Kurikulum prototipe memiliki peran sebagai upaya pemulihan pembelajaran yang berfokus pada materi esensial dan kompetensi dasar siswa serta sebagai upaya pemerintah dalam menciptakan perubahan dalam pengembangan karakter dan pola piker siswa.
Nadiem Makarim menjelaskan bahwa melalui ikulum prototipe dapat mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa serta memberi ruang yang lebih luas pada pengembangan karakter serta kompetensi dasar.
Selain itu, kurikulum prototipe memberikan fleksibilitas dan ruang besar bagi kearifan lokal, sehingga setiap satuan pendidikan dapat mununjukan karakter dan keunikan dari sekolah nya masing-masing.
Salah satu cara yang diterapkan sebagai upaya pengembangan karakter dan kompetensi siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek, dengan itu akan memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman. Dimana para siswa mengalami sendiri bagaimana bertoleransi, bekerja sama, saling menjaga, dan lain sebagainya.
Terdapat beberapa prinsip mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional dan kemudian prinsip tersebut dilanjutkan dan diperkuat dalam desain kurikulum prototipe diantaranya adalah sebagai berikut :
- Berbasis kompetensi, bukan konten. Kurikulum disusun berdasarkan kompetensi yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. Hal penting dalam pembelajaran bukanlah keluasan materi atau berapa banyaknya materi yang diajarkan oleh guru pada siswa, melainkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa dengan materi yang diberikan. Sehingga yang menjadi hal terpenting adalah pemahaman atas materi dan kemampuan penerapannya, mengevaluasi dan merumuskan pengetahuan itu sendiri.
Pada kurikulum prototipe, prinsip ini diterjemahkan secara lebih serius dengan berfokus pada materi yang esensial. Dengan harapan guru tidak terbebani hanya menyelesaikan materi saja, tetapi memiliki waktu untuk memandu diskusi dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif.
2. Orientasi yang holistik, seperti yang telah diketahui bahwa pendidikan harus dapat menumbuhkembangkan siswa dengan utuh, bukan hanya pada kemampuan akademiknya tetapi juga kompetensi dan karakternya.
Kurikulum protoitpe memberikan porsi waktu khusus dalam pembelajaran berbasis proyek. Dimana dengan pembelajaran lintas mata pelajaran dan memandu siswa untuk dapat berkolaborasi, menciptakan karya atau menyelesaikan problem yang relevan bagi kehidupan mereka.
Contoh sederhana yaitu kolaborasi membuat karya seni, merancang pentas budaya atau pentas olahraga, serta meneliti masalah sampah di lingkungan sekitar.
3. Ruang bagi kontekstualisasi di tingkat satuan pendidikan, kontekstualisasi artinya adalah penyesuaian kurikulum dengan visi dan misi sekolah serta kebutuhan belajar siswanya. Hal ini hanya dapat terjadi apabila struktur dan materi wajib dari pemerintah pusat memberi ruang untuk dapat melakukan inovasi.
Telah difasilitasi dengan serius dimana jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu, akan tetapi menjadi per tahun. Dengan hal tesebut memungkinkan sekolah untuk merancang kurikulum dengan lebih fleksibel. Selain itu, capaian belajar sudah tidak “ditagih” setiap tahun, melainkan setiap fase yaitu 2 – 3 tahun. Maka dari itu memungkinkan adanya variasi kecepatan dan sekuens pembelajaran antar sekolah. Sehingga hal tersebut diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum prototipe ini memperkuat prinsip – prinsip dasar yang sudah menjadi bagian dari kurikulum sebelumnya terutama pada pengembangan kompetensi dan karakter siswa, serta fleksibilitas yang mendorong inovasi di tingkat satuan pendidikan.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran yang baik pada kurikulum prototipe, maka guru juga perlu untuk menentukan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan.
Maka dari itu Anda dapat mengikuti Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh e-Guru.id yang berjudul “Model-Model Pembelajaran yang Mendukung Kurikulum Prototipe” secara GRATIS 100% tanpa biaya pendaftaran.
Informasi selengkapnya tentang Seminar Nasional tersebut dapat Anda dapatkan dengan cara KLIK DISINI.
Penulis : Eka Susiyanti