Kurikulum prototipe mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, dan memberi ruang lebih luas dalam pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa.
Dalam kurikulum prototipe memiliki tiga karakteristik utama diantaranya yaitu berupa pengembangan kemampuan non – teknis atau disebut soft skills, berfokus pada materi esensial, dan memberikan fleksibilitas bagi guru dalam mengajar.
Supriyanto mengatakan, salah satu karakteristik dalam kurikulum ini yaitu menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakteristik siswa sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Kepala BSKAP (Badan Standar, Kurikulum, & Asesmen Pendidikan) Anindito Aditomo melalui tulisannya dalam akun instagramnya yang diunggah pada tanggal 27 Januari 2020 , menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional.
Prinsip – prinsip tersebut dilanjutkan dan diperkuat dalam desain kurikulum prototipe yang dijelaskan sebagai berikut :
- Berbasis kompetensi, bukan konten. Hal tersebut dimaksud bahwa kurikulum disusun berdasarkan kompetensi yang ingin ditumbuhkan kepada siswa. Sehingga yang terpenting bukanlah perihal keluasan materi atau seberapa banyak materi yang diajarkan oleh guru kepada siswa, melainkan apa yang bisa dilakukan siswa dengan adanya materi tersebut. Selain itu yang menjadi hal penting juga pemahaman atas materi dan kemampuan menerapkan, mengevaluasi dan bahkan merumuskan pengetahuan itu sendiri.
Dalam kurikulum prototipe, prinsip tersebut diterjemahkan secara lebih serius dengan berfokus pada materi yang esensial. Dengan harapan guru tidak akan terbebani hanya “kejar tayang” menyelesaikan materi, namun mempunyai waktu untuk memandu diskusi dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif.
- Orientasi yang holistik, diketahui bahwa dalam pendidikan harus menumbuhkembangkan siswa secara utuh, bukan hanya kemampuan akademiknya saja tetapi juga kompetensi dan karakternya.
Kurikulum prototipe memberikan porsi waktu khusus bagi pembelajaran berbasis projek. Seperti pembelajaran yang lintas mata pelajaran dan memandu siswa untuk berkolabirasi, menciptakan karya atau menyelesaikan problem yang relevan bagi kehidupan mereka. Contoh yang sederhana adalah kolaborasi dalam membuat karya seni, merancang pentas budaya atau pentas olahraga, meneliti masalah sampah di lingkungan sekitar dan lain sebagainya.
- Ruang bagi kontekstualisasi di tingkat satuan pendidikan, dimana kontekstual memili arti penyesuaian kurikulum dengan visi dan misi sekolah dan juga kebutuhan belajar siswa. Hal ini hanya bisa terjadi apabila struktur dan materi wajib yang diberikan oleh pemerintah pusat memberi ruang untuk melakukan inovasi.
Hal tersebut difasilitasi secara lebih serius dalam kurikulum prototipe. Dimana jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu, melainkan menjadi per tahun. Sehingga memungkinkan bagi sekolah untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel.
Selain itu, capaian belajar juga tidak lagi “ditagih” setiap tahun, melainkan setiap fase (2 – 3 tahun). Hal ini memungkinkan variasi kecepatan dan sekuens pembelajaran antar sekolah. Sehingga diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Dengan kurikulum prototipe ini dapat memperkuat prinsip – prinsip dasar yang sudah menjadi bagian dari kurikulum sebelumnya, terutama mengenai hal pengembangan kompetensi dan karakters siswa, serta fleksibilitas yang mendorong inovasi bagi tingkat satuan pendidikan di Indonesia.
Kemendikbud telah menyiapkan 7 tema utama untuk pembelajaran berbasis projek yang menjadi salah satu bentuk pengembangan karakter siswa, 7 tema tersebut diantaranya adalah :
- Bangunlah Jiwa dan Raganya
- Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI
- Bhineka Tunggal Ika
- Gaya Hidup Berkelanjutan
- Kearifan Lokal
- Kewirausahaan
- Suara Demokrasi
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat melakukan pembelajaran yang baik dengan menggunakan kurikulum prototipe adalah dengan mengikuti pelatihan.
Pelatihan yang dapat diikuti adalah salah satu pelatihan yang diselenggarakan oleh e-Guru.id dengan judul “Memahami Kebijakan Kurikulum Prototipe dan Latihan Merancang Pembelajarannya”.
Pelatihan ini akan dilaksanakan secara online pada tanggal 5 – 8 Februari 2022 yang akan dimulai setiap pukul 13.30 – 15.00 WIB, dengan spesial instruktur yaitu Fitria Martanti, M.Pd. sebagai Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum & Sertifikasi Universitas Wahid Hasyim Semarang dan sebagai Pelatih Ahli Program Sekolah Penggerak.
Dengan mengikuti pelatihan ini tentu Anda akan mendapatkan berbagai macam fasilitas yang tentunya sangat menarik yaitu berupa :
- E-Sertifikat Bernama 35JP
- Undangan dan Daftar Hadir
- Materi Diklat berupa PPT, E-Book, dan Video
- Contoh Laporan Kegiatan
- Contoh Laporan Pengembangan Diri
- Akses Zoom Meeting
- Pendampingan via Grup Telegram
Tentunya tidak hanya itu saja yang akan Anda dapatkan dalam pelatihan ini. Lebih menariknya Anda akan mendapatkan Free Bonus ++++ yang berupa :
- Kumpulan File PTK
- Kumpulan Best Practice
- File tentang Kurikulum 2022
Materi yang akan Anda terima dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut :
- Kebijakan Kurikulum Prototipe
- Pembelajaran Paradigma Baru dalam Kurikulum Prototipe
- Perangkat Ajar Kurikukulum Prototipe berupa Capaian Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran.
- Perangkat Ajar dalam Implementasi Kurikulum Prototipe berupa Modul Ajar.
- Review Materi dan Konfirmasi.
Banyak sekali fasilitas dan bonus yang menarik bukan ? untuk dapat mengikuti pelatihan atau diklat tersebut maka Anda dapat melakukan investasi pendaftaran sejumlah Rp 109.000 bagi peserta umum atau non member e-Guru.id, dan bagi Anda yang sudah terdaftar sebagai member e-Guru.id maka Anda hanya cukup melakukan investasi pembayaran sebesar Rp 79.000.
Anda dapat melakukan pendaftaran dengan cara KLIK DISINI.
Untuk mendapatkan informasi pendaftaran maka Anda dapat menghubungi kontak dibawah ini :
088225471197 (Eka)
Beberapa karakteristik utama dalam kurikulum prototipe untuk mendukung pemulihan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
- Pengembanagan soft skills dan karakter berupa karakter akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan, kemandirian, nalar kritis, dan kreativitas ini mendapat porsi khusus melalui pembelajaran berbasis proyek.
- Fokus pada materi esensial sehingga akan ada waktu yang cukup untuk melakukan pembelajaran yang lebih mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
- Fleksibilitas bagi guru untuk dapat melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Penerapan kurikulum prototipe sebagai salah satu upaya pemulihan pembelajaran di tahun 2022 – 2024 dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yang berdasarkan pada kapasitas dan terget dari satuan pendidikan, tahapan tersebut yaitu :
- Tahap 1 Kopleksitas Sederhana, dimana dilakukan dengan mengikuti contoh yang telah disediakan atau dalam latihan.
- Tahap 2 Kompleksitas Dasar, dilakukan dengan memodifikasi contoh yang telah disediakan atau yang telah dilatih.
- Tahap 3 kompleksitas Sedang, yaitu melakukan pengembangan sesuai konteks satuan pendidikan dengan melibatkan warga sekolah secara luas.
- Tahap 4 Kompleksitas Tinggi, yaitu melakukan pengembangan semua konteks satuan pendidikan dengan pelibatan warga sekolah secara luas.
Terdapat beberapa manfaat dalam penerapan kurikulum prototipe yaitu :
- Guru tidak mengejar tujuan pembelajaran yang padat dan target.
- Guru menitikberatkan kebutuhan dan materi yang dibutuhkan untuk dapat memperkuat perilaku siswa, dan metode pembelajaran lebih baik.
- Diberi kesempatan untuk dapat menggali potensi siswa melalui berbagai kesempatan belajar, lingkungan belajar lebih menyenangkan baik bagi guru maupun siswa.
- Mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa dan memberikan ruang tambahan untuk pengembangan perilaku dan keterampilan dasar.