Oleh Nurwakhyuningsih, S.Pd.
Guru SD Negeri 02 Taman Kabupaten Pemalang
Dalam pelaksanaan pembelajaran, masih banyak guru mendominasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas; guru kurang variatif dalam menggunakan model pembelajaran, guru juga sering memberikan tugas kepada siswa dan kemudian meninggalkan kelas begitu saja.
Dalam proses pembelajaran, banyak guru tidak membentuk kelompok diskusi antar siswa, sehingga interaksi antar siswa dalam bertukar pendapat masih sangat kurang. Siswa kurang dituntut untuk berpikir kritis dan luas dalam menanggapi masalah yang dikemukakan guru. Sehingga, hasilnya siswa kurang memiliki minat dan motivasi belajar, siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, siswa kurang percaya diri dalam bertanya atau menjawab pertanyaan, serta ketika menyampaikan pendapatnya.
Hal-hal tersebut di atas berdampak pada kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep mata pelajaran.
Masalah di atas juga pernah dialami oleh penulis ketika menyampaikan mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Masalah tersebut dapat dibuktikan dari hasil penilaian harian siswa pada muatan pelajaran IPS tersebut di kelas V SD Negeri 02 Taman.
Melihat permasalahan di atas, maka penulis berupaya untuk mengubah metode pembelajaran dengan menggunakan Model Make A Match (MM). Model pembelajaran tipe MM menurut Lorna Curran (1994) adalah model pembelajaran untuk mencari pasangan.
Teknisnya, setiap siswa diberikan sebuah kartu (dapat berupa soal atau jawaban). Lalu secepatnya siswa tersebut mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dipegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran tipe MM mungkin akan menyebabkan suasana kelas jadi riuh, tetapi sangat asyik dan menyenangkan. Siswa aktif berinteraksi dengan temannya dalam upaya mencari pasangannya.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah; pertama, guru harus mengelompokan siswa dalam dua kelompok yaitu kelompok A dan Kelompok B. Kedua, membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. Ketiga, meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B dengan waktu yang telah ditetapkan.
Keempat, mengawasi aktivitas siswa dan memberikan bantuan pada siswa selama melakukan permainan. Kelima, memanggil masing-masing pasangan untuk melakukan presentasi. Keenam, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan mengenai kecocokan kartu pasangan siswa yang sedang melakukan presentasi. Ketujuh, memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang melakukan presentasi.
Berdasarkan pengamatan pada saat pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match tersebut, materi pelajaran dapat diserap dengan baik sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 02 Taman.
Pada intinya, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran membutuhkan bantuan seorang guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Guru yang mengajar di kelas, tidak seharusnya sekadar menyampaikan pembelajaran kepada siswa, namun juga bertugas memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud