Apa Yang Berubah pada Wajah Pendidikan Akibat Pandemi Covid-19?

- Editor

Senin, 22 Maret 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banyak hal yang berubah pada wajah pendidikan Indonesia akibat pandemi Covid-19. Bagaimana proses belajar siswa, bagaimana guru harus mengajar, dan bagaimana orang tua seharusnya memandang pendidikan, semuanya tidak lagi sama.

Covid-19 merupakan penyakit menular yang yang sangat mematikan . Penyakit ini disebabkan oleh sindrom pernapasan akut dengan gejala umum demam, batuk, sesak napas. Dan ada juga yang mengalami nyeri otot, diare, sakit tenggorokan, kehilangan bau, bahkan sakit perut.

Untuk mengatasi penyakit mematikan ini pemerintah membuat kebijakan memberlakukan saran Stay at Home (tinggal di rumah ) dan Work from Home (bekerja dari Rumah) sebagai upaya memutus rantai penularan pandemi Covid-19 agar tidak banyak orang yang berujung pada kematian.

Dampak pandemi juga berpengaruh kepada dunia pendidikan. Kementrian Pendidikan di Indonesia menerapkan kebijakan meliburkan sekolah dan mengganti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Kebijakan tersebut tertuang dalam beberapa surat edaran terkait pencegahan dan penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud.

Perubahan karena Pembelajaran Daring

Diberlakukannya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring), memunculkan berbagai masalah baru yang harus dihadapi guru. Pasalnya, tidak semua guru bisa menjalankan teknologi dengan baik.

Pada suatu ketika saat saya memandu jalannya pembelajaran melalui daring dari sekolah, ada rekan guru yang terkendala dalam mengoperasikan media teknologi seperti Google Form, Zoom. Dengan kendala yang dihadapi tersebut berakibat guru jadi tidak bersemangat dalam memberikan pembelajaran secara daring.

Umumnya pembelajaran daring dilakukan dengan hanya sebatas memberi pembelajaran melalui chat di WhatsApp.  Hal tersebut berpengaruh pada etos kerja guru karena pembelajaran menjadi monoton, tidak seperti saat pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka.

Sementara itu dari sisi anak sebagai peserta didik pembelajaran via daring ini berpengaruh menjadikan mereka tidak bersemangat dalam belajar. Apalagi jika pembelajaran yang diberikan guru tidak bervariasi. Seiring berjalannya waktu anak menjadi malas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Bahkan banyak yang tidak menyerahkan tugas yang diberikan pada waktu yang sudah ditetapkan.

Perubahan Positif

Perubahan wajah pendidikan yang terjadi saat pandemi menyebabkan pola kehidupan manusia berubah. Meskipun terdapat banyak dampak negatif,  namun ada juga hal positif yang muncul.

Di saat seperti ini,  seorang guru dituntut untuk lebih mengasah kemampuannya dalam mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.  Di masa pandemi seperti sekarang guru dituntut bisa memanfaatkan media pembelajaran kreatif agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.  Maka guru wajib belajar  bagaimana cara menggunakan media pembelajaran alternatif berupa Google Meet, Zoom, Power Point, Google Form, Google Classroom, Duo dan lain sebagainya.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan literasi teknologi, diantaranya melalui pelatihan pelatihan online tentang cara mengaplikasikan media digital. Semakin sering berlatih, lama-lama  guru akan terbiasa dan menguasai keterampilan baru. Itulah segi positifnya.

Sudut Pandang pada Pendidikan Perlu Berubah

Kebanyakan orang masih beranggapan bahwa sekolahan merupakan satu-satunya sumber mencari ilmu.  Sehingga sistem sekolah masih menjadi pilihan utama. Sementara itu belajar secara mandiri merupakan sebuah hal yang tidak lumrah, tidak bernilai, karena tidak mendapat ijazah sebagai bentuk pengakuan menuntaskan studi.  Padahal banyak orang yang berhasil tanpa memiliki ijazah sekolah tinggi.

Sebut saja Attamimi Halilintar yang dikenal dengan nama Atta Halilintar, seorang youtuber pertama di Asia Pasifik yang penghasilannya mencapai 23 miliar per bulan. Atta merupakan orang yang tidak mengenyam pendidikan formal, karena SMA saja tidak lulus. Tetapi dengan keinginan yang kuat dan pendampingan orangtua dalam mengembangkan potensi diri, akhirnya dia berhasil membuka lapangan kerja untuk  banyak orang.

Atas dasar itu, kita perlu menyadari bahwa pendidikan bukan hanya di sekolah. Justru saat anak berada di rumah mereka dapat menggali potensi dirinya. Kompetensi yang dimiliki orang tua diwariskan kepada anak. Orang tua dapat membekali anak-anaknya keterampilan hidup yang kelak berguna bagi masa depannya. Misalnya, jika orang tua adalah seorang petani, orang tua tersebut dapat mengajari anaknya bagaimana cara mencangkok tanaman sehingga tanaman tersebut menghasilkan.

Jika ibunya hobi membuat masakan, ibu tersebut dapat mengajari anaknya bagaimana memasak makanan yang lezat. Di sinilah orangtua berperan sebagai fasilitator keperluan anak, baik kompetensi maupun sarana.

Perlu diingat pembelajaran yang berlangsung di rumah tidak dibatasi waktu dan kehadiran. Yang lebih penting adalah hal tersebut dapat menyenangkan bagi anak sehingga dapat terpatri di lubuk hati anak dan akan sangat bermanfaat saat anak dewasa. Inilah pendidikan dan pembelajaran sesungguhnya, karena hakikat pendidikan seharusnya mengajarkan apa yang dibutuhkan  oleh anak itu sendiri. Situasi ini merupakan pembelajaran diri yang sebenarnya.

Apalagi jika orangtua menyadari betapa pentingnya memberikan pendampingan dan fasilitas saat anak-anak belajar di rumah. Sehingga dalam diri anak akan tumbuh pengakuan tentang dirinya, berusaha dengan percaya diri menemukan dirinya, bertanggung jawab, terhadap diri dan lingkungannya.  

Tentunya hal seperti itu sangat bernilai. Pada akhirnya anak akan mengetahui apa yang dia butuhkan untuk belajar, apa yang dia inginkan, dia ingin pelajari, mengenal kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, serta tahu hal yang sebaiknya dikembangkan. Akhirnya dengan peran serta orang tua dalam mendampingi anak-anak belajar dapat mengajarkan anak memahami tentang sebuah kesuksesan .

Mulai saat ini mari persiapkan diri kita mengubah cara pandang tentang pendidikan agar kita dapat menghadapi tantangan apapun yang akan datang pada hidup kita di kemudian hari.

*Ditulis oleh : Sri Sundari Muljani,S.Pd,M.Pd

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru