Oleh Heni Nurani
Guru di SMAN 5 Garut
Kalau kita menelisik ke belakang untuk mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan dalam dunia pendidikan selama tahun 2022 tentu banyak sekali suka-dukanya. Hal yang membanggakan dari dunia pendidikan kita yaitu; lambat laun dunia pendidikan kita, seiring perkembangan zaman dan teknologi, mulai bertransformasi berbasis digital online.
Di kota-kota besar, sarana dan prasarana pendidikan pun semakin canggih. Hal itu dapat dilihat dari arsitektur bangunan, gaya hidup di lingkungan sekolah yang modern mulai dari tingkat terendah PAUD, SMP hingga menengah atas. Sehingga sekolah bisa menjadi rumah kedua bagi para guru dan para siswanya. Mereka merasa betah dengan fasilitas yang memadai untuk menunjang proses belajar mengajar.
Sekarang terdapat program terbaru berkaitan dengan pengrekrutan pegawai negeri dari pemerintah dengan sistem tenaga pendidik dengan perjanjian kontrak atau yang umum dikenal PPPK. Juga semakin dipermudah pula pengrekrutan guru profesional melalui program PPG. Apalagi ada peningkatan kesejahteraan bagi guru PNS. Selain mendapat tunjangan sertifikasi, mereka pun memperoleh tunjangan yang lainnya.
Bukan saja guru yang merasakan hal demikian, para siswa pun dapat merasakan hal yang sama. Kini para siswa diberikan bantuan dari pemerintah melalui PKH, PPIP, dan juga bantuan yang lainnya yang berasal dari sekolahnya sendiri untuk siswa berprestasi atau siswa yang tidak mampu.
Tetapi sebetulnya yang terjadi pada dunia pendidikan kita di Indonesia ini, nyatanya tak seluruhnya indah. Faktanya, kualitas pendidikan kita jauh tertinggal dibandingkan pendidikan di luar negeri yang betul-betul memperhatikan sistem pendidikan secara menyeluruh. Sementara itu, di Indonesia mutu sistem pendidikan baik seperti yang telah disebutkan di atas hanya dapat dirasakan oleh sebagian kecil pihak. Masih banyak problematika yang terjadi pada dunia pendidikan kita.
Sistem pendidikan kita memang mengalami kemajuan karena adanya sistem digitalisasi. Sehingga membuat kita bisa mudah mengakses materi pelajaran kapanpun dan di manapun. Tetapi bagi sebagian siswa dan orang tua, justru hal itu bisa menjadi kendala karena tidak semua mempunyai telepon seluler. Ada sebagian yang beranggapan lebih baik menggunakan uang yang dimiliki untuk digunakan membeli beras daripada untuk membelikan telepon seluler atau kuota untuk keperluan belajar anaknya.
Ditambah lagi akses internet yang tidak stabil karena letak geografis siswa. Sehingga selama dua tahun kebelakang ketika ada penyebaran Covid-19, para siswa tidak bisa belajar daring dari rumah dengan baik. Mereka tidak bisa melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menjadikan para siswa menjadi bosan dan akhirnya mereka tidak mau melaksanakan pembelajaran. Dampaknya dapat kita rasakan pada tahun 2022. Para siswa mengalami loss learning pada hal akademik dan non akademik.
Bantuan dari pemerintah berupa kuota pun tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut apalagi ketika sebagian siswa tidak mempunyai telepon seluler. Sedangkan bantuan kesejahteraan dari pemerintah yang berupa PKH ataupun PIP pada kenyataannya di masyarakat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Bantuan tersebut sering kali tidak merata dan peruntukannya pun tidak sesuai. Kadang yang pemerintah bantu justru bukan siswa yang betul-betul membutuhkan uluran tangan.
Masalah sarana dan prasarana pendidikan di kota mungkin sudah memadai tetapi untuk sekolah yang berada di pedalaman atau desa masih banyak sekolah-sekolah yang tidak layak untuk dijadikan tempat pembelajaran.
Perekrutan guru pun banyak menuai kontroversi karena pemerintah lebih memperhatikan tenaga pendidik muda yang belum berpengalaman dibandingkan guru usia tua yang sudah banyak pengalamannya. Banyak yang mengatakan bahwa program PPPK ini sedikit mengobati kekecewaan sebagian guru, namun program PPPK ini dianggap masih mentah. Sehingga perekrutan PPPK banyak mengalami hambatan-hambatan yang hingga kini masalahnya tak kunjung selesai. Masih banyak tenaga pendidik honorer yang tidak terjaring sehingga para tenaga honorer tersebut merasa was-was. Apalagi pemerintah berencana akan menghapus tenaga honorer di masa yang akan datang.
Untuk program PPG, kini memang semakin dipermudah tetapi proses pembelajarannya melalui online bukan aksi nyata seperti dulu. Mungkin hal ini menjadi langkah penghematan untuk pemerintah.
Ada guru honorer yang mengajar di sekolah dasar, setiap bulannya hanya menghasilkan Rp 300.000 rupiah. Padahal ia guru kelas yang harus setiap hari mengajar. Nominal tersebut tentu tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi kita hidup pada zaman yang serba modern seperti ini. Para guru harus terlihat cantik atau tampan, luwes tidak boleh kucel karena guru merupakan “selebritis” di mana penggemarnya adalah para siswa dan siswi. Setiap penampilan guru pasti akan diperhatikan bahkan ditiru. Mungkin di luar sana pun masih banyak para guru yang menjerit yang membutuhkan uluran tangan pemerintah.
Dari gambaran-gambaran nyata di atas, kita bisa merefleksi apa yang terjadi pada dunia pendidikan kita. Dalam hal ini tentu saja pemerintah harus sigap dan tanggap memperhatikan apa saja yang menjadi kebutuhan dalam dunia pendidikan. Karena hal yang sudah bagus dalam dunia pendidikan kita mungkin baru menyentuh seperempat bagian saja, yang lainnya tentu menjadi “PR” besar yang harus segera dibenahi.
Kita sebagai tenaga pendidik menaruh harapan yang besar pada setiap pejabat pemerintah dari tingkat presiden dan menteri harus betul-betul memperhatikan apa yang terjadi pada dunia pendidikan kita.
Harapan kita sebagai tenaga pendidik di tahun 2023 ini, dunia pendidikan kita harus berkembang lebih pesat lagi tingkat kesejahteraannya. Sarana dan prasarana pendidikan bukan hanya untuk diberikan di kota, tetapi untuk di wilayah desa dan pedalaman harus betul-betul diperhatikan.
Begitupun akses jalan dan internet harus memadai. Pemerintah harus menyamakan hak-hak antara guru PPPK dengan PNS sehingga tidak ada diskriminasi ataupun kesenjangan di antara keduanya. Sementara untuk yang sudah berkembang baik harus tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan menjadi sangat baik.
Apabila semua kebutuhan sudah terpenuhi dalam dunia pendidikan, niscaya program pembelajaran yang dilaksanakan akan berjalan dengan baik. Indonesia tentu akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan mampu bersaing di tataran internasional.
Kita akan selalu percaya diri untuk bisa menciptakan inovasi terbaik untuk dunia pendidikan di Indonesia agar semakin maju dari tahun ke tahun.