Mengenalkan Permainan Tradisional pada Generasi Z

- Editor

Kamis, 8 September 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Elis Purnamasari, S.Pd. 

Guru MIN 1 Lebak

 

 

Seiring dengan berkembangnya teknologi, eksistensi permainan tradisional semakin menurun bahkan perlahan-lahan mulai menghilang. Permainan tradisional saat ini sudah jarang dimainkan oleh anak- anak zaman sekarang atau yang disebut dengan generasi Z. Mereka lebih tertarik dengan gadget dan permainan online.

Dalam teori generasi yang dikemukakan oleh Graeme Codrington, dkk. membagi 4 generasi manusia berdasarkan tahun kelahirannya. Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; Generasi X, lahir 1965-1979; Generasi Y, yang lahir 1980-1995; dan Generasi Z, lahir 1996-2009.

Generasi Z adalah peralihan dari generasi Y di mana generasi ini lahir dan tumbuh di tengah perkembangan teknologi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa generasi Z ini adalah generasi yang up to date terhadap isu dan kabar yang tersebar di media sosial dan internet. Mereka adalah generasi yang mahir dalam menggunakan internet, baik untuk bekerja, belajar, hiburan dan lainnya. 

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Siti Nuraeni diungkapan bahwa generasi Z memiliki karakteristik menggemari teknologi, fleksibel, lebih cerdas, toleran pada perbedaan budaya, terhubung secara global di dunia maya. Meskipun terkenal open minded, namun generasi ini juga memiliki karakter yang menyukai budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat. Nah, agar generasi ini memiliki karakter yang seimbang perlu dikenalkan dengan permainan tradisional yang dinilai sarat dengan ajaran moral.  

Permainan tradisional adalah sebuah permainan yang telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sejak dahulu. Namun seiring berkembangnya teknologi, membuat eksistensi permainan ini menurun. Akibatnya, permainan tradisional mulai terlupakan dan menjadi asing bagi generasi Z. 

Menurut Kurniati (2016), aktivitas permainan tradisional yang tumbuh serta berkembang di daerah tertentu sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat. Sehingga permainan ini di masa lalu diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Indonesia sendiri memiliki berbagai macam aneka permainan tradisional dari berbagai daerah, mulai dari sabang sampai merauke, di antaranya sebagai berikut: Gundu (Sunda, Jawa hingga Banjar), ABC Lima Dasar (Jawa Tengah), Kasti, Paraga (Bugis/ Sulawesi Selatan), Pletokan (Betawi), Pathol (Rembang, Jawa Tengah), Gangsing (Kepulauan Tujuh, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, NTT, dan Jawa), Lompat Tali, Bekel, Layang-layang, dan seterusnya.  

Manfaat permainan tradisional selain dapat melatih bersosialisasi, gotong royong, kerja sama, saling membantu, dan saling menghargai juga dapat melatih beberapa aspek lainnya seperti diungkapkan oleh Haerani Nur dalam jurnal “Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional”. Dengan permainan tradisional juga bisa menguatkan aspek sosial, aspek spiritual, aspek motorik, aspek kognitif, aspek emosi, aspek bahasa, aspek ekologi, dan aspek nilai moral.

Melihat berbagai manfaat dari permainan tradisional, maka  perlu melestarikan kembali serta memperkenalkan permainan tradisional dan nilai- nilai yang terkandung di dalamnya kepada generasi Z supaya mereka mengetahui warisan budaya Indonesia dan permainan tradisional supaya tidak punah ditelan zaman.

Untuk membudayakan kembali permainan tradisional perlu dukungan dari berbagai pihak mulai dari peran orang tua, guru, dan pemerintah. Orang tua perlu melaksanakan pengawasan ketika anak main gadget dan mengajak anak bermain permainan tradisional. Guru dapat mengenalkan kembali, mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran serta mengajak peserta didik untuk memainkan kembali permainan tradisional. Pemerintah sebagai pihak juga punya tanggung jawab dalam membina dan mengatur masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah bisa mengontrol operasi warnet dan tempat bermain yang secara tidak langsung menjerumuskan dan berpengaruh pada karakter anak bangsa. 

Jadi, semua pihak harus mengembalikan permainan tradisional pada posisinya sebagai permainan anak Indonesia. Semua pihak dapat mengenalkan dan memainkan permainan tradisional pada generasi Z, bahkan bila perlu ada usaha untuk memodernkan permainan tradisional. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 85 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis