Disusun Juli Sugianingsih, S.Pd.
Kepala Sekolah SDN 02 Madiun Lor Kota Madiun
Di era teknologi yang semakin maju, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah mengalami perkembangan pesat dan mulai memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu perdebatan yang muncul adalah apakah kehadiran sosok guru dalam proses pembelajaran dapat digantikan oleh kecerdasan buatan tersebut.
Sosok guru selama ini memiliki peran sentral dalam mendidik dan membimbing siswa. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan akademik, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, etika, dan nilai-nilai moral kepada siswa.
Guru juga dinilai dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam melalui interaksi langsung, memberikan umpan balik yang personal, serta memahami kebutuhan dan kemampuan individu siswa.
Namun, dengan kemajuan teknologi AI, beberapa pihak berpendapat bahwa kecerdasan buatan dapat menggantikan peran guru dalam beberapa aspek pembelajaran. Sistem AI dapat diprogram untuk memberikan materi pembelajaran secara interaktif, memberikan penjelasan yang jelas dan detail, serta memantau kemajuan individu siswa secara real-time.
Selain itu, AI juga dapat menganalisis data dan memberikan rekomendasi yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa.
Pernyataan di atas tentunya menjadi satu ancaman yang menjadi dilema bagi kita kaum guru pada umumnya. Di sisi lain kita memiliki kewajiban untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi serta tidak bersikap apriori terhadap kemajuan teknologi, namun di sisi lain kehadiran kemajuan teknologi lambat laun mempersempit ruang gerak kita sebagai guru.
Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan beberapa aspek penting sebelum menyimpulkan apakah sosok guru dapat sepenuhnya digantikan oleh kecerdasan buatan.
Pertama, keberadaan sosok guru memberikan aspek kemanusiaan yang tak ternilai harganya. Guru tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai sosok inspiratif dan pemimpin bagi siswa. Kemampuan guru untuk mengenali emosi siswa, memberikan dorongan, dan membantu dalam pengembangan karakter tidak dapat dengan mudah digantikan oleh AI.
Selain itu, keberadaan sosok guru memungkinkan interaksi sosial yang penting dalam proses pembelajaran. Melalui diskusi kelas, kolaborasi, dan kerjasama dalam tim, siswa dapat mengembangkan keterampilan komunikasi, negosiasi, dan kerjasama yang tidak dapat dipelajari secara efektif melalui AI.
Terakhir, perlu diingat bahwa kemampuan AI saat ini masih terbatas dan belum dapat sepenuhnya menggantikan kompleksitas interaksi dan pemahaman manusia. Meskipun AI dapat memberikan solusi yang efisien dalam beberapa aspek pembelajaran, tetapi pengambilan keputusan yang kompleks, kreativitas, dan kepekaan terhadap konteks sosial masih menjadi domain khusus manusia.
Nah, masihkah kita sebagai guru merasa gamang dengan kecanggihan kecerdasan buatan ini, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan AI tidak seluruhnya dapat menggantikan keberadaan guru karena bagaimanapun AI adalah sebuah sarana yang tidak mungkin dapat mengajarkan serta mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh termasuk pula pada proses pembentukan karakter, menjalin kolaborasi, dan lain sebagainya. AI tidak mungkin bisa menyentuh siswa secara emosional seperti layaknya seorang guru.
Lalu, bagaimanakah sikap kita sebagai guru dengan keberadaan AI atau kecerdasan buatan yang sekarang ini sedang tren di dalam dunia pendidikan. Hal tersebut tentunya menuai berbagai macam jawaban dengan berbagai alasan.
Beberapa guru mungkin sangat antusias dengan kemajuan teknologi AI dan melihat potensi positifnya dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas pembelajaran. Mereka dapat melihat AI sebagai alat yang dapat membantu meningkatkan pengalaman belajar siswa dan membantu mereka mencapai potensi maksimal.
Sebagian guru mungkin memiliki sikap terbuka terhadap kecerdasan buatan. Mereka menerima dan mengakui manfaat yang ditawarkan oleh AI dalam konteks pendidikan. Namun, mereka juga sadar akan batas-batas dan keterbatasan AI, dan tetap mempertahankan peran guru sebagai pendidik yang esensial dalam pembelajaran.
Guru yang lain mungkin memiliki sikap kritis terhadap kecerdasan buatan dan akan mengevaluasi secara teliti kelebihan dan kekurangan teknologi tersebut dalam konteks pembelajaran. Mereka mungkin ingin memahami bagaimana AI dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan proses pembelajaran, tetapi juga memiliki kehati-hatian dalam mengandalkan sepenuhnya pada AI dan menjaga keseimbangan antara teknologi dan interaksi manusia.
Dan mungkin juga sebagian guru mungkin memiliki sikap penolakan terhadap kecerdasan buatan. Mereka merasa bahwa AI mengancam profesi mereka dan mempertanyakan keberlanjutan peran guru di masa depan. Sikap ini bisa muncul dari ketidakpahaman atau rasa tidak nyaman terhadap perubahan teknologi yang cepat.
Penting untuk diingat bahwa sikap guru terhadap kecerdasan buatan dapat berkembang seiring dengan pemahaman dan pengalaman mereka dengan teknologi tersebut. Adopsi AI dalam pendidikan harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan kebutuhan siswa serta peran guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang holistik. Demikian sikap bijak yang seharusnya dimiliki dan ditunjukkan oleh seorang guru .
Perlu diketahui berikut adalah beberapa cara penerapan AI yang dapat membangkitkan nilai-nilai positif siswa:
1. Personalisasi Pembelajaran
AI dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa. Dengan informasi ini, guru dapat menggunakan AI untuk menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa, memungkinkan mereka untuk belajar dengan cara yang paling efektif. Personalisasi pembelajaran ini membantu meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa, serta membantu mereka mengenali dan menghargai perbedaan individual.
2. Umpan Balik yang Personal
AI juga dapat memberikan umpan balik yang personal kepada siswa berdasarkan prestasi mereka dalam tugas atau ujian. Sistem AI dapat menganalisis jawaban siswa dan memberikan umpan balik secara instan, membantu mereka memahami kesalahan dan memperbaiki pemahaman mereka. Dengan umpan balik yang personal dan segera, siswa dapat merasa didukung dan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerja mereka.
3. Pemantauan Kemajuan Siswa
AI dapat digunakan untuk memantau kemajuan siswa secara real-time. Guru dapat menggunakan AI untuk mengidentifikasi area di mana siswa mengalami kesulitan atau kebutuhan tambahan, dan menyediakan bantuan yang diperlukan. Dengan pemantauan yang cermat, guru dapat memberikan dukungan yang lebih tepat waktu dan efektif, membantu siswa mengatasi tantangan dan membangun rasa percaya diri.
4. Kolaborasi dan Pembelajaran Aktif
AI dapat digunakan untuk memfasilitasi kolaborasi dan pembelajaran aktif antara siswa. Misalnya, AI dapat menyediakan platform virtual untuk siswa bekerja sama dalam proyek-proyek, berbagi ide, dan memberikan umpan balik satu sama lain. Hal ini mendorong nilai-nilai seperti kerjasama, komunikasi, dan menghargai perspektif orang lain.
5. Pengembangan Keterampilan Kritis dan Kreatif
AI dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan kritis dan kreatif melalui tugas-tugas yang menantang. Misalnya, AI dapat digunakan dalam aktivitas pemecahan masalah, simulasi, atau pengolahan data yang membutuhkan analisis mendalam dan pemikiran kreatif. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, inovasi, dan keberanian dalam mencari solusi baru.
Penting untuk dicatat bahwa penerapan AI dalam pembelajaran holistik harus tetap diintegrasikan dengan peran guru. Guru tetap menjadi fasilitator, mengarahkan, dan menginspirasi siswa dalam mengembangkan nilai-nilai positif seperti empati, etika, kerjasama, dan keadilan. AI hanyalah alat bantu yang dapat memperkaya pengalaman pembelajaran siswa, tetapi tetap memerlukan peran dan sosok seorang guru untuk mengendalikan semuanya agar siswa atau peserta didik tidak salah jalan. Demikian uraian singkat tentang sosok guru dan peran AI atau kecerdasan buatan dalam kacamata pembelajaran siswa .
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Penulis : Juli Sugianingsih, S.Pd.
Editor : Moh. Haris Suhud, S.S.