Hasil lengkap asesmen nasional tahun 2021 sudah diumnumkan bersamaan dengan peluncuran Rapor Pendidikan, Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim memaparkan hasil Asesmen Nasional.
Laporan tersebut telah disampaikan dalam Merdeka Belajar Episode 19: Rapor Pendidikan Indonesia melalui laman YouTube resmi Kemendikbudristek. Asesmen Nasional merupakan program pengganti Ujian Nasional yang dilaksanakan pada tahun 2021 lalu.
Asesmen nasional ini tidak digunakan sebagai syarat kelulusan seperti ujian nasional, melainkan digunakan sebagai pemetaan mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.
Mutu sekolah tersebut dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran.
Penilaian yang dilakukan pada asesmen nasional ini dilakukan dengan tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Asesmen Nasional digunakan untuk mengetes kemampuan anak untuk berpikir kritis, bernalar dalam aspek literasi dan numerasi. Selain itu, Asesmen Nasional adalah asesmen dengan skala yang belum pernah terjadi di Indonesia. Penerapan Asesemen Nasional ini telah dilakukan pada lebih dari 259 ribu sekolah dengan lebih dari 3,1 juta guru dan 6,5 juta siswa. Penilaian ini dilakukan pada tingkat SD hingga SMA dan sederajat.
Untuk hasil Asesemen Nasional yang telah dilakukan pada tahun 2021 diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Asesmen Nasional menunjukkan terdapat isu kompetensi peserta didik di Indonesia. Tercatat 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi. Sedangkan dalam numerasi, tercatat 2 dari 3 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum.
Berdasarkan hasil tersebut maka kompetensi literasi dan numerasi siswa masih tergolong rendah. Kompetensi literasi dan numerasi yang rendah tersebut berpotensi berakibat buruk pada keberlangsungan masyarakat, seperti kesulitan untuk melanjutkan pendidikan, daya saing rendah, dan kesadaran rendah terhadap hoax.
Selain itu, ditemukan juga kesenjangan kompetensi antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Performa satuan pendidikan terbaik di salah satu kabupaten di luar Pulau Jawa setara dengan performa satuan pendidikan terburuk di salah satu kota di Pulau Jawa.
Sehingga dengan demikian perlu adanya usaha untuk menjembatani kesenjangan tersebut dan harus menjadi prioritas utama pemerintah dan stakeholder masyarakat dalam proses pemulihan pendidikan Indonesia.
2. Survei Karakter
Survei karakter digunakan untuk menilai sikap, nilai, dan kebiasaan peserta didik yang mencerminkan profil Pelajar Pancasila. Hal yang termasuk dalam profil Pelajar Pancasila tersebut adalah kemandirian, kebhinnekaan global, nalar kritis, kreativitas, gotong royong, beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Asesmen Nasional survei karakter ini menunjukkan bahwa seluruh sekolah yang dinilai memiliki skor Iman, taqwa, dan akhlak mulia serta kreativitas peserta didik yang tinggi. Namun, kemandirian dan kebhinnekaan global merupakan aspek yang relatif paling rendah.
Banyak dari siswa Indonesia yang tidak bisa memotivasi dirinya secara independen dan mungkin tidak diberikan cukup ruang otonomi di dalam dirinya. Selain itu sesuai dengan data dari Asesmen Nasional semakin baik karakter, maka semakin baik capaian literasi dan numerasi.
3. Survei Lingkungan Belajar
Survei Lingkungan Belajar digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, seperti kualitas pembelajaran, iklim keamanan, dan iklim kebhinekaan. Sayangnya, hasil Asesmen Nasional menunjukan angka kecenderungan perundungan dan kekerasan seksual dalam lingkungan pendidikan masih tinggi.
Tercatat 24,4% peserta didik berpotensi mengalami perundungan di satuan pendidikan. Sementara dalam ranah kekerasan seksual, 22,4% menjawab ‘Pernah’ pada pertanyaan survei yang menunjukkan potensi insiden kekerasan seksual.
Semakin pendidik atau kepala satuan pendidikan paham tentang konsep perundungan, semakin berkurang insiden yang terjadi. Potensi kekerasan seksual di satuan pendidikan lebih rendah pada satuan pendidikan yang memiliki program pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Hasil Asesmen Nasional tersebut telah diolah menjadi Rapor Pendidikan. Rapor hasil kerja sama empat unit Kemendikbud ini dapat diakses oleh guru, dinas pendidikan daerah, hingga publik. Rapor Pendidikan dapat diakses melalui laman raporpendidikan.kemdikbud.go.id/.
Tingkatkan Pengetahuan dan Kemampuan Guru Untuk Menjadi Pendidik Yang Hebat Dengan Mendaftarkan Diri Anda Sebagai Member e-Guru.id dan Dapatkan Berbagai Macam Pelatihan Gratis Serta Berbagai Bonus Lainnya. Daftar Sekarang dan Dapatkan Diskon 50%
Penulis : (EYN)