Oleh Juli Sugianingsih, S.Pd.
Guru SDN Oro Oro Ombo Kota Madiun
Mendidik dan mengajar adalah dua kata yang sering membuat kita bingung dan harus dipahami sebelum kita berbicara apa dan bagaimana konsep merdeka mendidik. Mendidik adalah suatu kegiatan membimbing, mengarahkan serta mengembangkan potensi anak ke arah yang lebih baik. Jadi dalam mendidik lebih difokuskan pada pengembangan afeksi. Sementara itu mengajar pada dasarnya adalah proses menyampaikan, menyebarluaskan, dan memperkaya pengalaman belajar. Singkat kata, mengajar adalah mengondisikan keadaan sehingga bisa terjadi transfer of knowledge.
Seorang pendidik yang baik pastinya harus memahami bahwa selain memiliki tanggung jawab mengajar juga harus mengimbanginya dengan kegiatan mendidik, sehingga antara ranah kognitif dan afektif siswa sama-sama berkembang secara optimal.
Konsep mendidik yang baik menurut Ki Hajar Dewantara seorang tokoh pendidikan nasional adalah mendidik yang humanis. Apa itu mendidik yang humanis? Mendidik yang humanis adalah mendidik dengan mengedepankan sistem among dengan menonjolkan sikap keteladanan kepada siswa didiknya. Artinya seorang pendidik harus mampu bersikap, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat dan di belakang memberi dorongan.
77 tahun Indonesia merdeka, pertanyaannya apakah pendidikan di Indonesia juga sudah benar-benar merdeka? Adanya regulasi atau aturan yang mengikat pendidik terkadang menjadikan pendidik tidak bebas melakukan fungsi dan peranannya. Untungnya seiring dengan adanya reformasi di bidang pendidikan memunculkan berbagai kebijakan baru yang memberi angin segar dan harapan bagi pendidik di Indonesia termasuk dihapuskannya ujian nasional dan diterbitkannya program Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar hingga Kampus Merdeka. Kesemuanya pada dasarnya merupakan arah kebijakan baru yang dirilis menuju pendidikan yang benar-benar humanis .
Bagaimana cara mendidik yang humanis itu? Dalam mendidik yang humanis, kita sebagai pendidik harus menerapkan beberapa pola berikut ini:
Mendidiklah dengan setulus hati
Hanya pendidikan yang dilakukan sepenuh hati yang dapat menggugah kesadaran peserta didik dalam memahami dirinya, dalam relasinya dengan orang-orang sekitar, alam, dan Tuhan. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi proses pemerdekaan, sebagai proses yang menggembirakan, yang pada akhirnya dapat menumbuhkembangkan semua potensi kemanusiaan anak atau peserta didik.
Hindari sikap membeda-bedakan dan membandingkan
Dalam mendidik terkadang tanpa kita sadari sering melakukan sikap suka membedakan dan membandingkan peserta didik. Kita sering mengunggulkan peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, sedangkan peserta didik yang notabene kurang sering mendapat perlakuan kurang dianggap. Jika hal itu kita biarkan maka yang timbul adalah peserta didik tersebut menjadi minder dan tidak dapat berkembang secara optimal karena secara psikologis ia telah jatuh mental terlebih dahulu. Tanpa kita sadari kita telah dzolim padanya. Bukankah siswa yang kurang mampu juga memiliki hak yang sama untuk berkembang sesuai potensi dan karakteristik masing-masing ?
Beri ruang gerak seluas-luasnya, wadahi kebutuhannya
Semua peserta didik terlahir istimewa dan memiliki kelebihan masing-masing. Sudah selayaknya sebagai seorang pendidik sejati memahami konsep ini. Mari beri ruang gerak siswa kita untuk mengembangkan kemampuan kompetensi yang mereka miliki seluas-luasnya. Bila kita tidak mampu mewadahinya, kita bisa mengajak rekan kita sesama pendidik untuk berkolaborasi memberikan wadah sesuai dengan kebutuhan minat dan juga bakatnya.
Mendidik Generasi Z
Pendidikan yang humanis ini sangat cocok diterapkan kepada generasi Z, yaitu siswa masa kini yang sudah akrab dengan teknologi. Di antara keunggulan generasi Z adalah mampu melakukan multitasking alias bisa melakukan berbagai kegiatan dalam satu waktu, misalnya menggunakan komputer, memainkan sosial media, dan mendengarkan musik dalam satu waktu yang sama. Hal itu dikarenakan generasi Z sudah menjumpai teknologi sejak lahir sehingga mampu mengaplikasikan teknologi dengan maksimal.
Namun generasi Z juga memiliki kekurangan di antaranya cenderung individualis, tidak fokus dalam suatu hal, kurang menghargai proses, emosi tidak stabil, dan cenderung bergantung pada teknologi .
Oleh sebab itu, peserta didik yang terlahir sebagai generasi Z perlu sentuhan konsep pendidikan yang humanis sehingga bisa menyeimbangkan antara kognitif dan afektif (IQ dan EQ).
Generasi Z harus dipandang sebagai generasi yang merdeka. Untuk itu, pendidik harus memiliki keleluasaan untuk menentukan pola didik yang baik yang membawa dampak positif bagi perkembangan pola pikir peserta didiknya. Pendidik tidak boleh terbelenggu dalam satu sistem yang sifatnya seragam. Namun dalam mendidik, pendidik perlu memiliki kebebasan seluas-luasnya dalam berinovasi serta mengeksplorasi kemampuannya. Bila perlu menemukan formula baru dalam mendidik yang dapat terus dikembangkan sehingga berdampak luar biasa bagi peserta didiknya.
Seorang pendidik juga diharapkan bebas dalam berekspresi. Namun kebebasan berekspresi itu harus didasari dengan keluasan wawasan atau pengetahuan. Acuan utamanya tetap kurikulum yang berlaku.
Guru yang baik adalah guru yang mampu menerapkan konsep merdeka yang humanis dalam mendidik. Untuk itulah para guru harus banyak meningkatkan kemampuannya agar mampu menerima perubahan yang terjadi. Pendidik yang menerapkan konsep merdeka pastilah pendidik yang memiliki sifat terbuka, responsif, dan pastinya tidak berhenti di satu titik agar mampu mengimbangi perkembangan peserta didiknya.
Dan satu hal yang tidak kalah pentingnya, seorang pendidik yang menerapkan pola merdeka mendidik pastilah mampu membangun sebuah mata rantai komunikasi yang efektif dengan pihak manapun, mampu berkolaborasi dengan siapapun, pantang menyerah dan terus berinovasi dan juga mengaktualisasi diri dalam berbagai bentuk.
Apabila hal ini disadari oleh kaum pendidik di negeri ini pastilah konsep merdeka dalam mendidik merupakan solusi yang tepat dalam mendidik generasi masa kini dengan segala tantangannya. Alhasil semua itu akan mampu mengarahkan generasi menjadi manusia yang handal, tahan banting, produktif, memiliki daya saing, cerdas dalam IPTEK dan unggul dalam IMTAQ. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.