Apakah pendidikan di Indonesia sudah maju? Bila sebagian orang merasa pendidikan di Indonesia sudah maju, lantas mengapa masih banyak kondisi sarana dan prasarana sekolah yang kurang terawat? Mengapa pula generasi muda enggan mendedikasikan dirinya menjadi seorang guru untuk mendidik anak bangsa, termasuk mengajar di pelosok ?
Adapun kesenjangan yang timbul di pendidikan kita. Banyak kondisi sekolah yang pembangunan fisiknya mewah, tetapi ada pula sekolah yang sarana dan prasarana minim. Ada sekolah yang mempunyai guru-guru berstatus pegawai negeri dengan gaji dan tunjangan berlimpah, tetapi ada pula sekolah yang hanya memiliki guru berstatus honorer yang mengajar di pelosok dengan gaji se-ikhlasnya.
Pertanyaan di atas menjadi refleksi bersama untuk kita agar tidak apatis terhadap situasi pendidikan yang ada di Indonesia. Pasalnya, di balik kondisi tersebut masih ada sosok guru-guru sejati yang rela mengajar di pelosok alias mengabdikan diri untuk negeri demi peduli pada generasi bangsa.
Kali ini kami merangkum kisah seorang guru yang rela mendedikasikan dirinya tanpa henti di suatu wilayah yang penuh dengan keterbatasan.
Mengabdi dengan Keterbatasan Akses dan Sarana Prasarana
“Setiap kita menanam kebaikan, pasti kita akan mengunduh kebaikan tersebut”, demikian pesan dari Sri Handayani (53) seorang guru yang berasal dari Desa Jambon Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Saat ini ia mengajar di SD Dusun Wates Desa Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah.
Diketahui, SD tempat Sri mengajar merupakan SD yang jauh dari akses pembangunan. Sekolah yang terletak di Dusun Wates Desa Pojok itu memiliki sarana dan prasarana yang minim. Bangunannya sudah tua dan dindingnya terbuat dari kayu. Kini jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut ada 29 anak. Selain kondisi bangunannya yang memprihatinkan, kondisi jalan menuju SD pun mengenaskan.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya