Meniti Jalan Menjadi Guru: Henny Suci Herawati

- Editor

Senin, 21 Maret 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Henny Suci Herawati

Pengawas Madrasah, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk

Kakek adalah TNI AD dan Bapak seorang polisi, membuat saya bercita-cita kelak ingin jadi Polwan. Setiap ada orang yang bertanya, mau jadi apa nanti kalau sudah besar, pasti jawabannya ingin menjadi Polwan. Dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas, jawaban itu tidak pernah berubah. 

Kegemaran membaca cerita petualang, turut membuat saya semakin ingin menjadi Polwan. Bayangan saya, menjadi Polwan bagian Reskrim atau Intel pasti menyenangkan. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, pada saat kelas tiga SMA, tiba-tiba Bapak memanggil saya. Beliau memberikan nasihat bahwa sebaiknya saya kuliah saja, ambil Program Pendidikan supaya nanti menjadi guru. Alasannya karena saya perempuan, supaya lebih sering berada di rumah bersama keluarga. 

Mendengar nasihat Bapak, pikiran ini rasanya berkecamuk, bingung dan galau menjadi satu. 

“Saya harus kuliah di mana,  ambil jurusan apa, Pak?” tanya saya waktu itu. 

“Kuliah di Jember, di sana ada saudara. Untuk jurusan, tanya Kakakmu saja,” begitu saran Bapak. 

Keesokan harinya, saya bertanya pada Kakak. Ia memilihkan  jurusan Pendidikan Fisika. Akhirnya diputuskan saya kuliah di Universitas Jember, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, jurusan Pendidikan Fisika.

Karena saya tidak mau gagal, maka saya buat angket untuk mengetahui peluang masuk FKIP UNEJ. Saya sebarkan angket ke teman-teman di kelas tiga. Ternyata tidak ada yang mengambil Pendidikan Fisika di FKIP UNEJ. Saya lega, artinya besar sekali peluang untuk lulus Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), karena tidak ada saingan dari SMA kami.

Setelah dinyatakan lulus seleksi dan menjadi mahasiswa tahun 1988, saya kembali galau. Hidup jauh dari orang tua untuk pertama kalinya membuat saya tidak bisa mengikuti kuliah dengan baik. Hal itu berjalan selama satu tahun. Setiap hari yang saya lihat hanya kalender, kapan bisa pulang. Begitu seterusnya. 

Kuliah yang dilalui dengan berat hati menyebabkan nilai di semester pertama dan kedua sangat jelek. Ingin rasanya mengakhiri kuliah ini, tetapi wajah Bapak dan Ibu selalu terbayang. Betapa kecewanya mereka andai saya tidak melanjutkan kuliah ini. 

Kemudian saya mencoba mencari hal yang membuat saya betah kuliah. Akhirnya saya mencoba mengikuti salah satu kegiatan yang ada di kampus. Banyaknya dukungan dari teman, di tahun kedua saya mulai betah dan bisa mengikuti kuliah dengan baik. Keadaan ini berimbas nilai mata kuliah juga meningkat. 

Belum lama keadaan membaik, muncul masalah baru. Bapak yang memasuki masa pensiun membuat saya harus berpikir panjang untuk bisa bertahan hidup di luar kota. Beruntung pemilik kost yang memiliki perusahaan menawari saya untuk kerja paruh waktu di bagian pembukuan. Honor dari kerja bisa digunakan utuk membayar uang kuliah dan untuk biaya hidup.

Sampai akhirnya kuliah selesai dan saya berhak menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Setelah itu saya mulai mengajar di sebuah Madrasah Tsanawiyah setingkat Sekolah Menengah Pertama sebagai guru tidak tetap (GTT) dan mengajar Fisika. Menyandang status sebagai guru tidak tetap atau yang dikenal dengan sebutan guru Sukwan, tidak membuat saya merasa rendah berada di antara guru PNS. Bagi saya menjadi guru memiliki tanggungjawab yang sama dalam mengajar. Baik guru Sukwan atau PNS sama-sama memiliki kompetensi yang harus selalu diasah dan ditingkatkan. 

Kompetensi guru ada empat, yaitu: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Keempat kompetensi tersebut wajib dimiliki oleh guru, tidak memandang guru Sukwan maupun PNS. 

Tidak lama setelah saya mulai menikmati peran sebagai guru, Allah memberikan jodoh untuk saya. Pada tahun 1995, saya menikah dan suami tidak mengizinkan saya untuk mengajar. Saya mematuhi apa yang menjadi keputusan suami. 

Hari demi hari saya lalui dengan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Setahun kemudian anak kami yang pertama lahir. Babak baru sebagai seorang Ibu saya lalui dengan senang dan bertambah pula kebahagiaan kami. 

Setelah anak kami berusia 2 tahun, suami diberi ujian sakit dalam waktu lama. Untuk menggantikan posisi suami dalam membiayai rumah tangga, saya minta izin untuk mengajar kembali. Saat itu suami tidak serta merta mengizinkan. Namun karena dorongan orang tua dan melihat keadaan tabungan yang semakin menipis, akhirnya suami mengizinkan saya untuk bekerja. Saya menjalani kembali profesi guru sambil terus berdoa dan berharap ada rekrutmen CPNS. 

Tahun 2004, ketika ada rekrutmen CPNS di Kementerian Agama, saya ikut mendaftar dan dinyatakan lulus untuk formasi guru IPA MTs. Senang, bahagia, dan rasa syukur yang tak terhingga atas apa yang sudah saya dapatkan. Menjadi guru dengan status PNS saya jalani dengan lebih semangat.  Kegemaran membaca yang kembali bangkit membuat saya menyukai dunia tulis menulis. Saya pun sering menyusun makalah, laporan-laporan kegiatan ilmiah, bahkan laporan Penelitian Tindakan kelas (PTK). Saya juga sering mengirim tulisan di buletin kantor serta menulis beberapa buku. 

Rasa ingin tahu saya yang sangat tinggi dalam beberapa hal, membuat saya sering mengikuti kegiatan pengembangan diri berupa workshop dan seminar. Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) juga sering saya ikuti. 

Pada tahun 2005, saya mendapat kesempatan untuk melanjutkan kuliah lagi. Saya memilih mengambil jurusan Teknologi Pembelajaran karena saya menganggap jurusan tersebut sesuai untuk guru. Harapannya saya jadi lebih memahami berbagai model pembelajaran dan strategi kognitif. 

Bagi saya pembelajaran harus bermakna dan bisa dilakukan di mana saja, indoor maupun outdoor. Saya sering mengajak peserta didik untuk melakukan kegiatan di luar ruangan. Misalnya saya ajak peserta didik ke PLN untuk mendapat wawasan baru dari materi Daya Listrik; Mengajak mereka ke kaki gunung Klotok untuk mempelajari bagaimana membuat biogas dari sampah organik; Membeli TV bekas untuk mengajak peserta didik lebih paham komponen-komponen elektronika; Tidak jarang pula melakukan pembelajaran di laboratorium, perpustakaan, bahkan di halaman madrasah, atau di bawah pohon beringin. Bermain sambil belajar merupakan salah satu cara membuat peserta didik senang dan nyaman. 

Sempat menduduki sejumlah posisi strategis di antaranya sebagai Wakil Kepala Urusan Kurikulum, di awal tahun 2014 Kepala Madrasah meminta saya untuk menjadi Pengawas Madrasah. Menurut beliau saya bisa menyampaikan hal-hal baru yang saya peroleh kepada teman-teman kerja dan hal itu akan lebih baik kalau saya menjadi Pengawas. 

Benar saja, beberapa bulan kemudian ada rekrutmen calon Pengawas Madrasah. Berbekal rekomendasi Kepala Madrasah, saya pun mendaftar. Persyaratan yang diperlukan antara lain menyertakan karya tulis ilmiah. Semua berkas saya antar ke bagian Urusan Kepegawaian di Kantor Kemenag, Kabupaten Nganjuk. Saya bersyukur, dari beberapa pendaftar, saya dinyatakan lulus seleksi administrasi. 

Saya mendapat panggilan untuk tes tulis dan tes wawancara di Kanwil Kemenag Jawa Timur. Dan beberapa bulan berikutnya, saya dinyatakan lulus tes tulis dan wawancara. Setelah itu diwajibkan ikut Pendidikan dan Pelatihan Calon Pengawas Madrasah di Balai Diklat Keagamaan di Surabaya. Oktober 2016, saya dilantik dan mulai bertugas 1 November 2016. 

Setahun menjadi pengawas, saya merasa harus belajar beberapa hal. Pasalnya guru di madrasah binaan tidak hanya guru mata pelajaran umum akan tetapi guru Pendidikan Agama Islam (Akidah Akhlak, Fikih, Al Quran Hadits, dan Sejarah Kebudayaan Islam). 

Tahun 2017 saya  kuliah S2 untuk yang kedua kalinya. Saya ambil Program Studi Pendidikan Agama Islam di IAIN Kediri. Waktu itu saya menjadi satu-satunya mahasiswa dengan usia yang sama dengan Ibu-ibu mahasiswa yang lainnya. Bahkan dua di antara mahasiswa di kelas merupakan murid saat saya menjadi guru. Namun bagi saya belajar tidak memandang usia.  Oleh karenanya saya harus selalu semangat. Saya pun lulus tercepat dan mendapat penghargaan sebagai penulis tesis terbaik. 

Saat ini saya diberi amanah sebagai Ketua Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Madrasah Kabupaten Nganjuk, Ketua Ikatan Guru Madrasah Penggiat Literasi (IGMPL) Kabupaten Nganjuk, Master Trainer Program PKB Jatim, Fasilitator Daerah (Fasda) Pengawas, dan Fasilitator Provinsi (Fasprov) IPA MTs.

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas apa yang sudah diberikan kepada saya. Henny yang dulu tidak pernah memiliki cita-cita sebagai guru, namun karena kepatuhan kepada orang tua, kepada suami, serta dukungan dari keluarga, akhirnya Allah memberikan kelancaran dan keberkahan terhadap kehidupan ini. Semoga saya dapat mengemban semua amanah ini dengan baik serta mengamalkan ilmu untuk banyak orang. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com  dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 7 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru