Oleh Gideon Benu, S.Pd.SD
Guru Kelas II SDN Kutowinangun 10
Salatiga, Jawa Tengah
Disiplin individu menjadi prasyarat terbentuknya kepribadian yang unggul dan sukses. Kemudian disiplin kelas menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan disiplin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Adanya tata tertib dalam mendisiplinkan siswa. Tata tertib ini sangat bermanfaat untuk membiasakan dengan standar perilaku yang sama oleh masing-masing individu di ruang lingkupnya.
2) Konsisten dan konsekuen. Masalah umum yang muncul dalam disiplin adalah tidak konsistennya penerapan disiplin. Artinya ada perbedaan antara tata tertib yang tertulis dengan pelaksanaan di lapangan. Atau, dalam sanksi ada perbedaan antara pelanggar satu dengan yang lain. Untuk meningkatkan disiplin bukanlah ancaman atau kekerasan yang diutamakan, yang diperlukan adalah ketegasan dan keteguhan di dalam melaksanakan peraturan tersebut. Hal itu merupakan modal utama dan syarat mutlak untuk mewujudkan disiplin.
3) Hukuman. Hukuman bertujuan mencegah tindakan yang tidak baik dan tidak diinginkan. Tujuan hukuman adalah untuk mendidik dan menyadarkan siswa bahwa perbuatan yang salah mempunyai akibat yang tidak menyenangkan. Hukuman diperlukan juga untuk mengendalikan perilaku disiplin. Tetapi hukuman bukan satu-satunya cara untuk mendisiplinkan anak atau siswa.
4) Kemitraan dengan orang tua. Pembentukan individu berdisiplin dan penanggulangan masalah-masalah disiplin tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga tergantung orang tua atau keluarga. Keluarga atau orang tua merupakan pendidik pertama dan utama yang sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan dan pengembangan perilaku siswa. Karena itu, sekolah sangat perlu bekerjasama dengan orang tua dalam penanggulangan masalah disiplin. Hal ini senada dengan dengan pendapat Maman Rachman (dalam Tulus Tu,u, 2004:57) bahwa partisipasi orang tua yang dapat diberikan dalam membantu sekolah antara lain adalah memberikan motivasi siswa untuk belajar, ikut membantu tegaknya disiplin sekolah, ikut mendorong putra-putrinya memenuhi tata tertib sekolah.
Kemudian langkah untuk pemulihan, memperbaiki, meluruskan, menyembuhkan perilaku yang salah dan tidak baik terkait penerapan kedisiplinan, dapat diambil langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, Preventif. Langkah preventif merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah siswa agar tidak berbuat hal-hal yang dapat dikategorikan melanggar tata tertib kelas secara positif. Langkah ini untuk mendorong siswa mengembangkan ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib kelas.
Kedua, Represif. Langkah represif merupakan langkah yang diambil untuk menahan perilaku melanggar disiplin sesering mungkin atau untuk menghalangi pelanggaran yang lebih berat lagi. Atau langkah menindak dan menghukum siswa yang melanggar disiplin kelas. Langkah represif ini diberikan untuk siswa yang melanggar disiplin kelas. Tindakan yang diberikan dapat berupa nasehat dan teguran lisan; teguran tertulis dan hukuman.
Sanksi disiplin yang diberikan harus manusiawi dan memperhatikan martabat siswa. Sanksi tidak dapat dilakukan dengan semena-mena sesuai selera. Namun perlu dilakukan sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku. Sanksi perlu adil sesuai dengan kesalahan yang bertujuan untuk mendidik. Jangan sampai siswa merasa diperlakukan secara tidak manusiawi oleh yang memberikan hukuman.
Guru ketika berhadapan dengan siswa atau anak yang melanggar peraturan kerap kali terbawa dalam sikap yang sangat emosional. Apalagi bila pelanggaran itu terjadi berulang-ulang oleh siswa yang sama. Kadang-kadang muncul kata-kata yang kurang baik dan bijak dari guru. Bahkan kadang muncul perbuatan dan tindakan yang kurang terpuji. Sehingga hukuman yang diberikan menjadi tidak logis karena terbawa oleh emosi.
Sebab itu, bila ada siswa yang melanggar aturan sebaiknya dihadapi dengan hati dan kepala yang dingin, tidak panas. Lalu juga memperhatikan prinsip-prinsip pemberian hukuman yang sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Agar hukuman itu lebih memberi dampak positif.
Penerapan peraturan kelas dan sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan kelas harus dilakukan secara konsisten dan konsekuen. Artinya tidak berubah-ubah sesuai keadaan dan selera. Bertindak semena-mena dan sewenang-wenang. Akan tetapi tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang dikatakan dan disusun dalam peraturan yang berlaku.
Menurut Harris Clemes dan Reynold Bean (dalam Tulus Tu,u, 2004:61) sikap konsisten sangat penting. Sebab hal tersebut dapat menunjukkan bahwa penerapan disiplin tidaklah main-main, berlaku sesuai ucapan atau aturan yang ada. Selain itu juga membuktikan bahwa penerapan aturan dan hukuman yang konsisten sangat besar pengaruhnya pada anak dibanding penerapan hukuman yang kejam. Sikap konsisten juga akan menolong dan membuat anak merasa terlindungi, menghasilkan ketertiban yang baik.
Sementara itu, sikap tidak konsisten akan mengkhawatirkan anak-anak sebab mereka tidak tahu tindakan apa yang akan diberikan bagi yang melanggar. Dan, sikap tidak konsisten dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan anak.
Ketiga, Kuratif. Langkah ini merupakan upaya memulihkan, memperbaiki, meluruskan atau menyembuhkan kesalahan-kesalahan dan perilaku-perilaku salah yang bertentangan dengan disiplin kelas. Siswa yang telah melanggar ketentuan sekolah dan telah diberi sanksi perlu dibina dan dibimbing oleh guru-guru.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan disiplin di kelas ini diperlukan adanya tata tertib kelas, konsistensi, menerapkan disiplin kelas, dan kemitraan dengan orang tua. Tindakan penanggulangan dapat dilakukan melalui langkah preventif, represif, dan kuratif.
Jika harus memberikan sanksi kepada pelanggar, hukuman yang diberikan tidak boleh dilakukan secara emosional dan sesuai selera, tetapi harus mengacu pada standar dan aturan yang ada serta bertujuan mendidik.
Dengan hal-hal tersebut, disiplin di kelas dapat ditegakkan. Siswa yang bermasalah dengan perilaku yang kurang baik dapat ditolong dan dipulihkan. Diharapkan dengan langkah dan sikap seperti itu akan memberi dampak besar bagi kondusifitas di dalam kelas sehingga tercipta hasil belajar yang baik dan adanya perubahan perilaku siswa yang lebih positif.
Disiplin di kelas butuh sosialisasi yang baik untuk mendapatkan hasil maksimal. Untuk itu dalam menanamkan disiplin kelas diperlukan strategi, yakni pendekatan yang baik pada peserta didik.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!