Meniti Jalan Menjadi Guru: Hariyanti

- Editor

Rabu, 9 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ditulis oleh Hariyanti, S.Pd.

Guru MTsN 1 Mataram

Guru adalah profesi tertua dibandingkan dengan beberapa profesi lainnya seperti arsitek dan insinyur. Arsitek ada setelah manusia tidak lagi tinggal di goa. Sedangkan insinyur muncul pada masa manusia setelah mengenal logam. Sementara profesi guru sudah ada sejak manusia mampu berpikir dan mengenal ilmu pengetahuan. 

Sepanjang sejarah manusia, guru akan selalu ada dan akan senantiasa dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya, guru adalah sosok yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, profesi guru juga turut mengalami perkembangan. 

Di zaman sekarang ini, menjadi seorang guru bukanlah perkara yang mudah. Guru dituntut untuk menjadi agen perubahan, memberantas kebodohan serta memajukan pendidikan. 

Akan tetapi sangat disayangkan, di era digital seperti sekarang ini, profesi guru seringkali dipandang sebelah mata. Keberadaan seorang guru sering dianggap tidak terlalu dibutuhkan sebab tanpa bantuan guru pun masyarakat sudah dapat belajar dan memperoleh ilmu dengan bebas melalui internet. Orang-orang mulai beranggapan jika profesi guru sudah dapat diganti dengan teknologi. Padahal tentu saja itu adalah anggapan yang keliru.

Bagaimanapun, saya tetap bangga menjadi guru. Kalimat ini ingin saya sampaikan kepada semua orang melalui tulisan ini. Bahkan kepada seluruh dunia. Saya merasa menemukan dunia saya ketika berada tengah-tengah para peserta didik. 

Hampir 14 tahun saya menekuni profesi sebagai seorang guru, terhitung sejak tahun 2008. Barangkali, bagi orang-orang yang sudah jauh lebih lama menekuni profesi ini akan mengatakan, “Itu belum seberapa!” 

Namun bagi saya waktu tersebut sudah cukup lama. Berkutat dengan dunia pendidikan, menyiapkan perangkat pembelajaran, melakukan penilaian, menyiapkan soal semester, remedial, mengoreksi tugas peserta didik, menangani peserta didik yang bermasalah, dan masih banyak lagi. Itu semua adalah segelintir kesibukan yang acap kali saya temui selama menjadi guru. Dan saya sangat menikmatinya.

Menjadi guru adalah cita-cita saya sejak kecil, ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Tetapi, pada saat saya duduk di bangku SMA, saya berubah pikiran. Saya ingin menjadi pegawai bank. Alasannya cukup menggelitik, yaitu saya ingin bekerja menggunakan rok mini biar tampil seksi. Haha …

Oleh sebab itu, saat naik ke kelas XII, ketika waktunya untuk menentukan jurusan, saya memilih masuk ke kelas XII IPS. 

“Ini adalah kesempatan saya untuk mewujudkan mimpi saya menjadi seorang pegawai bank,” pikir saya waktu itu.

Saya termasuk salah satu siswi berprestasi di sekolah. Selalu masuk tiga besar juara umum kelas. Tentu saja hal itu membuat Bapak dan Ibu guru memberikan perhatian lebih kepada saya. Sehingga mereka mengarahkan saya untuk masuk ke kelas XII IPA—kelas siswa-siswi pilihan. Tetapi saya tidak lantas mengikuti arahan tersebut. Saya merasa, saya sudah memiliki pilihan dan rencana sendiri. 

Berbagai macam saran diberikan oleh Bapak dan Ibu guru, bahkan membuat guru BK (Bimbingan Konseling) turun tangan. Saya masih ingat mereka mengatakan bahwa kelas XII IPS sudah penuh. Sehingga mau tidak mau, saya harus masuk kelas XII IPA. 

Namun saya tidak menyerah. Demikian juga dengan Bapak dan Ibu guru saya. Mereka meminta saya untuk mengikuti tes jika tetap ingin masuk kelas XII IPS. Padahal siswa-siswi yang lain tidak melalui proses tersebut. 

Saya pun mengikuti tes dengan sungguh-sungguh. Dan hasilnya, saya mendapatkan nilai hampir sempurna pada ujian itu. Bapak dan Ibu guru pun tidak punya alasan lagi untuk tidak mengizinkan saya masuk ke kelas XII IPS. Akhirnya saya berhasil masuk ke kelas XII IPS. Bukan XII IPA. 

Pelajaran yang paling saya tunggu-tunggu setiap hari tentu saja pelajaran ekonomi akuntansi. Saking senangnya akan pelajaran tersebut, saya sampai digosipkan pacaran dengan guru yang mengajar. Kebetulan beliau masih lajang waktu itu. Haha… 

Beliau melihat sayalah yang selalu paling antusias setiap kali beliau masuk ke kelas. Sehingga saya seringkali dijadikan contoh untuk teman-teman sekelas. Nilai saya juga selalu paling tinggi pada pelajarannya.

Satu semester di kelas XII IPS saya lewati dengan penuh semangat. Sebab merasa semakin dekat dengan cita-cita. 

Begitu masuk semester genap, ada pendataan siswa-siswi berprestasi dari salah satu universitas negeri melalui PMJK atau Penerimaan Mahasiswa Jalur Khusus, yaitu masuk ke perguruan tinggi tanpa tes. Syaratnya cukup fotocopy raport selama lima semester, dari kelas X sampai semester I kelas XII. Tentu saja saya tidak mau ketinggalan.

Sebelum saya menentukan fakultas dan jurusan di Universitas Mataram, saya diskusi bersama kedua orang tua, Ibu dan Bapak. Karena memang pada saat pengisian formulir membutuhkan persetujuan orang tua. 

Apa yang saya inginkan ternyata tidak sama dengan keinginan kedua orang tua saya. Mereka tidak mau saya menjadi pegawai bank. Tetapi, mereka menginginkan saya menjadi seorang guru, seperti Bapak. Terjadilah perdebatan antara anak dan orang tua yang cukup alot. 

Meskipun saya bersikeras bercita-cita ingin menjadi pegawai bank tetapi saya tetap menghormati dan menghargai kedua orang tua saya. Saya tidak ingin menomorduakan mereka. Saya tidak ingin menjadi anak durhaka. Akhirnya saya mengisi formulir pendaftaran tersebut dengan sedikit berat. 

Namun beruntungnya, terdapat dua pilihan jurusan yang bisa dipilih saat pengisian formulir tersebut. Pilihan pertama, saya mengisi sesuai dengan keinginan kedua orang tua, yaitu FKIP dengan jurusan Bahasa Indonesia. Bukan tanpa alasan. Saya memilih jurusan tersebut karena melihat sebagai jurusan yang paling mudah, dilihat dari segi mata pelajarannya. Dan pilihan kedua, sesuai dengan cita-cita saya, yaitu Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi.

Menjelang pengumuman kelulusan ujian sekolah, ternyata saya lebih dulu menerima pengumuman kelulusan dari perguruan tinggi. Dan saya dinyatakan lulus seleksi PMJK untuk pilihan pertama, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Bahasa Indonesia. Ada perasaan syukur dan sedih dalam hati. Bersyukur karena membuat kedua orang tua bahagia dan bangga. Sedih karena tidak sesuai dengan keinginan. 

Dua semester awal saya kuliah dengan setengah hati karena masih terobsesi dengan cita-cita ingin menjadi pegawai bank. Tetapi, selama dua semester tersebut IPK saya tidak pernah di bawah tiga. Bahkan hampir menyentuh angka  3,50. 

Sejak saat itulah saya mulai sadar. Barangkai ini memang jalan yang sudah Allah tentukan untuk saya. Saya memang ditakdirkan menjadi seorang guru. Bukan pegawai bank. 

Akhirnya, masuk semester ketiga dan seterusnya, saya kuliah dengan serius. Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan kuliah dan mendapatkan gelar sarjana dalam waktu tiga setengah tahun. Hanya tujuh semester. 

Saya pun menganggap ini adalah sebuah anugerah. Takdir Allah tidak pernah keliru. Lepas kuliah saya langsung mengabdi menjadi tenaga pengajar di SMA tempat saya sekolah dahulu. Bertemu dengan Bapak dan Ibu guru yang dulu pernah mengajar saya. Dan kini kami menjadi rekan kerja. Tidak hanya membuat bangga kedua orang tua, tetapi juga Bapak dan Ibu guru saya tentunya. 

Setelah hampir 14 tahun saya mengabdi menjadi guru dengan status honorer, tidak lantas membuat saya berkecil hati. Saya tetap menekuni dan menjalani profesi saya ini dengan ikhlas. Hingga akhirnya sedikit demi sedikit pengabdian saya berbuah manis. Tahun 2018 saya mendapat panggilan mengikuti PPG untuk mendapatkan gelar guru bersertifikat atau sertifikasi guru. Dan alhamdulillah di penghujung tahun 2021 kemarin, saya juga lulus seleksi PPPK tahap 1. 

Percayalah, tidak ada yang sia-sia di dunia ini selama kita menjalaninya dengan ikhlas. Segala sesuatu membutuhkan proses. Jadi, jalani dan nikmatilah setiap proses itu. Dengan begitu, akan membuat kita lebih menghargai setiap apa yang pernah kita lakukan. 

Biarlah cita-cita saya yang ingin menjadi pegawai bank yang handal—tentu saja bukan hanya karena alasan pakai rok mini—kelak akan diwujudkan oleh salah satu anak didik saya. Amin.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru