Menentukan jenis dan tema buku
Dalam menulis buku, guru harus menentukan terlebih dahulu jenisnya, apakah buku bertema fiksi atau non-fiksi. Kedua jenis karya tersebut memberikan persyaratan tersendiri. Artinya, guru bisa menulis baik buku fiksi atau non-fiksi dengan tetap memperhatikan ketentuannya.
Jika guru menulis buku fiksi, misalnya, kumpulan puisi, syaratnya adalah 40 judul dalam satu buku. Bagaimana dengan kumpulan cerpen atau bahkan novel? Penulis bebas menentukan sendiri berapa jumlah part atau halamannya. Namun, biasanya, jumlah kata maksimal adalah 40.000.
Sementara untuk buku non-fiksi, ada beragam jenis atau pembagiannya. Biasanya, guru lebih memilih menulis karya non-fiksi sebagai upaya kenaikan pangkat. Ini karena cakupannya lebih mengarah ke dunia pendidikan. Sehingga, guru lebih menguasai dan bisa menerapkannya dalam pembelajaran sehari-hari. Karya tersebut bisa berupa kumpulan opini, buku pelajaran, hipotesis, dan masih banyak lagi.
Melakukan riset yang mendalam
Dalam dunia tulis menulis, baik itu karya fiksi ataupun non-fiksi, guru tetap membutuhkan riset yang bagus dan mendalam. Di samping agar hasilnya memuaskan, tulisan dalam suatu karya tidak akan cacat logika dan dapat dipercaya oleh pembaca. Sehingga, kegiatan menulis buku untuk kenaikan pangkat guru membuahkan hasil yang berlipat, yaitu karya berkualitas dan jabatan yang meningkat.
Lantas, bagaimana cara riset agar hasilnya maksimal? Ada beberapa cara yang bisa guru lakukan, seperti:
a. Riset berdasarkan pengalaman
Yang dimaksud di sini adalah pengalaman pribadi ataupun orang lain. Cara ini sangat recommended jika seorang pendidik ingin menulis karya fiksi seperti novel atau kumpulan cerpen. Di sini, guru bisa mengungkapkan apapun yang pernah dialami atau orang lain alami. Namun, guru bisa mengolaborasikannya dengan imajinasi mengingat sifatnya yang tidak nyata.
Lantas, bagaimana jika karya non-fiksi? Guru tetap bisa memanfaatkan pengalaman sebagai referensi. Misalnya, penyusunan sebuah buku tentang perjalanan menjadi guru berdasarkan fakta-fakta yang telah penulis lalui, jurnal berdasarkan pengalaman mengajar, dan lain sebagainya.
- Riset berdasarkan sumber bacaan
Selain pengalaman, guru bisa menjalankan riset melalui berbagai sumber bacaan. Pastikan bacaan tersebut sesuai dengan jenis, genre, atau tema buku yang hendak ditulis. Sumber bacaan bisa berupa buku serupa, internet, majalah, atau lainnya. Hal ini berlaku untuk jenis karya apapun.
- Riset berdasarkan interaksi atau wawancara
Langkah ini sama halnya dengan langkah pertama, yaitu menulis ulang hasil observasi pengalaman orang lain. Guru harus memastikan bahwa nara sumber benar-benar mengalami dan tidak mengada-ngada. Setelahnya, guru bisa menulis informasi yang telah didapatkan dengan bahasa sendiri sehingga menjadi sebuah karya yang berkarakter.
Halaman Selanjutnya
Memprioritaskan Tulisan yang realitas
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya