itu. Namun hal tersebut tidak menjadikanku malu atau tidak tertarik untuk menjadi guru. 

Bapak dan Guru Biologiku

Bapak adalah seorang guru SD. Beliau orang yang penyabar, santun, taat, dan sayang sekali pada keluarga. Kehidupan keluargaku sangat sederhana, namun orang tuaku sangat mengutamakan pendidikan. Demi pendidikan anak-anaknya rela hidup prihatin, yang penting anak-anaknya bisa sekolah untuk menggapai cita-cita. 

Dalam tradisi Jawa, guru merupakan akronim “digugu lan ditiru”. Artinya orang yang dipercaya dan diikuti atau diteladani. Ciri-ciri itu ada pada sosok Bapakku. Dengan keluhuran akhlak dan keribadiannya, beliau bisa menjadi teladan dalam keluarga dan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Pada suatu sore, aku sering duduk santai dengan Bapakku.  Seperti biasa, beliau selalu menyisipkan nasihat-nasihat dalam obrolan-obrolan santai. Tema obrolan waktu itu tentang cita-citaku, yaitu ingin menjadi guru. Beliau sangat senang dan mendukung sekali akan cita-citaku tersebut. Kemudian beliau mengingatkanku tentang pahala amal yang akan diterima oleh seorang guru, dengan mendasarkan pada hadits Nabi SAW: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga hal: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim). 

Guru adalah orang yang memanfaatkan ilmunya untuk mendidik murid-muridnya. Selanjutnya dari didikan guru, murid tersebut akan terus memanfaatkan ilmunya dalam menjalani kehidupannya. Selama ilmu tersebut bermanfaat, maka selama itu pula pahala akan terus mengalir kepada guru, walaupun sang guru telah meninggal dunia. Nasehat Bapakku tersebut terus terkenang dalam batinku dan selalu menjadi penyemangatku dalam menjalankan tugas-tugasku sebagai guru hingga saat ini. 

Demi menggapai cita-citaku menjadi seorang guru, setelah lulus SMA aku mengikuti UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri), dengan mengambil pilihan Perguruan Tinggi IKIP Negeri Yogyakarta. Alhamdulillah, aku berhasil lolos dan masuk Jurusan Pendidikan Biologi. 

Selain Bapak yang sangat mendukungku untuk kuliah di IKIP, ada juga dukungan guru yang menyarankanku untuk memilih jurusan tersebut. Beliau adalah guru Biologiku. Saran beliau masih terekam dalam ingatanku, “Siwi, besok kuliahnya ambil jurusan Pendidikan Biologi, ya, biar bisa gantikan Bapak ngajar di sini”. 

Memang di bangku SMA prestasiku lumayan bagus. Aku selalu ranking pertama sehingga aku begitu dikenal oleh para guru, tak terkecuali guru Biologiku yang sangat baik. Sayang sekali, Allah memanggilnya untuk berpulang kepada-Nya ketika aku masih kuliah semester tiga. Semoga  Allah memuliakannya. 

Kedua orang yang menginspirasiku untuk menjadi guru, Bapak dan guru Biologiku, tidak pernah menyaksikanku berhasil menjadi seorang guru. 

Dan untuk memenuhi harapan almarhum guru Biologiku tersebut, setelah lulus sebagai Sarjana Pendidikan, aku pun sempat mengabdi di SMA almamaterku sebagai guru mata pelajaran Biologi. 

Di Setiap Tempat Tugas Selalu Ada Kenangan

Setelah menjalani pengabdian di almamaterku, tak lama kemudian harus kutinggalkan karena aku harus mengikuti suami yang mendapatkan SK CPNS sebagai guru Fisika di salah satu SMK di Jambi. Setahun kemudian, aku pun mendapatkan SK CPNS sebagai guru Biologi di salah satu SMA di Jambi juga. Tempat tugasku dengan suami memang satu provinsi tetapi beda kabupaten yang jaraknya sangat jauh.  Sehingga waktu itu kami hanya bisa bertemu dua minggu sekali. 

Tempat tugas pertamaku sebagai guru PNS adalah di sekolah yang agak jauh dari kota. Lokasi sekolah pun jauh dari pemukiman penduduk sehingga aku harus mengontrak rumah yang cukup jauh dari lokasi sekolah. Infrastruktur sekolah dan lingkungan sekitar masih sangat minim. Belum ada jaringan listrik apalagi jaringan telekomunikasi. Belum ada pengerasan jalan sehingga jalan menuju lokasi sekolah masih becek. 

Dengan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, namun kegiatan belajar mengajar tetap dapat berlangsung dengan baik. Perjuangan guru dan murid untuk dapat terlaksananya kegiatan belajar mengajar menjadi motivasi tersendiri. Baik guru maupun murid sangat menyayangkan apabila pembelajaran tidak berlangsung dengan baik. 

Guru-guru yang bertugas di sekolah tersebut sebagian besar adalah perantau seperti aku. Sehingga aku dapat bergaul dengan orang-orang dengan berbagai watak dan bahasa. Teman-teman ada yang datang dari Batak, Minang, Sunda, dan Jawa. Semua itu sangat mengesankan. 

Setahun di tempat tugas pertama, aku mengajukan mutasi dengan alasan ikut dengan suami. Di tempat tugas baru berbeda dengan yang pertama. Lokasi sekolah berada di pusat kota dan merupakan sekolah favorit dan telah banyak prestasi yang diraih. Ketertiban dan kedisiplinan sangat ketat diterapkan. 

Kepala sekolah dengan penuh wibawa memotivasi dan mencontohkan untuk disiplin waktu. Apabila bel pembelajaran dibunyikan, kepala sekolah segera keluar dari ruangannya, berkeliling ke seluruh kelas, mengontrol kehadiran guru dan kebersihan lingkungan kelas. Guru yang terlambat dan tidak mengontrol kebersihan lingkungan kelas terlebih dahulu akan merasa malu sendiri. Nilai baik yang aku petik dari kebiasaan kepala sekolah tersebut adalah membuatku berusaha sungguh-sungguh untuk disiplin waktu dan peduli lingkungan. 

Selama kurang lebih lima tahun bertugas di sekolah tersebut, aku kembali mengajukan mutasi bersama suami ke tempat yang lebih dekat dengan keluarga. Di tempat yang terakhir inilah aku bertugas sampai sekarang, yaitu di SMA Negeri 3 Pandeglang, Banten. 

Di setiap tempat tugas yang pernah aku singgahi pasti ada kenangan. Aku masih ingat pesan temanku sesama guru Biologi ketika aku berpamitan untuk pindah tugas, beliau berpesan, “Jagalah kejujuran! Bila kita bisa menjaga kejujuran, di manapun kita berada maka akan selamat.” Aku sangat bersyukur selalu didekatkan dengan teman-teman yang baik, yang selalu menasihati dalam kebaikan. 

Aku bangga menjadi guru yang memang menjadi profesi pilihanku sejak awal. Sehingga kenyataan apapun yang kuhadapi, akan kunikmati dan kusyukuri sebagai kisah perjalanan dalam meniti kehidupan. 

Guru merupakan profesi yang sangat mulia dan profesi yang tak akan tergantikan. Kemuliaan seorang guru tidak dapat dipungkiri dan Allah SWT telah berjanji akan memuliakan guru dengan mengangkat derajatnya. 

 “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah 11). 

   

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

      

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru