Mengembalikan Arah Pendidikan untuk Mencegah Kekerasan Pelajar 

- Editor

Senin, 13 Maret 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Oleh Suyamto, S.Ag

Guru IPS SMPN 4 Satu Atap Sumberlawang

 

 

Menurut WHO, kekerasan yang dilakukan oleh remaja atau kalangan pelajar adalah masalah masyarakat yang terjadi secara global. Bentuk kekerasan tersebut mencakup berbagai tindakan mulai dari intimidasi, perkelahian fisik, kekerasan seksual, dan tindak kekerasan yang lebih parah hingga pembunuhan.

Akhir-akhir ini kita mendengar kabar bahwa pelajar SD di Sukabumi dihajar oleh siswa SMP hingga tewas. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi ?

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan pelajar antara lain:

Faktor pertama yaitu risiko dalam diri individu. Faktor risiko dalam diri individu ini  meliputi kurangnya perhatian, hiperaktif, gangguan perilaku, keterlibatan dengan alkohol, rendahnya kecerdasan, paparan kekerasan dalam keluarga, dan lain sebagainya. 

Yang kedua adalah faktor risiko hubungan dekat. Faktor ini biasanya terjadi karena lemahnya pemantauan dan pengawasan anak oleh orang tua, rendahnya keterikatan antara orang tua dan anak, rendahnya keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak, bergaul dengan rekan nakal atau keanggotaan geng, dan lain sebagainya. 

Yang terakhir adalah faktor risiko komunitas dan masyarakat yang meliputi akses ke dan penyalahgunaan alkohol, akses penyalahgunaan senjata api, kualitas pemerintahan suatu negara (undang-undang dan sejauh mana mereka ditegakkan, serta kebijakan untuk pendidikan dan perlindungan sosial).

Pencegahan kekerasan pelajar memerlukan kolaborasi antara orangtua, pihak sekolah, komite sekolah, dan masyarakat pada umumnya.

Pendidikan yang baik dalam keluarga adalah harga mati. Orang tua punya kewajiban untuk membimbing anak-anaknya menjadi manusia berguna dengan menanamkan nilai-nilai kehidupan.

Tetapi sayangnya, tidak semua orangtua melakukan amanah mulia ini dan memanfaatkan masa-masa kebersamaan tersebut secara optimal. Alasannya klasik, tidak punya waktu, selalu sibuk dengan pekerjaannya.  

Sebenarnya mayoritas orang tua pasti menyadari pentingnya pendidikan anak dalam keluarga, tetapi merasa tidak memiliki kemampuan, sehingga sekolah dianggap sebagai pihak yang paling kompeten untuk memberikan bekal tersebut. 

Oleh sebab itu melihat kepercayaan masyarakat yang masih begitu tinggi kepada instansi pendidikan, maka seluruh lembaga pendidikan seharusnya kembali kepada pandangan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. 

Ia berpandangan bahwa pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan (Dewantara, 2011: 344).

Pencerminan proses pembelajaran dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Ini dilakukan dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan anak dengan dunianya. 

Manusia yang berbudi pekerti artinya mereka yang memiliki kekuatan batin dan memiliki karakter. Pendidikan perlu diarahkan untuk menjadi orang-orang yang berpendirian teguh supaya mereka berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Sehingga tindakan yang dilakukan selaras dan tidak bertentangan dengan kebenaran yang diajarkan agama, adat-istiadat, hukum positif, dan nilai-nilai kemanusiaan universal. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

 

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 129 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis