Belajar Sabar atas Ujian dari Keluarga Nabi Ibrahim AS.

- Editor

Sabtu, 8 Januari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Iih Kusmana, S.Ag, MA

Siti Hajar, itulah nama seorang wanita sholehah yang taat dan berbakti kepada suaminya, Ibrahim AS. Setelah melahirkan, Siti Hajar dibawa pergi oleh Nabi Ibrahim AS ke suatu tempat yang asing, yaitu suatu lembah yang jauh dari kehidupan—tidak ada sawah, ladang atau kebun—yang terlihat hanyalah gunung–gunung batu dan lautan pasir. Siti Hajar dan putranya Ismail yang masih bayi, ditempatkan di tempat itu lalu ditinggalkan untuk waktu yang agak lama. 

Ibrahim berkata, ”Istriku, tinggal lah kau di sini!” 

Mendengar perkataan Nabi Ibrahim, Siti Hajar merasa heran dengan perasaan takut dan bimbang. Sebab terbayang bagaimana mungkin ia dan bayinya akan  tinggal di tempat yang  gersang dan tandus. 

Siti Hajar pun bertanya kepada Ibrahim, ”Hai Ibrahim, Engkau mau pergi ke mana lagi, Kau tinggalkan kami berdua di lembah  yang tidak ada seorang pun dan tidak ada sesuatupun.” 

Yang ditanya tidak menjawab, walaupun Siti Hajar telah beberapa kali bertanya. Sebab siapa yang tidak sayang dan siapa yang tega meninggalkan seorang istri dan seorang anak di tempat yang sangat sepi dan terpencil. 

Kemudian Siti Hajar bertanya kembali, ” Apakah Allah memerintahkan Engkau untuk ini

Ibrahim menjawab,   “Betul!”

Setelah Siti Hajar mendengar jawaban suaminya,   ia berkata: ”Jika demikian, Allah tidak akan membiarkan kami.” 

Nabi Ibrahim pun berlalu meninggalkan Hajar berdua di tempat yang gersang dan sepi.  Walaupun hati berat untuk meninggalkannya, tapi karena perintah Allah, walaupun berat rasanya, Ibrahim tetap sabar  untuk menjalani . 

Nabi Ibrahim yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang terhadap keluarganya  tapi tidak menjadi penghalang untuk melaksanakan perintah Allah  dengan penuh kesabaran. Ia pun berdo’a  meminta kepada Allah:

 ربنا انى اسكنت من دريتى بواد غير دى زرع عند بيتك المحرم      

Artinya:  ”Ya, Tuhan kami  sesungguhnya aku telah  menempatkan keluargaku  di suatu lembah yang tidak ada tumbuhan di dekat  rumahmu (Baitullah) yang penuh dengan kehormatan   ( QS. Ibrahim: 37).

Waktu terus berlalu, malam berganti siang, siang berganti  malam, persediaan makanan dan minuman pun semakin menipis dan akhirnya habis. Tak ada tempat untuk mengadu  dan tak ada orang untuk dimintai pertolongan. Ismail pun menangis karena kehausan.  

Hajar pun pergi untuk mencari air. Dia berlari antara bukit Sofa dan Marwa tapi air tak kunjung ditemukan. Badan semakin lelah tubuh semakin letih.  Dalam keadaan yang demikian, otak (IQ) tidak melihat harapan dan seakan sirna, emosi (EQ) musnah seakan tidak bisa lagi melihat peluang. Tapi ada satu yang ia yakini secercah harapan  yang memancar dari dalam jiwanya  yaitu Nur Ilahi. 

Allah sayang atas makhluk-Nya yang sabar.  Air pun muncul tak jauh dari tempat Hajar dan Ismail tinggal,  memancar dan tak pernah terhenti sampai sekarang itulah yang sekarang dikenal dengan sumur Zam-zam.

Dengan adanya air tersebut, orang-orang pada datang, kabilah terus bertambah dan terus bertambah sehingga terbentuk menjadi sebuah komunitas masyarakat yang saling tolong menolong dengan sesamanya.

Siti Hajar dan Ismail pun terjamin hidupnya dan tak pernah kekurangan. Ternyata Allah  tidak akan memerintahkan kepada hamba-Nya kepada hal-hal yang berbahaya, asal betul-betul melaksanakan kewajibannya .

Begitupun Nabi Ibrahim ketika datang perintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail, maka terjadilah kontraksi antara sifat kebapakan dan perintah Allah. Ketika akal seolah–olah berhenti berpikir, perasaan kemanusiaan ditekan kuat-kuat, maka yang ada hanya ketaatan dan kesiapan melaksanakan perintah Allah. Apapun risikonya yang akan terjadi  di kemudian hari  tetapi keyakinan dan kepercayaan nabi Ibrahim pada Allah lebih besar.  Dia yakin bawa Allah lebih sayang kepada hamba-Nya dan Allah tidak akan memerintahkan kepada hamba-Nya kecuali demi keuntungan hamba itu sendiri.

Dengan penuh kesabaran, Ismail pun dibawa ke suatu tempat. Setan datang kepada Siti Hajar dengan memberitahukan kepadanya  bahwa anaknya akan dibunuh oleh Ibrahim. Namun Haja menjawab, ”Tidak mungkin, sebab ayahnya juga sayang terhadap anaknya.” 

Setan berkata, ”Dia (Ibrahim) diperintah oleh Allah.” 

Hajar menjawab, ”Allah lebih sayang kepadanya daripada kedua orang tuanya.”

Sampailah pada tempat yang dituju, Nabi Ibrahim berkata pada anaknya, Ismail,  bahwa dia mendapat wahyu dalam mimpi  harus menyembelih Ismail—seorang pemuda yang tentunya masih banyak harapan dan kemauan layaknya seorang pemuda. Tetapi dengan kesabaran dan rasa baktinya kepada orang tua dia berkata, “Hai, Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, InsyaAllah Engkau akan mendapatiku  termasuk orang–orang yang sabar .” ( QS. Al Shaffat: 102) 

Berkat kesabaran seorang ayah dan anak, Ismail tidak jadi disembelih sebab itu merupakan ujian dari Allah. Allah menggantinya dengan seekor domba.

Dari kisah di atas dapat kita ambil beberapa pelajaran  (ibrah) yang esensinya antara lain : 

1. Al-Inqiyad  (ketundukan) 

Ketundukan dan ketaatan atas amr (perintah) sang Khalik dapat menemukan Nur (cahaya) dan jati dirinya yaitu Ruh Ilahiyah sehingga dapat merasakan suatu martabat dan derajat, menjauhi kehinaan, mengenali kesucian diri, sosial serta etis sebagaimana  yang dialami keluarga Nabi Ibrahim. Ketundukan kepada perintah Allah juga dapat menegasikan segala macam  sifat-sifat syaithoniyah dan sifat–sifat di dalam jiwa.

2. Tajallud (menahan diri)  

Tajallud mengandung isyarat kebal serta kuatnya jiwa dengan sengaja untuk menahan segala musibah yang menimpa pada diri sendiri agar terlepas dari bencana di dunia masa kini dan mendatang. 

Dengan kata tahan diri bukan berarti segala musibah dan kelaraan jiwa sirna begitu saja tapi semua yang menimpa terhadap dirinya tidak berpengaruh terhap jiwa karena seluruh kepedihan dan kelaraan tidak akan terasa sebab perasaan tidak konsen terhadap musibah, tidak tunduk terhadap hayalan tetapi kembali ingat akan takdir Ilahi dan menerima keputusan yang Maha Kuasa. 

3. Shabar (menerima dan ridha)

Menerima dan ridha artinya menerima kepada qadar dan ukuran dari Allah sebab manusia diwujudkan dan diatur oleh Allah serta yakin bahwa Allah adalah Yang Maha Pengasih walaupun berbagai musibah datang,  tetapi hakikatnya sangat dalam  yaitu kasih sayang Allah yang tersimpan di dalamnya .

Berkat ketundukan, Nabi Ibrahim dan  Siti Hajar serta kesabaran  Nabi Ismail  menempatkan  mereka menjadi kesatria–kesatria pilihan yang langkah dan perjuangannya  diabadikan Allah sampai akhir zaman. Oleh karena itu dapat dijadikan sebagai suatu referensi yang terkodifikasi dengan rapi yang bersifat transendental yang harus ditransformasikan menjadi moralitas dan spiritualitas masyarakat, yaitu dengan mengkonstruksi realitas sekaligus memberikan motivasi  etis dan teologis melalui aksi aktual historis education (Pendidikan Sejarah). 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 28 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru