Buku Karya Seni
Yang terakhir adalah buku karya seni. Dari namanya, kita sudah bisa memahami bahwa buku ini sifatnya bebas. Dalam artian, tulisan tidak harus tentang pendidikan. Guru dapat menuangkan ide terkait cerita fiksi. Contohnya adalah antologi cerpen, novel solo, novelet, cerita bergambar, antologi puisi, naskah drama, dan masih banyak lagi.
Tentunya, ini sangat menguntungkan bagi guru-guru yang memiliki jiwa sastra dan seni. Guri bebas menulis apapun yang diraskan atau pernah dialami. Ide juga tidak terbatas sehingga pemikiran bisa lebih luwes.
Buku seni tersebut bisa berupa tulisan yang termuat dalam majalah, surat kabar, atau media massa apapun. Guru juga mengirimnya ke penerbit untuk dicetak dan ber-ISBN. Nantinya, karya akan tersebar ke masyarakat, baik tingkat desa, kota, provinsi, bahkan sampai skala nasional.
Untuk angka kredit, nilainya tergantung level tulisan, mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Level tersebut mendapat poin tersendiri. Jika tulisan cukup sederhana, maka angka kreditnya adalah 2,00. Namun, jika komoleks, maka nilainya adalah 4,00.
Tips Menulis Ragam Buku Kenaikan Pangkat
Dalam menulis ragam buku kenaikan pangkat, ada beberapa tips untuk guru. Hal ini akan sangat membantu para penulis menyelesaikan karya dengan hasil maksimal. Langsung, simak tips di bawah ini:
Tetapkan jenis karya
Karya tulisan terbagi menjadi dua, yaitu fiksi dan non-fiksi. Sebelum menulis lebih lanjut, guru harus menentukan terlebih dahulu jenis karya. Guru bisa menentukannya berdasarkan kemampuan dan daya imajinasi. Jika lebih condong ke hal-hal nyata, maka guru bisa menulis karya non-fiksi, begitu juga sebaliknya.
Masing-masing jenis karya memiliki kriteria tersendiri. Misalnya, guru menulis novel, maka jumlah maksimal kata adalah 40.000. Atau karya lain seperti antologi cerpen, setiap cerpen numlah katanya adalah 1000 – 2000 kata.
Dalam hal ini, guru harus benar-benar matang dalam memilih. Jangan sampai merasa kesulitan di tengah jalan. Ini justru membuat pokiran semakin kacau dan enggan menulis. Maka, sebaiknya, gali dulu potensi dan pikirkan apakah sanggup memenihi syaratnya.
Bagaimana dengan tulisan non-fiksi. Pada dasarnya, semua karya sama, yakni memiliki standar sendiri. Untuk kategori non-fiksi, jangkauannya pun sangat luas. Misalnya, guru bisa menulis tentang opini, analisa, hipotesa, dan lainnya. Dalam menulisnya, guru harus menyertakan data-data yang kredible.
Melakukan riset
Meskipun yang ditulis adalah karya fiksi, guru tetap membutuhkan riset. Kenapa? Karena cerita bisa saja cacat logika. Untuk menghindari ini, guru harus benar-benar memahami keadaan sekitar. Dengan begitu, hasilnya akan sangat bagus dan tidak mengundang kerancuan yang fatal.
Terlebih buku non-fiksi, riset harus benar-benar komprehensif. Ini karena yang tertuang dalam tulisan adalah sesuatu yang nyata. Penggunaan metode harus tepat, sampel dan populasi harus sesuai, data harus lengkap, dan masih banyak lagi.
Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya