Dengan proses mengajar yang mengedepankan keaktifan peserta didik diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga hasil belajar menjadi lebih maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah.
Peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam berfikir (minds-on), dan aktivitas dalam berbuat (hands-on). Perbuatan nyata peserta didik dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berfikir peserta didik terhadap kegiatan belajarnya.
Bedasarkan observasi awal yang telah dilakukan, bahwa ada beberapa masalah pembelajaran di sekolah yang antara lain :
- Model pembelajaran yang kurang bervariasi.
- Pembelajaran masih berpusat pada guru belum berpusat pada siswa.
- Suasana pembelajaran kurang menyenangkan sehingga kurang menarik antusias siswa untuk belajar.
Berdasarkan pada pendapat tersebut, menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar sangatlah diperlukan. Namun yang lebih penting lagi dalam meningkatkan aktivitas peserta didik tersebut ialah kemampuan guru dalam merencanakan suatu kegiatan belajar mengajar sehingga dengan rencana tersebut peserta didik dapat beraktivitas dalam proses belajar mengajar hingga dicapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Manfaat penerapan pembelajaran kooperatif adalah dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Salah satu pelajaran yang diajarkan pada siswa tingkat Sekolah Menengah Kejuruan adalah Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Materi yang terkandung di dalam pelajaran PAI sangat banyak dan beragam, mulai dari ketahuidan, fiqh, hadits, tafsir Al Qur’an dan lain sebaginya. Salah satu materi penting yang akan dilakukan siswa adalah Prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam yang fokus di sub bab Jual beli dalam Islam.
Penggunaan pendekatan yang tidak produktif dan tidak menarik berdampak pada rendahnya motivasi dan minat belajar siswa yang pada akhirnya menghasilkan prestasi belajar siswa yang rendah. Hal ini dibuktikan oleh data hasil pretest kelas XI PPLG 2 SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo tahun pelajaran2019/2020 terdapat 27 dari 32 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM, yakni 50-70.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Pembelajaran Problem Based Learning dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajar materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran PAI Materi jual beli melalui penerapan model pembelajaran Problem based learning pada siswa kelas XI PPLG 2 SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun pelajaran 2019/2020″.
Halaman berikutnya
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya