Implementasi Kurikulum Merdeka, Pendidikan Inklusi, dan Masalah-Masalah yang Perlu Dipecahkan

- Editor

Minggu, 22 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

nasib PPPK Guru

nasib PPPK Guru

Oleh Ifa Hidayah, M.Si

Guru Fisika MAN 3 Kediri

Perubahan kurikulum terjadi sejalan dengan perkembangan kebutuhan peserta didik, perkembangan zaman dan pengaruh global. Adanya perubahan atau perbaikan kurikulum dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Diluncurkannya Kurikulum Merdeka pada Februari 2022 lalu oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia dengan menerapkan prinsip merdeka belajar dan mengajar.

Di dalam konsep Kurikulum Merdeka sangat populer dikenal istilah “merdeka belajar” dan “merdeka mengajar”. Merdeka belajar adalah merdeka berpikir, di mana peserta didik diberi kebebasan untuk belajar sesuai bidang yang diminati. Merdeka mengajar artinya guru bebas dalam menentukan metode, model, dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Dengan Kurikulum Merdeka, belajar tidak lagi dituntut untuk menyelesaikan materi kurikulum, menghafalkan konsep dan rumus, melainkan bagaimana memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, berpikir kreatif, inovatif dan kolaboratif dalam mencari solusi permasalahan.

Pembelajaran tidak mutlak berpusat pada guru, namun guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik serta adanya kesepakatan antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian suasana belajar di kelas lebih menyenangkan, nyaman, akrab, sehingga terjalin hubungan harmonis antara guru dengan peserta didik yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

Dalam Kurikulum Merdeka, juga mengamanatkan penerapan pembelajaran berdiferensiasi sehingga dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik yang beragam. Guru memfasilitasi peserta didik sesuai kebutuhannya, karena setiap peserta didik memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Sehingga Kurikulum Merdeka ini sangat mendukung adanya sekolah inklusi, di mana pada sekolah inklusi ini menerima anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dan mereka dapat belajar bersama dengan anak-anak reguler lainnya.

Pendidikan inklusi merupakan layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus tanpa memandang kondisi fisik, emosional, sosial, intelektual, linguistik atau kondisi lainnya untuk memperoleh layanan pendidikan bersama-sama di sekolah reguler. Adanya hambatan-hambatan yang dialami oleh anak-anak berkebutuhan khusus seperti hambatan sosial, komunikasi, perilaku menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk memberikan layanan khusus. Kurikulum Merdeka memberi kebebasan kepada guru dalam menerapkan model, metode dan pendekatan yang sesuai untuk peserta didik dengan beragam perbedaan, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Peran guru dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif agar peserta didik nyaman dalam  belajar, membangkitkan rasa saling memahami, mengasihi, menghargai, menghormati, dan saling menerima perbedaan pada tiap individu, sehingga pendidikan inklusi dapat membantu peserta didik berkembang secara optimal.

Kurikulum Merdeka ini dilaksanakan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2022/2023 dan pada tahun 2024 akan ditetapkan sebagai kurikulum nasional. Implementasi Kurikulum Merdeka yang saat ini sudah dilaksanakan pada sekolah maupun madrasah tentunya masih banyak kendala yang dihadapi terutama oleh guru. Karena, Kurikulum Merdeka masih baru dan sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya seperti adanya pembelajaran berbasis proyek, Profil Pelajar Pancasila, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sistem penilaian (asesmen), maka banyak hal yang perlu dipelajari dan muncul berbagai permasalahan di lapangan.

Permasalahan yang dihadapi, seperti kurangnya pemahaman guru terhadap konsep Kurikulum Merdeka, kurangnya sosialisasi, belum adanya pelatihan khusus tentang Kurikulum Merdeka yang diselenggarakan oleh sekolah maupun dinas terkait, sehingga menimbulkan multi persepsi terhadap pengimplementasian Kurikulum Merdeka di sekolah. Bahkan masih banyak guru yang menggunakan prinsip kurikulum 2013 dalam pembelajaran meskipun sekolah tersebut sudah menggunakan Kurikulum Merdeka.

Kurang siapnya guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif serta mengarahkan siswa untuk berpikir kritis kreatif juga menjadi hambatan dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Hal ini disebabkan karena kurangnya guru dalam berliterasi, mencari referensi-referensi yang bisa menambah kreatifitas guru dalam mengajar.

Kesulitan lain yang dialami oleh guru adalah melaksanakan pembelajaran secara berdiferensiasi. Beragamnya latar belakang, gaya belajar, dan perbedaan kemampuan peserta didik menuntut guru untuk memahami satu persatu karakteristik peserta didik. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam mengidentifikasi peserta didik melakukan diferensiasi pembelajaran, sementara rata-rata jumlah peserta didik banyak di setiap kelas.

Masih berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang diterapkan pada sekolah inklusi, ada beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran, kurangnya pengetahuan guru, keterbatasan sumber belajar dan finansial dalam memfasilitasi peserta didik yang berkebutuhan khusus. Perlu ada kebijakan-kebijakan aplikatif yang mendukung lancarnya pembelajaran pada sekolah inklusi supaya proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik, tujuan pembelajaran bisa tercapai dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat.

Transformasi proses pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka menuntut guru untuk adaptif terhadap perubahan yang diharapkan. Guru membutuhkan waktu lebih untuk mempelajari hal-hal baru dalam Kurikulum Merdeka, sedangkan padatnya kegiatan di sekolah yang melibatkan guru berpartisipasi aktif dalam banyak kegiatan menjadikan guru tidak sempat untuk mempelajari pelaksanaan Kurikulum Merdeka secara detail dan mengimplementasikan dalam pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen waktu yang baik serta sebisa mungkin guru bergerak menemukan ide kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

Terbatasnya akses pembelajaran melalui media digital maupun internet yang belum merata juga menjadi kendala dalam implementasi merdeka belajar. Minimnya kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara digital juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan kurikulum merdeka. Dengan demikian guru harus memiliki komitmen tinggi untuk terus belajar, berkarya, mengeksplor hal-hal baru serta tanggap terhadap perubahan zaman sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.

Setiap perubahan selalu diiringi dengan permasalahan, tak terkecuali perubahan sistem pendidikan. Kurikulum Merdeka yang merupakan bagian dari sistem pendidikan tentunya harus didukung oleh semua pihak baik pelaku pendidikan maupun seluruh lapisan masyarakat agar kurikulum ini mampu meningkatkan mutu pendidikan yang berdampak dalam semua sendi kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah terhadap sistem pendidikan melalui implementasi Kurikulum Merdeka hendaknya diiringi dengan usaha maksimal dari seluruh tenaga pendidik dan kependidikan sebagai garda terdepan dalam pendidikan. Kerjasama yang baik antara orang tua/wali, komite, masyarakat, guru dan tenaga kependidikan, serta semua pihak sangat menentukan keberhasilan pendidikan. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 504 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis