Dian Armiznah: Jalan Panjang Meraih Asa Jadi Guru Matematika di Almamater

- Editor

Senin, 26 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Dra. Dian Armiznah

Mengajar di MAN Aceh Barat Daya

 

Ayah saya adalah seorang guru negeri Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota tempat tinggal kami. Beliau mengasuh bidang studi kesenian. Saya kagum melihat sosok ayah yang menjadi idola dari siswa-siswanya.

Hampir setiap sore siswa-siswa berdatangan ke rumah ingin belajar main gitar, piano, organ dan lain sebagainya. Rumah kami layaknya tempat konser musik karena selalu dihiasi dengan suara alat-alat musik yang dimainkan oleh siswa-siswa itu. Beliau tidak pernah bersikap kasar kepada siswa-siswanya. Begitu juga dengan kami anak-anaknya. Kami tidak pernah dimarahi, apalagi dibentak  atau dipukul.

Di samping beliau sebagai guru negeri di SMA Blangpidie, beliau juga mengajar di Madrasah Aliyah tempat saya sekolah sebagai tenaga honorer. Sebelum saya masuk di madrasah, beliau memang sudah lama menjadi guru honorer di sana. Saat itu di madrasah kami  masih kekurangan guru, sehingga ayah saya diangkat sebagai guru kesenian di madrasah itu.

Cita-cita saya ingin menjadi guru semakin mantap tatkala mengetahui jumlah guru negeri di sekolah saya cuma enam orang termasuk kepala sekolah. Guru negeri di sekolah saya hanya  guru Fiqih, Al-Qur’an Hadits, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab dan  Olahraga. 

Sedangkan untuk mengisi pelajaran lain seperti Fisika, Matematika, Kimia, Bahasa Inggris dan lain-lain diajar oleh guru negeri yang bertugas di sekolah lain. Mereka sering tidak masuk saat berbenturan dengan tugas di sekolah induk tempat mereka bertugas. Kami pun sering tidak belajar. Di sinilah saya bertekad suatu saat nanti saya akan jadi guru di sekolah ini dan saya tidak akan melalaikan dan meninggalkan tugas saya.

Untuk mewujudkan impian saya, pada tahun 1986, saya memilih kuliah di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam  Institut Agama Islam Negeri (IAIN)  Ar-Raniry Banda Aceh. Pada mulanya saya ingin  kuliah di Jurusan Matematika, karena ingin jadi guru Matematika. Namun karena jurusan Matematika belum dibuka pada waktu itu, maka saya kuliah di jurusan TIA (Tadris Ilmu Alam). Saya menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana  pada tahun 1992.

Baru satu minggu saya menyelesaikan studi,  kepala Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah yang berada di dekat rumah saya menawarkan untuk mengajar pelajaran Matematika. Rasa bahagia menyelimuti relung hati saya, seakan impian untuk  jadi guru Matematika   akan terwujud. 

Inilah awal mula saya menjadi seorang guru, berbaur dengan peserta didik yang memiliki karakter yang berbeda. Apalagi  Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah ini adalah madrasah swasta yang menampung siswa dari kalangan manapun. 

Ternyata mengajar di sekolah swasta memberikan banyak tantangan, membutuhkan kesabaran. Mereka banyak yang merupakan siswa pindahan dari sekolah lain. Sikap mereka terkadang kasar kepada saya, apalagi saat mereka mengetahui bahwa saya adalah guru honor. Walaupun demikian, semangat saya untuk mengajar tak  pernah surut.  Di samping mengajar pelajaran Matematika, saya juga harus menanamkan pengajaran akhlak dan budi pekerti supaya sikap mereka menjadi baik.

Tahun 1996, saya mengikuti tes CPNS dan alhamdulillah saya lulus dan ditempatkan di Kabupaten Aceh Barat tepatnya di Madrasah Aliyah Negeri Kecamatan Teunom yang sekarang sudah menjadi Kabupaten Aceh Jaya. Mengingat kualifikasi pendidikan saya adalah Ilmu Pengetahuan Alam, maka saya minta diberikan pelajaran Biologi atau Fisika. Namun keinginan saya tersebut ditolak oleh guru yang ada di sana. Mereka memperlihatkan SK pengangkatan mereka yang tertera guru bidang studi Fisika dan Biologi, lain dengan  SK yang saya miliki yang tidak menyebutkan  bidang studi melainkan hanya tertulis guru IPA.  Dikarenakan saat itu belum ada guru Matematika, maka saya pun diminta untuk mengajar bidang studi tersebut dari kelas satu sampai kelas tiga. 

Tiga tahun mengabdi di rantau orang, saya teringat pada cita-cita saya saat sekolah dulu. Saya ingin jadi guru Matematika di madrasah di mana saya pernah menjadi siswa di sana. Keinginan untuk pulang ke kampung pun menyelimuti relung  hati. Hampir tiap malam saya berdoa memohon kepada Allah supaya keinginan saya terwujud.

Saya mulai mengajukan permohonan untuk dipindahkan tugas ke kampung halaman, mengingat saat itu sekolah almamater masih membutuhkan guru IPA. Dan alhamdulillah permohonan saya diterima. Pertengahan september 1999, saya mendapat SK pindah. Saya pulang kampung dan bertugas sebagai guru Matematika di Madrasah Aliyah Negeri Aceh Barat Daya sampai saat ini. 

Menjadi guru baru di kampung halaman sendiri tentu merupakan keistimewaan tersendiri bagi saya. Suka duka yang pernah saya alami di perantauan menjadi pengalaman yang berharga. Semua itu saya jadikan sebagai pelajaran dalam meniti karier sebagai guru di sekolah yang baru saya tempati. Saya merasa bahagia, cita-cita saya menjadi guru Matematika di sekolah saya sendiri akhirnya tercapai.

Menjalani profesi guru yang profesional bukan hal yang mudah,  guru harus bisa menjadi pendidik yang baik. Keberhasilan proses pendidikan  sangat tergantung pada seorang pendidik. Tugas mulia ini tidak boleh disia-siakan, karena tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa, menjadikan mereka sebagai hamba Allah yang bertaqwa, berilmu, dan berakhlak mulia adalah tugas guru .

Tujuan pendidikan saat ini harus menitikberatkan pada pendidikan karakter, mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa, mengembangkan kebiasaan berperilaku baik, menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab. Pendidikan karakter tersebut dapat diimplementasikan  dalam proses belajar mengajar melalui beberapa kegiatan keseharian di sekolah. Misalnya shalat berjamaah dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, KIR, Tahfidz Quran, Tilawatil Quran, dan lain sebagainya. Semua itu dapat membentuk karakter peserta didik. 

Jangan sia-siakan tugas mulia sebagai seorang pendidik. Di tangan pendidik lah generasi ini menjadi generasi yang handal, berpengetahuan tinggi, dan berakhlak mulia. Mereka lah yang akan menjadi generasi penerus agama dan bangsa di masa yang akan datang. (*)

 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK
Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan
Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca
Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Berita ini 14 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 20:45 WIB

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK

Minggu, 9 Juni 2024 - 20:59 WIB

Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan

Kamis, 16 Mei 2024 - 10:10 WIB

Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis