Tantangan Pendidikan Pasca Pandemi

- Editor

Minggu, 20 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tantangan pendidikan pasca pandemi memiliki tantangan tersendiri, baik bagi pendidik, peserta didik, orang tua dan instansi pendidikan itu sendiri.

Pendidik atau guru pastinya perlu memetakan kembali perkembangan intelektual peserta didiknya untuk menjadikan dasar proses belajar mengajar yang nantinya akan diterapkan di dalam kelas.

Selain itu pembelajaran tatap muka juga membuat guru mendapatkan tantangan baru berkaitan dengan dukungan terhadap adaptasi peserta didiknya, termasuk di dalamnya beradaptasi terhadap teman baru, situasi belajar mengajar yang baru, dan berbagai protokol kesehatan yang perlu diterapkan.

Sama halnya dengan pendidik, orang tua juga memiliki tantangannya sendiri khususnya meyakinkan anak untuk berani dan bersemangat untuk sekolah lagi setelah sekian lama menjalani sekolah secara daring.

Berikut adalah beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam menjalani pendidikan di era pasca pandemi :

1. Kesiapan anak bertemu dengan banyak orang baru

Setelah bersusah payah beradaptasi dengan berbagai mainan dan kegiatan di rumah ketika awal pandemi, kini anak mulai harus mempersiapkan diri lagi untuk bertemu dengan banyak orang, mulai dari orang lama hingga orang baru.

Sebagian anak telah menemukan keasikannya dalam bermain di rumah, salah satunya dengan adanya berbagai fasilitas online seperti media sosial dan juga game online.

Fasilitas online tersebut membuat sebagian anak merasa sudah tidak terlalu membutuhkan interaksi dengan dunia nyata, karena telah menjalin pertemana di dunia maya.

Ketika sekolah mulai dilakukan secara tatap muka, maka akan memaksa anak untuk meninggalkan dunia maya dan berhadapan dengan orang-orang di dunia nyata, seperti teman, guru, dan lain sebagainya.

Ketrampilan sosial mendasar perlu diajarkan kepada anak seperti aturan sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu beberapa anak perlu dikuatkan kepercayaan dirinya agar berani untuk menjalin relasi dengan orang-orang di dunia nyata.

2. Adaptasi pola hidup anak

Sama halnya dengan beradaptasi secara sosial di dunia nyata, anak juga perlu melakukan adaptasi dalam pola hidup sehari-hari.

Sebagian besar anak selama pandemi memiliki jam bangun tidur yang lebih siang dibandingkan sebelumnya yang memaksa anak untuk bangun pagi karena harus ke sekolah.

Anak-anak harus mulai dibiasakan kembali untuk bangun pagi kembali dan siap untuk mengikuti pembelajaran di sekolah.

Kebiasaan lain yang perlu diadaptasi adalah persiapan persiapan dalam bersekolah, seperti menyiapkan buku pelajaran yang akan dibawa ke sekolah, mandi pagi, sarapan dan lain sebagainya.

Anak juga perlu dikuatkan jam belajar mandiri di luar jam pelajaran tatap muka di sekolah, jam tersebut juga perlu memperhatikan kondisi fisik anak, apakah memungkinkan jam belajar anak langsung setelah pulang dari sekolah atau memberikan anak waktu istirahat terlebih dahulu.

3. Adaptasi pola hidup orang tua

Selain anak, orang tua sebagai orang terdekat anak juga perlu beradaptasi dengan pola hidup baru, dimana orang tua turut serta dalam membantu anak mempersiapkan diri untuk bersekolah.

Beberapa orang tua harus menyiapkan sarapan lebih pagi sebelum anak berangkat ke sekolah, menyiapkan seragam yang akan dipakai dan memastikan semua kebutuhan anak untuk bersekolah telah terpenuhi.

Beberapa anak juga perlu diantar jemput oleh orang tua karena mempertimbangkan beberapa hal, sehingga orang tua harus mengatur waktunya di jam jam tertentu, khususnya bagi orang tua yang juga merupakan seorang pekerja.

4. Kesiapan finansial

Apabila sebelumnya orang tua menyisihkan dompetnya untuk keperluan media elektronik dan fasilitasnya sebagai alat proses belajar anak, kini beberapa perlengkapan lain juga mulai dipikirkan.

Pembelajaran tatap muka akan beriringan dengan meningkatnya kebutuhan dasar untuk sekolah pada anak, seperti seragam sekolah yang mulai kekecilan untuk dipakai, sepatu yang sudah tidak muat, buku tulis untuk mencatat, alat tulis, dan berbagai perlengkapan pendukung lain.

Secara tidak langsung, keperluan tersebut harus merogoh kantong orang tua demi memberikan fasilitas pembelajaran terbaik bagi anak dalam menghadapi pembelajaran tatap muka.

Selain kebutuhan primer dalam mendukung proses pembelajaran tatap muka, tentunya orang tua juga mulai harus menyisikan sedikit uangnya untuk diberikan kepada anak sebagai uang saku.

5. Learning loss peserta didik

Tantangan selanjutnya adalah learning loss pada peserta didik. Setelah berbagai macam adaptasi kurikulum yang digunakan sebagai upaya mengurangi learning loss selama pandemi, fenomena tersebut masih terjadi di berbagai jenjang pendidikan.

Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti model pembelajaran yang baru secara daring, fasilitas yang kurang memadai bagi sebagian anak, pengerjaan tugas sekolah yang dikerjakan oleh orang tua, dan berbagai macam faktor lain.

Banyak peserta didik yang mengeluhkan bahwa materi yang diterima tidak bisa diterima dengan baik, beberapa peserta didik juga merasakan keresahannya karena beberapa mata pelajaran praktikum tidak dapat dilaksanakan secara daring, sehingga pengetahuan yang diperoleh terasa masih kurang.

Pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi fenomena tersebut dengan menyusun kurikulum prototype yang diharapkan mampu mengurangi efek learning loss selama pandemi.

Kurikulum tersebut dianggap lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik karena yang diajarkan merupakan materi yang inti setiap mata pelajaran, selain itu kurikulum ini mewadahi minat dan bakat peserta didik.

6. Adaptasi gaya belajar baru

Seiring dengan kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan berbagai karakteristiknya, peserta didik juga perlu beradaptasi dengan gaya belajar baru.

Selama pandemi, gaya belajar yang digunakan cenderung menggunakan gaya belajar visual dan auditori secara daring tanpa pengawasan yang ketat dari guru atau pengajar.

Hal ini nantinya akan berbeda apabila diberikan pengawasan yang lebih ketat melalui pembelajaran tatap muka, dimana guru akan secara langsung memberikan pengajaran dan pengawasan di dalam kelas.

Apabila sebelumnya peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan cara rebahan atau sesekali rebahan, maka hal tersebut tidak akan berlaku apabila pembelajaran telah dilaksanakan di dalam kelas secara tatap muka.

Meskipun masih menggunakan gaya belajar yang serupa yaitu visual dan auditori, namun dengan adanya perbedaan pengawasan maka akan memberikan dampak yang berbeda pula pada peserta didik.

Selain visual dan auditori, melalui pembelajaran tatap muka ini guru atau pendidik dapat menggunakan gaya belajar kinestetik yang melibatkan praktik secara langsung.

Nah, untuk itu guru atau pendidik memiliki tantangan tersendiri dalam menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan meningkatkan minat belajar siswa dalam menjalani pembelajaran tatap muka.

Dengan mengetahui tantangan yang nantinya akan dihadapi ketika dimulai pembelajaran tatap muka, maka diharapkan dapat menyusun strategi untuk menghadapi tantangan tersebut sehingga siap untuk menjalani pendidikan di era pasca pandemi

Keenam tantangan di atas merupakan gambaran ringkas terkait tantangan pendidikan di era pasca pandemi, dimana pada praktiknya terdapat berbagai macam tantangan lain yang akan dihadapi baik oleh peserta didik, guru, orang tua dan lingkungan pendidikan lainnya.

Guna menambah pengetahuan pendidik, maka pendidik dapat membaca berbagai literasi, serta dapat mengikuti berbagai pelatihan, salah satunya DIKLAT “Pengembangan Modul Ajar Kurikulum Merdeka”. DAFTAR SEKARANG!
More Info:
http://wa.me/6283119726406 (Dea)

Berita Terkait

Penjelasan Ditjen GTK bahwa Guru Honorer Tidak Terakomodasi dalam PPPK 2024 Tidak Akan Menjadi PPPK Paruh Waktu, Kabar Baik atau Kabar Buruk?
Harap Perhatikan, Guru Sertifikasi  Gagal Mendapatkan Pembayaran TPG Triwulan 1 Karena Ini
Benarkah Guru dan Kepala Sekolah Akan Terima 2 Jenis Tunjangan Sebelum Lebaran? Simak Penjelasannya
Pengumuman Penting dari Kemdikbud, Harap Bersiap Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi 28 Maret Besok, Jangan Terlewat!
Segera Cek Saldo, THR Guru PNS dan PPPK Siap Dicairkan 28 Maret untuk Daerah Berikut
Dirjen GTK Menjawab, Nasib Honorer Tidak Masuk Database BKN di Seleksi PPPK 2024
Update, Rincian Kebutuhan PPPK Guru 2024 Jabatan Fungsional Ahli Pertama di Semua Instansi Lengkap!
5 Hari Lagi! Kemenag Salurkan Tunjangan bagi Guru Sesuai PP No.14/2024 Tanpa Perantara
Berita ini 178 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 28 Maret 2024 - 12:02 WIB

Penjelasan Ditjen GTK bahwa Guru Honorer Tidak Terakomodasi dalam PPPK 2024 Tidak Akan Menjadi PPPK Paruh Waktu, Kabar Baik atau Kabar Buruk?

Kamis, 28 Maret 2024 - 10:29 WIB

Harap Perhatikan, Guru Sertifikasi  Gagal Mendapatkan Pembayaran TPG Triwulan 1 Karena Ini

Kamis, 28 Maret 2024 - 09:06 WIB

Benarkah Guru dan Kepala Sekolah Akan Terima 2 Jenis Tunjangan Sebelum Lebaran? Simak Penjelasannya

Rabu, 27 Maret 2024 - 20:52 WIB

Pengumuman Penting dari Kemdikbud, Harap Bersiap Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi 28 Maret Besok, Jangan Terlewat!

Rabu, 27 Maret 2024 - 12:00 WIB

Segera Cek Saldo, THR Guru PNS dan PPPK Siap Dicairkan 28 Maret untuk Daerah Berikut

Rabu, 27 Maret 2024 - 09:32 WIB

Update, Rincian Kebutuhan PPPK Guru 2024 Jabatan Fungsional Ahli Pertama di Semua Instansi Lengkap!

Selasa, 26 Maret 2024 - 11:19 WIB

5 Hari Lagi! Kemenag Salurkan Tunjangan bagi Guru Sesuai PP No.14/2024 Tanpa Perantara

Selasa, 26 Maret 2024 - 11:11 WIB

Kabar Gembira, Tunjangan Sertifikasi Triwulan 1 Tahun 2024 Berpotensi  Lebih Cepat Cair!

Berita Terbaru