Yayuk Setya Purwaningsih diketahui memiliki otak yang cerdas sejak masih menjadi pelajar. Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia sering mengajari rekan sejawatnya terkait pelajaran yang belum mereka pahami. Wajar apabila perempuan kelahiran 1972 ini akhirnya menjadi seorang guru yang memiliki tugas utama mengajari anak didiknya.
“Sejak SMP, saya sudah suka memberi les teman-teman yang kaya tetapi kurang paham pelajaran,” ungkapnya.
Meskipun terbilang anak pintar, namun hidup Yayuk Setya Purwaningsih tak selalu mudah, terlebih di bidang pendidikan. Setelah SMA, ia tidak bisa langsung kuliah karena ayahnya belum punya biaya. Sehingga hal tersebut memaksanya harus bekerja untuk mengisi hari-harinya.
“Saya bekerja di PMI dan transfusi darah selama 3 tahun. Dan kemudian ketika ayah sudah punya biaya, saya disuruh kuliah di Universitas Merdeka Madiun jurusan Teknik Sipil.”
Selama kuliah, ia sudah tidak bekerja lagi di bagian transfusi darah di Magetan karena letaknya jauh dari kampus. Untuk menambah uang jajan, ia bekerja membantu mengerjakan tugas untuk teman-teman yang berduit dan mencari uang dengan cara berjualan aksesoris keliling.
“Saya harus tetap bekerja karena ayah hanya mampu membayar uang kuliah, sedangkan biaya hidup dan kos, saya harus mencari sendiri.”
Pada tahun 1998, sebulan sebelum wisuda, ia mulai terjun ke dunia pendidikan. Saat itu ia ditawari untuk menjadi guru di dua SMK sekaligus, pertama sebagai guru gambar dan kedua sebagai guru Fisika. Selain itu, ia juga diberi kesempatan mengajar di SMP sebagai guru Bahasa Inggris.
Setelah memiliki pengalaman mengajar tersebut, pada tahun 2000, ia melamar menjadi guru di SMKN 1 Madiun sebagai guru honorer. Dua tahun setelah itu, ia menempuh pendidikan lagi untuk mengambil Akta IV di Universitas Widya Mandala.
Ketika proses pendidikan tersebut belum selesai, guru yang akrab disapa dengan Bu Yayuk tersebut mengikuti seleksi CPNS. Dan akhirnya menjadi PNS di SMKN 1 Madiun.
Sampai di sini kehidupan Bu Yayuk mulai menemukan titik terang dan banyak diberikan kemudahan. Bahkan di tahun 2016, ia mendapat beasiswa untuk kuliah S2 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia pun mengambil kesempatan itu dan dapat menyelesaikannya hanya sekitar 1,5 tahun.
Sebagai guru di bidang teknik sipil, guru yang tinggal di kawasan Maospati Magetan ini beberapa kali sukses mengantarkan anak didiknya memenangi perlombaan, di antaranya adalah Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat SMA/SMK di Kota Madiun.
Untuk terus mengembangkan diri sebagai guru, Yayuk Setya Purwaningsih sering mengikuti pelatihan online yang diselenggarakan oleh e-Guru.id, platform penyelenggara pelatihan online untuk para guru. Pelatihan yang paling diminati oleh ibu tiga anak tersebut adalah tentang penulisan. Alhasil, kini ia mampu menulis sejumlah buku antologi di antaranya berjudul Sabda Guru dan Mengajar di Tengah Pandemi.