Mia Liliawati, pernah merasa menyesal ketika sudah terjun sebagai guru. Sebab, cita-citanya selagi masih muda adalah ingin bekerja di perbankan. Tapi takdir berkata lain, ia harus terus meniti profesi guru hingga saat ini. Dan akhirnya, prestasi demi prestasi dapat diraih oleh guru kelahiran 1992 tersebut yang saat ini mengajar di SMA Islam Al Azhar 14 Semarang.
Mia Liliawati lahir di Kota Magelang. Ia sempat tinggal di Riau untuk beberapa saat. Kemudian ketika menginjak Kelas 4 Sekolah Dasar (SD), tinggal di Wonosobo hingga lulus dari SMPN 1 Wonosobo.
Menginjak bangku SMA, ia melanjutkan studi di SMKN 2 Magelang Jurusan Akuntansi. Menginjak babak ini, perempuan yang memiliki hobi menari tersebut tidak pernah memiliki keinginan menjadi guru sekalipun.
“Saya rasa, guru adalah pekerjaan yang tidak bergengsi. Pada saat itu bekerja di bank dan sejenisnya adalah profesi yang lebih prestisius,” kenangnya.
Setelah lulus dari sekolah menengah atas, ia masuk di Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Itu atas saran dari kakak yang bertanggung jawab atas biaya selama ia kuliah.
Ketika menjadi mahasiswa, Mia Liliawati memiliki kesempatan mengikuti PPL antar bangsa di Malaysia. Dan ketika kelulusan kuliah, nama Mia Liliawati dinobatkan sebagai wisudawan terbaik UNNES.
Perempuan berzodiak Gemini tersebut mengira kehidupan pasca lulus kuliah akan lebih menyenangkan, berjalan lancar tanpa hambatan. Tapi faktanya, ia harus bertarung dengan masa depan yang dipenuhi misteri.
“Ketika diwawancarai pada saat itu, saya menjawab, setelah lulus hanya ingin menikah, jawaban yang sebetulnya adalah sebuah kesombongan, ujarnya.
Kehidupan nyata setelah menempuh pendidikan di perguruan tinggi pun dimulai. Cobaan hidup yang bertubi-tubi memberikan pelajaran. Setelah lulus kuliah, ia sempat dilema karena pada saat yang sama harus memilih antara bekerja di Bank BCA penempatan Jakarta atau mengajar di SMA Al Azhar 14.
Kakaknya tidak mengizinkannya untuk bekerja di Jakarta dengan alasan risiko pergaulan bebas. Dan akhirnya ia memilih menjadi guru di SMA AL Azhar.
“Awal menjadi guru, penyesalan demi penyesalan saya alami, fresh graduate yang mendambakan gaji tinggi dengan idealismenya, harus menelan nasib mendapat gaji yang bisa dikatakan “ngepres” kala itu,” kisah guru yang akrab disapa Bu Mia tersebut.
Tapi akhirnya ia tersadar bahwa menjadi guru adalah takdir terbaik yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
“Bekerja menjadi guru mungkin tidak memberikan saya bergelimang materi, namun lebih dari itu, perjalanan hidup saya memberi banyak pelajaran untuk mengikis kesombongan dan keangkuhan yang saya miliki; tentang menang dan merasa paling baik, tentang kebahagiaan yang terletak pada nilai dan bukan hanya sekadar kuantitas belaka. Saya mulai nyaman menjalani hidup dengan menerima dan menjalani, dan mengoptimalkan segala yang tersedia,” paparnya.
Ketika hatinya sudah legowo menjalani profesi menjadi guru, ia pun berusaha menjadi pendidik terbaik yang dapat memberikan kontribusi. Sejauh ini, ia pernah tercatat sebagai penulis soal nasional yang diselenggarakan oleh Pusmenjar. Selain itu, ia pernah meraih Juara 2 Lomba Video Pembelajaran Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia.
Aktivitas sehari-sehari Mia Liliawati selain mengajar adalah mengikuti berbagai kegiatan peningkatan kompetensi, berbagi praktik baik, dan menjadi narasumber dalam beberapa pelatihan. Bersama e-Guru.id, guru yang saat ini tinggal di daerah Semarang ini pernah mengisi pelatihan terkait pembuatan bahan ajar dan program sekolah yang menyenangkan.
Untuk mengikuti pelatihan online di e-Guru.id, Anda dapat mencari informasi lebih lanjut melalui kanal Telegram Guru Era Digital pada link ini. Anda juga bisa bergabung sebagai member agar bisa mengikuti pelatihan setiap bulan secara gratis.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud