Tebar Inspirasi bagi Siswa dan Alumni
Ia merupakan sosok yang menjadi panutan siswa-siswi di sana. Keberadaanya dinanti-nanti sehingga banyak siswa dan alumni yang mencintainya. Kesabarannya menjadi daya pikat seorang guru yang layak diidolakan.
“Tugas baru saya jadi kepsek seperti manajemen sekolah, mutu guru, kualitasi lulusan, mengelola siswa dan mengaktifkan pembelajaran seputar inovasi. Alhamdulillah saat ini muridnya ada kenaikan jumlah,” tuturnya.
“Bagi saya bagaimana cara mengajar ke anak harus diatur senyaman-nyamannya, sehingga membuat mereka suka pada kita. Kita harus menguasai materi dengan kemasan manis, seperti nyanyi dan jangan sampai membuat murid terbebani. Kita harus menerima kemampuan anak yang beragam, yang terpenting karakter anak bisa menghormati dan menghargai itu lah yang utama,” sambungnya.
Menurutnya, kemampuan anak berbeda-beda. Ia tidak pernah bersikap galak kepada siswa karena kemampuan perkembangan diri mereka (siswa) tidak bisa disama ratakan. Oleh sebab itu, ia tak pernah menyalahkan anak bila tak sesuai ekspektasinya. Karena bagi dirinya, hal yang paling utama mendidik anak adalah perkembangan karakter.
Meneladani Ki Hadjar Dewantara, Damin menilai bahwa mendidik seperti memupuk tanaman. Guru selayaknya petani hanya bertugas merawat jenis tanaman tertentu yang menjadi analogi siswa. Tanaman itu dibiarkan hingga berkembang, ada yang tumbuh subur, berbuah cepat, atau gugur. Namun, tanaman yang ditanam tak akan berubah jenis. Seperti itulah proses mendidik siswa.
“Padi tak akan bisa jadi jagung. Tugas kita mendidik seperti memupuk dan merawat tanaman padi. Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangunkarso, Tut Wuri Handayani. Jadikan tiga semboyan itu pegangan. Intinya jangan keras pada anak, ambillah hatinya,” katanya.
Di tahun ini, pemerintah tengah menerapkan Kurikulum Merdeka. Hadirnya kurikulum baru tersebut membuat Damin tergerak untuk benar-benar memederkakan peserta didik di dunia pendidikan. Bahkan dirinya ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) sebagai instruktur Program Guru Penggerak. Hal ini menandakan bahwa dirinya harus menularkan kiat pembelajaran yang tepat untuk pendidikan di Indonesia.
Mengajar bidang studi Bahasa Inggris amat menantang. Kerap kali ia memotivasi siswa supaya tak pernah meninggalkan Bahasa Inggris karena menjadi bahasa internasional yang digunakan literatur mana pun. Demi meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, ia memfasilitasi mereka dengan les.
“Bahasa Inggris saya yakinkan ke mereka (siswa) akan menjadi bahasa penting. Coba lihat fitur handphone, istilah di mesin, dan literatur akademik, banyak kan Bahasa Inggris-nya? Kemudian saya juga membuka les untuk siswa yang ingin memperdalam materi Bahasa Inggris. Sejauh ini ada 50 siswa yang les dari SD, SMP, dan SMA,” sebutnya.
Halaman selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya