Ketika perubahan-perubahan drastis terjadi pada hampir semua aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan saat ini, akhirnya UNESCO Director General pun bersuara mengakui bahwa, “ belum pernah kita menyaksikan disrupsi pendidikan sebesar ini”.
Terhadap masalah tersebut maka dunia pendidikan kemudian kelihatannya terjebak pada dua pilihan dilematis, antara mengabaikan disrupsi yang tengah terjadi atau berani menghadapinya.
Disrupsi dapat diartikan sebagai sebuah hal yang tercabut dari akarnya. Ini berarti disrupsi bukanlah bentuk perubahan yang biasa dan berdampak kecil. Disrupsi mesti dipahami sebagai perubahan mendasar yang dampaknya besar dan luas karena bisa menggoncangkan sistem dan tatanan yang sudah ada.
Disrupsi pendidikan berarti berkaitan dengan perubahan fundamental dalam dunia pendidikan. Semua hal baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya akan bermunculan. Sistem pendidikan yang sudah baku dan berjalan berabad-abad akhirnya berubah total. Proses pembelajaran yang dulunya dilakukan secara nyata (tatap muka) berubah menuju dunia maya. Ruang belajar tidak lagi dibatasi oleh dinding, tapi terbuka dan bahkan bisa berada di mana saja. Guru juga tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya sumber ilmu karena internet bisa menyediakan semuanya.
Perubahan fundamental dalam dunia pendidikan seperti ini sungguh merupakan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya kendatipun sebenarnya sinyal perubahan itu sesungguhnya sudah mulai nampak lewat inovasi-inovasi teknologi yang sudah dan sedang berkembang.
Masalah sesungguhnya bukan lagi terletak pada cepatanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi pada ketidakmampuan untuk cepat menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi.
Disrupsi pendidikan yang dipahami sebagai perubahan fundamental ini tentu membawa dampak yang sangat mendasar bagi dunia pendidikan dan secara khusus bagi guru. Gangguan secara psikologis maupun mental tentu saja tak bisa dihindari. Apalagi kalau kebiasaan lama sangat mengakar maka rasanya mustahil untuk menerima tuntutan-tuntutan yang baru.
Tidak hanya itu saja, dampak yang dirasakan bisa saja diperparah dengan kenyataan akan kurangnya pengetahuan dan keterampilan terhadap perkembangan-perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan.
Terhadap dampak disrupsi pendidikan yang demikian maka kemampuan untuk menyesuaikan diri menjadi sebuah kewajiban bagi guru kalau tidak ingin eksistensinya dipertanyakan. Oleh karena itu beberapa hal berikut ini wajib dilakukan oleh para guru saat ini.
Pertama, mengubah mindset. Hal penting yang mesti ada dari awal dalam diri para guru yang mengalami secara langsung akan dampak disrupsi pendidikan adalah menyadari bahwa segala sesuatu itu berubah hampir setiap waktu. Sistem dan tatanan yang sudah baku sudah pasti akan terus berubah. Maka, guru harus terlebih dahulu melepaskan pemikiran-pemikiran lama yang tidak sesuai lagi dengan kenyataan saat ini. Contoh paling konkret nampak dalam urusan proses pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada guru (Teacher oriented) kemudian beralih dengan berfokus pada pada peserta didik (student oriented). Singkatnya, perubahan mindset para guru adalah pertanda awal kemajuan dalam dunia pendidikan itu sendiri.
Kedua, peningkatan kapasitas. Disrupsi pendidikan yang terjadi dengan cepat tentu mununtut tindakan cepat juga. Guru tidak boleh berlama-lama untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Setelah pola pikir sudah berhasil diubah maka selanjutnya adalah berupaya untuk meningkatkan kemampuan diri. Ini bisa dimulai dengan meningkatkan pengetahuan. Selain itu keterampilan-keterampilan konkret pun wajib dimiliki agar penyesuaian terhadap hal-hal yang baru bisa terwujud.
Ketiga, melek teknologi. Apapun hal yang kita lakukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, selama tidak mengarah pada upaya melek teknologi maka sia-sialah semuanya. Perlu diingat bahwa anak didik yang dihadapi oleh guru saat ini adalah generasi-generasi yang sudah sangat akrab dengan yang namanya teknologi. Jangan sampai anak didik lebih menguasai teknologi praktis ketimbang para guru. Selain itu, melek teknologi menjadi keharusan mutlak karena teknologi apapun selama berada di tangan para guru hebat tentu akan menjadi daya transformatif yang efektif.
Singkatnya, disrupsi pendidikan adalah fakta yang terjadi saat ini. Guru hanya bisa tetap eksis jika mampu menyesuaiakan diri dengan kondisi yang sedang terjadi.
Guru hanya bisa memberi dari apa yang dipunyai. Oleh karena itu, guru harus memiliki terlebih dahulu segala hal yang menjadi tuntutan dalam menjalankan profesi guru modern sehingga dunia pendidikan tetap berjalan selaras zaman.
Penulis: Yohanes Kewa, S.Fil, Guru SMA Negeri 1 Bola-NTT