Bermain sebagai Metode Pembelajaran

- Editor

Sabtu, 27 Maret 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Metode Pembelajaran – Bermain adalah suatu kegiatan yang mengasyikkan. Melalui bermain dan berbagai permainan yang menyenangkan, anak dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual, dan spiritual. Sehingga aktivitas bermain ini bisa dijadikan sebuah pendekatan dalam pembelajaran anak.

Menurut Anthoni Robbins dan Trianto menyebutkan bahwa hakikatnya belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu baik melihat, mengamati, dan memahami sesuatu dengan berbagai metode sehingga akan melahirkan suatu kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan, dan memotivasi anak.

Sementara itu, bermain adalah kegiatan menyenangkan yang dilakukan oleh hampir seluruh manusia di muka bumi mulai dari bayi, usia dini, hingga usia lanjut.  Kegiatan bermain bisa dalam berbagai cara, berbagai jenis, dan dengan berbagai tujuan. Misalnya, orang dewasa biasa bermain catur sambil meronda, bermain Facebook setelah bekerja, dan bermain bulu tangkis saat libur kantor.

Bermain selalu identik dengan hal yang menyenangkan (pleasurable) dan menggembirakan (enjoyable). Secara fisik, bermain dipandang sebagai aktivitas menggerakkan badan. Contohnya, kegiatan berolahraga seperti tenis meja, bulu tangkis, dan lain-lain. Kita bisa melihat perilaku yang lepas dari mereka saat melakukan hal tersebut seperti berteriak, melompat, bersujud, atau bahkan berlari mengelilingi lapangan karena gembira.

Artinya, bermain dapat disimpulkan dapat menimbulkan kenikmatan, kesenangan, relaksasi, pelepasan energi, pengurangan ketegangan, serta ekspresi diri. Oleh sebab itu, bermain dalam proses pembelajaran pasti juga akan menyenangkan.

Belajar sambil bermain atau juga sering disebut joyful learning  merupakan strategi, konsep, dan praktik pembelajaran yang dapat dilakukan. Salah satu ciri pembelajaran sambil bermain adalah:  rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik,  membangkitnkan minat belajar, menimbulkan perasaan gembira, semangat, dan seterusnya.

Bermain dalam bentuk apapun baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tidak, dapat menunjang kreativitas. Itulah kenapa strategi belajar sambil bermain ini patut diterapkan.

Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal yang diungkap melalui tes intelegensi saja, akan tetapi anak juga memiliki sejumlah potensi kreatif yang berwujud dalam berbagai keterampilan dan kemampuan. Contohnya ketika menolong teman, tidak saling berebut dan bertengkar, kesediaan berbagi, melatih disiplin, berani mengambil keputusan, dan bertanggung jawab.

Tidak hanya itu, bermain juga dapat menjadi media untuk mengembangkan kemampuan berimajinasi dan bereksplorasi. Bermain yang digunakan sebagai metode dalam pembelajaran juga memungkinkan anak dapat langsung melakukan apa yang dipelajari. Tanpa perlu diceramahi, tiada prototipe, tanpa simulasi, atau tidak membaca teks tertulis, pembelajaran sambil bermain dapat memberikan hasil belajar yang paling tinggi.

Namun metode belajar sambil bermain perlu didesain dengan bagus. Kemudian langkah-langkah dalam penerapannya adalah dengan melakukan secara langsung, berbagi, mengalami, dapat mengaitkan dengan pengalaman nyata, dan dapat menerapkan dalam situasi berbeda.

Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan dasar anak karena jiwa, pikiran, hati, dan perasaannya dapat terproses baik disengaja maupun tidak. Selama proses tersebut, anak akan lebih banyak beraktivitas, berempati, berubah, berimajinasi, beruji coba, bertanya, berdebat, dan, berkesimpulan dalam proses.

Inti pembelajaran dengan konsep ini akan terekam dalam alam bawah sadar sehingga akan mudah bereaksi ketika berhadapan dengan momen tertentu yang sama atau hampir sama dengan pengalaman lama.

Ditulis oleh: Eko Muliadi, SE.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 492 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis