Terkikisnya Karakter Siswa Akibat Pembelajaran Daring

- Editor

Sabtu, 8 Mei 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam masa pandemi Covid-19 yang menjangkiti seluruh dunia, mau tidak mau seluruh aktivitas manusia mengalami pembatasan, begitu pula dalam bidang pendidikan. Pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan dengan metode daring membuat banyaknya kekhawatiran kalangan pendidik akan menimbulkan terkendalanya transfer of knowledge dan transfer of value untuk anak didik yang diampu.

Apalagi di zaman sekarang sebagai jawaban atas terjadinya pembatasan kegiatan, metode daring yang tidak dapat dilepaskan dengan media internet yang dapat diakses secara murah dan mudah oleh siapapun minim pengawasan. Sehingga segala informasi yang sangat luas apabila tidak ada penyaringan akan menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan. Seperti contohnya para influencer-influencer baik dari YouTube atau media sosial lainya yang membuat konten-konten berbau pornografi, prank, atau hal-hal lain yang dapat memengaruhi karakter anak didik.

Selain itu banyaknya game online via ponsel juga memengaruhi kemauan belajar dan karakter anak didik. Bahkan dalam beberapa kasus, anak didik lebih memilih bermain game online tanpa batasan waktu dan bahkan sampai lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai siswa sekolah.

Sebelumnya, saat sebelum pandemi pendidik dapat mengontrol dan dapat memberikan perhatian lebih ke peserta didik mengenai karakter. Namun ketika pembelajaran secara daring, pendidik hanya dapat memberikan pengetahuan atau transfer of knowledge saja. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan karakter tidak bisa dilakukan langsung, secara intensif dan bisa diukur tingkat keberhasilannya.

Seharusnya, saat guru hanya dapat melakukan transfer pengetahuan atau transfer of knowledge, ada peran orang tua yang juga sebagai pengawas dalam pembelajaran daring dan sebagai pendidik karakter siswa agar menjadi manusia yang lebih baik. Namun, realitanya setelah adanya perubahan sosial ketika terjadi peralihan masyarakat agraris ke masyarakat industri menimbulkan minimnya peran orang tua sebagai sarana pendidikan pertama dan utama. Orang tua lebih banyak menyerahkan pendidikan anak baik dalam bidang karakter maupun ilmu kepada guru dan sekolah. Orang tua sudah sibuk bekerja berefek pada kurangnya interaksi antara orang tua dan anak membuat pengawasan dan pendidikan karakter anak di rumah menjadi lemah.

Di masa pandemi ini pun sama saja, pengawasan dari orang tua masih tetap minim. Bagi masyarakat awam pembelajaran daring hampir disamakan dengan sekolah atau pembelajaran diliburkan. Hal ini membuat siswa maupun orang tua berada di zona nyaman dan aman untuk tidak belajar dan tidak perlu mengerjakan tugas dari guru. Semua itu membuat terhambatnya proses belajar dan mengajar.

Berdampak pada Pembelajaran Tatap Muka

Banyak keluhan guru ketika melaksanakan pembelajaran tatap muka di saat masa pandemi ini. Siswa merasa sudah nyaman di zona yang aman dan nyaman dalam pembelajaran daring. Maka ketika diberlakukan pembelajaran tatap muka banyak peserta didik yang ogah – ogahan.   

Sehingga ketika siswa melakukan pembelajaran tatap muka mulai terlihat hasilnya, seperti kurangnya kemauan belajar siswa dan buruknya sikap siswa pada guru dan tenaga pendidik. Misalnya, tidak adanya tanggung jawab sebagai seorang siswa yang harus menyelesaikan tanggung jawabnya termasuk mengerjakan tugas dan mengerjakan ulangan harian.

Kedisiplinan waktu yang menjadi keputusan bersama pun sering dilanggar atau tidak diindahkan. Khususnya siswa yang kelas tinggi, ulangan dan ujian sepertinya tidak penting lagi. Bahkan apabila ada jadwal ujian guru pun harus menjemput di rumah. Dan yang didapatkan ketika siswa dijemput ternyata masih tidur dan orang tuanya pun kurang peduli dengan hal tersebut.

Penghargaan terhadap guru pun dirasa sangat kurang. Pada saat berkomunikasi dengan guru, siswa seperti berbicara pada teman sendiri dan menyebabkan berkurangnya etika berkomunikasi antara siswa dan guru. Jika lupa tidak memakai masker pun, ketika diberi guru, diterima tanpa punya etika mengucapkan terima kasih. Bahkan ketika usai pembelajaran, masker pemberian guru dibuang di taman depan kelas.

Hal-hal di atas adalah sebuah potret miris dunia pendidikan kita saat ini, di mana karakter siswa yang sesuai dengan norma yang baik semakin memudar. Apalagi ketika kebanyakan orang tua secara tidak langsung menyerahkan pendidikan karakter anak kepada sekolahan saja.

Padahal pembelajaran yang terjadi di dalam keluarga setiap hari juga penting. Sikap orang tua tentu menjadi panutan bagi anak-anaknya. Dalam keluarga, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter dan kepribadian anak. Semakin baik kualitas keluarga tersebut, maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dan berkembang kepribadian dan karakternya yang berkualitas juga.

Bahkan dalam trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantoro, seharusnya keluarga dan sekolahan sama-sama bertanggung jawab dan bekerja sama untuk mewujudkan pendidikan siswa yang bermutu agar siswa dapat menjadi manusia yang tidak hanya cerdas tapi juga berkarakter. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada lingkungan sekolah semata, namun termasuk juga keluarga yang dalam masa pandemi ini juga lebih memiliki waktu untuk bersama anak yang disayanginya.

Saat ini, di era yang serba canggih ini, bangsa Indonesia tidak lagi menghadapi kekurangan orang pintar, Karena semua orang bisa belajar dari internet kapanpun dan di manapun. Namun pendidikan secara materi pengetahuan sangat berbeda dengan pembelajaran pendidikan karakter.

Negara kita saat ini butuh generasi muda yang berkarakter. Dan pendidikan karakter bisa diraih dengan pendidikan yang mengedepankan keteladanan pendidik, pengajar, dan orang tua yang dilihat dan ditiru secara langsung oleh siswa.

Jangan sampai generasi muda bangsa ini terbiasa dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang tak mendidik dan tidak mendewasakan karena sekolah daring. Mereka bisa jadi akan kehilangan setahun penuh  pendidikan karakter yang nilainya sangat berharga sebagai bekal menjalani kehidupan. Oleh karena itu, sudah saatnya elemen-elemen pendidikan di Indonesia memikirkan bagaimana cara mengganti atau mengajarkan pendidikan karakter yang selama masa pandemi ini terpaksa harus terabaikan.

Ditulis oleh: Martiyah, S.Pd, M.Si, Guru di SD Negeri Pagersari 1

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 17 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru