Apakah Bapak dan Ibu Guru pernah menemui siswa yang kesulitan membaca, menulis dan berhitung? Jika iya, hal ini cukup wajar. Jangan terburu-buru memvonis siswa sebagai anak yang bodoh. Karena hal tersebut merupakan kesulitan dalam belajar yang dialami anak usia dini, sehingga perlu bagi guru memahami kesulitan belajar agar dapat mengenali sekaligus mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Lalu apa saja kesulitan belajar yang sering ditemui di Sekolah Dasar?
1. Kesulitan belajar dalam membaca (Disleksia)
Dilansir dari hello sehat.com, Disleksia merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar dalam hal kemampuan membaca dan menulis. Disleksia adalah kesulitan belajar pada anak yang menyebabkan mereka susah untuk menulis, membaca, dan mengeja.
Beberapa gejala umum yang dialami oleh anak yang memiliki disleksia adalah susah untuk memproses serta mengingat hal-hal baru, sulit untuk melafalkan kata-kata baru, termasuk perkembangan bahasa balita dalam mempelajari bahasa asing.
Anak disleksia dapat dilihat dari pada usia sekolah tingkat dasar.
- menghadapi masalah membaca yang lambat dan mempunyai tulisan yang kurang bagus.
- Anak dengan disleksia suka mengurangi atau menambahkan kata ketika sedang membaca.
- Mengalami kekeliruan ketika membaca seperti huruf “p” dianggap “q” dan huruf “b” dianggap “d”.
- Sering membalik kata-kata, misalnya buku dibaca “duku”, bau dengan “buah”, buta dengan “batu”, dan lainnya
- Suka menukarkan pemahaman konsep, misalnya, bingung terhadap pemahaman konsep atas dengan bawah, depan dengan belakang, dan sebagainya. Kadang-kadang juga disertai artikulasi suara gagap.
- Sering juga disertai kesalahan eja dan kesalahan tulis. Misalnya, jika didiktekan kata pagar, mungkin ditulis “papar”. Kesalahan tulis ini juga mencakup ketidak-mampuan untuk membuat tulisan indah, sering tulisannya tidak terbaca. Gangguan ini akan berlanjut sampai anak meningkat dewasa.
2. Kesulitan kemampuan menulis (Disgrafia)
Kesulitan belajar ini, anak kesulitan menyusun kalimat, mengatur paragraf, menggunakan tata bahasa, tanda baca, dan ejaan yang benar dalam bentuk tulisan.
Bila anak memiliki masalah lisan atau pengucapan, kemungkinan besar bisa mengalami masalah dalam kemampuan menulis dan matematika atau menghitung.
Kesulitan ini berhubungan dengan ADHD atau gangguan perilaku yang terjadi pada anak. Mereka juga mengalami kesulitan dalam membuat tulisan yang baik dan benar. Terkadang tulisannya tidak dapat dibaca karena kurang jelas.
Dysgraphia, diketahui sebagai kesulitan untuk menulis. Seorang anak yang mengalami hal ini, bahkan akan susah untuk memegang pensil atau pulpen untuk menulis.
Berikut ini adalah ciri-ciri yang dimiliki anak yang mengalami disgrafia:
- bentuk huruf tidak konsisten
- Penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
- Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
- Kesulitan dalam mengkomunikasikan satu ide, pangetahuan, atau pemahamannya dalam bentuk tulisan.
- Sulit memegang pensil dengan mantap. Biasanya posisi tangan hampir menempel dengan kertas.
- Berbicara kepada diri sendiri ketika sedang menulis atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
- Cara menulis tidak konsisten dan tidak mengikuti alur.
- Walaupun hanya diminta menyalin contoh tulisan, anak tetap mengalami kesulitan.
3. Kesulitan kemampuan menghitung (Diskalkulia)
Pengertian diskalkulia memang agak kurang dikenal daripada disleksia. Diskalkulia adalah gangguan pada pelajaran berhitung atau matematika dasar. Berhitung adalah pelajaran yang berkaitan dengan berpikir logis dan penguasaan, artinya berkitan dengan kemampuan intelektual. Umumnya berkaitan dengan manipulasi kali-bagi-tambah-kurang yang merupakan dasardasar ilmu matematika dalam bilangan puluhan.