Ditulis oleh Drs. Yakobus Nahak, M.Pd
Guru di SMAN 3 Kefamenanu
Manusia sungguh-sungguh dapat menjadi manusia tidak semata-mata berdasarkan kemampuan intelektualnya melainkan juga berdasarkan perilaku hidup, karakter yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada masa pandemi Covid-19, sebagian besar siswa SMA Negeri 3 Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, karakter-karakter yang diperlihatkan para siswa sangat memprihatinkan di antaranya semangat belajar mulai menurun secara drastis, rasa tanggungjawab atas tugas yang diberikan guru juga mulai memudar; sikap menghargai dan rasa hormat terhadap guru, patuh terhadap guru juga menurun drastis. Akibatnya hasil evaluasi tidak mencapai KKM. Ini semua diduga diakibatkan oleh salah pemanfaatan ponsel pada masa pembelajaran di saat pandemi Covid-19 yang seharusnya untuk belajar secara online namun kurang pengawasan oleh orang tua di rumah terhadap belajar anak.
Pada zaman globalisasi yang lebih dikenal dengan sebutan era digital ini, media internet sangat melekat dengan kehidupan kaum remaja, khususnya di kalangan pelajar. Hal ini tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Memang internet sangat dibutuhkan pada era digital ini, khususnya selama masa pandemi Covid-19.
Semenjak Covid-19 menyebar luas ke mana-mana bahkan di seantero dunia, pembelajaran di sekolah dilakukan melalui dua sistem yakni pembelajaran luring terbatas dan daring. Pembelajaran luring diterapkan di sekolah dengan dibatasi waktu belajarnya yang sebelumnya satu jam pelajaran untuk tingkat SMA/SMK selama 45 menit dikurangi menjadi 30-35 menit.
Selain itu jumlah peserta didik dalam kelas juga dibatasi yakni hanya 50%. Sebagai contoh jika dalam ruang satu kelas terdapat 36 siswa maka selama pandemi Covid-19 dikurangi menjadi 18 siswa. Untuk sekolah yang yang rombongan kelas (rombel) banyak, dapat menerapkan sistim shift atau bergilir.
Sedangkan penerapan sistem belajar daring, para siswa belajar dari rumah di mana guru berkungjung ke rumah siswa untuk memberikan dan menjemput tugas yang diberikan kepada siswa dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Atau guru memberikan bimbingan belajar secara daring. Peserta didik diperkenankan untuk menggunakan ponsel atau komputer dengan jaring internet.
Pada pembelajaran daring tersebut, siswa dibagi dalam kelompokdan pembelajaran dilakukan melalui aplikasi Google Classroom atau Zoom Meeting. Nah, dalam kondisi belajar seperti inilah biasanya sebagian besar siswa bebas mengoperasikan ponsel tanpa diawasi ketat oleh orang tua di rumah. Sehingga kemungkinan-kemungkinan buruk bisa saja terjadi misalnya mulai menonton film-film dewasa yang mengarah ke pornografi dan aksi-aksi seksual serta aksi kekerasan lainnya. Mereka bukannya belajar tapi justru asyik menonton hal-hal negatif dan lupa tugas utama yakni belajar.
Jadi sebenarnya dampak penggunaan ponsel dalam penerapan pembelajaran daring ada dua macam, yaitu potensi dampak positif dan negatif. Positifnya karena dengan ponsel pembelajaran dapat terlaksana meskipun di tengah masa pandemi. Sedangkan dampak negatifnya adalah siswa-siswi mulai mengakses hal-hal yang dapat memberikan pengaruh buruk pada karakter siswa.
Faktanya, karakter tidak jujur, tidak ada rasa tanggungjawab, santai, tidak ulet belajar mulai nampak dalam diri para siswa selama proses pembelajaran di masa pandemi. Akibatnya pembelajaran di rumah lewat daring maupun pembelajaran luring terbatas di sekolah diikuti asal-asalan dan sebagian besar tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Di sinilah perlahan-lahan karakter siswa yang sebelumnya dikategorikan sebagai karakter yang baik di mana mereka punya semangat belajar, bersikap jujur, bertanggungjawab, ulet bekerja dan menghargai guru dan teman sejawat mulai sirna bahkan hilang sama sekali. Hal ini tentu saja berdampak pada nilai tugas, ulangan harian, dan ulangan semester.
Oleh sebab itu, pendidikan karakter merupakan suatu hal yang sangat penting di era globalisasi karena dunia masih membutuhkan orang-orang yang berkompeten dan berkarakter baik, yakni orang yang berpendidikan agar bisa membangun daerahnya masing-masing.
Para cendekiawan telah merumuskan pendidikan karakter dengan sebutan character education. Banyak hal yang harus ditanamkan dalam diri siswa-siswi di sekolah di antaranya sikap jujur, rasa hormat, taat, dan patuh pada guru. Hal utama yang harus diperhatikan para pendidik di sekolah adalah kejujuran sebab kejujuran sangat penting dalam perkembangan diri anak.
Selain itu pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang utuh. Hal ini seirng ditegaskan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam pidato-pidato kenegaraan atau sambutan-sambutan dalam rapat kerja dengan para menterinya. Sebab seorang manusia meskipun tinggi ilmunya ataupun gelarnya namun apa bila karakternya buruk akan berimbas pada kinerja seseorang.
Pendidikan di sekolah masih banyak sekali yang mengutamakan aspek kognitifnya daripada aspek afektif. Para pendidik tidak seharusnya memprioritaskan pengetahuan kognitif siswa dan mengesampingkan aspek psikomotor dan afektinya.
Semoga dengan menerapkan pendidikan karakter dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan potensi anak didik sehingga menjadi anak yang cerdas yang berlandaskan karakter-karakter yang dapat menjadikan mereka sebagai kaum remaja penerus bangsa yang dapat diandalkan. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.